Followers

Monday, December 8, 2008

Tertipu oleh Hawa Nafsu

Bersumber dari Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani Q


A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

Seseorang mungkin tinggal di rumah yang besar dengan perabotan yang indah. Ia mungkin memiliki perhiasan, emas dan mobil yang banyak. Tetapi merasa bahwa semua ini akan membuatnya bahagia hanyalah imajinasi saja, bukan kenyataan.

Seseorang mungkin pergi ke kafe, duduk sebentar, minum secangkir teh dan pergi. Yang lain punya kesempatan untuk pergi ke tempat yang lebih mahal, dengan lebih banyak hal-hal menarik yang bisa dinikmati. Dua keadaan tersebut sangat berbeda. Yang kaya membawa beban. Orang yang pertama membayar 50 sen (cukup untuknya). Yang kaya membayar 50 pound, 100 atau 500 pound dan itu akan jadi beban baginya, karena: Beban yang dibawa seseorang tergantung seberapa banyak ia memuaskan hawa nafsu fisiknya.

Yang dilakukan oleh beban terhadap seseorang ibarat penggilingan terhadap gandum (beban akan menggiling orang). Keserakahan akan berujung pada ketidakbahagiaan.

Para rasul dan penerus mereka, para awliya, memberi nasihat agar orang-orang hidup sederhana, dengan kehidupan yang mudah dan beban yang ringan.

Seperti orang yang bepergian tanpa membawa koper-koper. Saat turun dari pesawat ia bisa langsung keluar bandara. Tetapi orang yang membawa koper-koper yang berat, akan kerepotan.

Apakah penderitaan manusia ini?

Orang yang baik akan berbuat kebaikan untuk dirinya, orang yang jahat hanya akan menyusahkan dirinya.

Wa min Allah at tawfiq.

Kemuliaan Tanpa Akhir

Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS


A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

Pada umumnya orang berpikir bahwa kemuliaan diperoleh karena memiliki uang yang lebih banyak. Atau karena memiliki lebih banyak perhiasan, pesawat terbang, pabrik, tanah, perusahaan atau gedung-gedung. Atau mereka mengira bahwa kemuliaan diperoleh karena menjadi seorang pejabat. Tingkat tertinggi bagi mereka adalah dengan menjadi presiden, perdana menteri atau jenderal. Dan mungkin berhasil kalian raih ketika kalian sudah hampir tiba di akhir hayat kalian, atau ketika kalian sudah menghabiskan hampir seluruh tenaga dan harapan kalian. Artinya, pada saat itu kalian telah menjalani hampir seluruh hidup kalian.

Orang biasanya paling menikmati hidup ketika mereka masih muda. Dan mungkin seseorang bisa mencapai kemuliaan yang tinggi dalam hidupnya, tetapi kondisi fisiknya sudah mencapai titik terendah, atau di bawah itu!

Seperti seseorang yang memiliki gigi, bisa makan kacang. Tetapi apa artinya jika ia diberi kacang setelah seluruh giginya rontok!?

Orang biasanya menerima kemuliaan duniawi ketika usianya sudah senja, dan perasaannya sudah tidak seperti dulu.

Kemuliaan di bidang materi itu mungkin diraih pada usia di mana kalian sudah tidak bisa menikmatinya lagi, seperti saat kalian mendambakannya pada masa muda kalian.

Kebanyakan orang dengan bodohnya berlari mengejar kemuliaan ini, yang sering sulit digapai, kemudian hidup mereka berakhir! Dan ketika mati, tidak ada lagi kemuliaan bagi mereka. Habis! Ia mencoba memperoleh kemuliaan dari hidup ini dan sekarang telah berakhir!

Kalian seharusnya mencari kemuliaan yang akan menyertai kalian selamanya. Abadi dan tanpa akhir.

Jangan biarkan kesempatan itu hilang!

Terserah pada kalian. Kalian bisa berlari mengambil lebih banyak dari dunia ini, tetapi tak lama kemudian, kalian akan menuju ke tempat yang gelap di kuburan.

Kalian ingin memperoleh kenikmatan di dunia ini, tetapi kenikmatan yang sesungguhnya berasal dari Allah SWT, dan hati kita diciptakan untuk berkah-Nya yang tanpa akhir.

Wa min Allah at tawfiq.

Sumber. Situs web Muhibbun Naqsybandi

Tuesday, November 25, 2008





As-salama layaikum wa rahmatullahi wa barakutuh.


Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Raheem alhamdulilahi rabbi'l-`alameen was-salaat was-salaam ala sayyid al mursaleen … wa nashadu an la ilah ila-Allah wa nashadu anna Sayyidina Muhammad (s) …khatim ar-rusul sayyid al-bashr, rasuli rabbi'l-`alameen.


I don't know from where I begin. May Allah bless Husayn Haqqani we are very happy we are here in this place that he opened with a lot of difficulties but this is a place for Ahl as-Sunnah wal-Jama`at.


And I asked for a title of what to speak and he said, "spirituality in Islam" and in front of Mawlana Abdus Sattar Khan I feel I have nothing to say and he is a role model for everyone to follow and brother Jamaluddin he brought a story that is many, many years behind.


And I will bring the story from the beginning.


That is one day I was in Jeddah and I decide to visit, because every Friday and Thursday I used to go to Madinat al-Munawwara to pray there as I was most of the time living there. So one day I was going and to the house I received a call form my Shaykh who is Cyprus and many of you know him and especially Shaykh Abdus Sattar Khan he is Mawlana Shaykh Muhammad Nazim al-Haqqani. He said, "Where are you going?" if there is permission I am going to visit the Prophet (s). He said, "Kiss his threshold for me." And when someone says something like that to you what do you say, "Especially your shaykh. But your mind begins to think, "How am I going to do that with all these barriers and guards? It is impossible."


So I went and I said it yesterday and I repeat it today: that when the Prophet (s) went into Isra and Mi'raj - and this is problem many of us are facing today and the answer comes with this story, and this is the meaning of spirituality. Spirituality is not something you hav to do but it is something besides charity and fasting and prayer and hajj but it is the way to reach the maqam al-ihsan that Mawlana Abdus Sattar quoted the hadith of Sayyidina `Umar (r) to reach state of Ihsan, you have to do the five pillars of Islam and accept the 6 pillars of iman and how to reach the state of Ihsan. And especially that is very complex and difficult to something you say I will go to that station by myself and then find oneself turning in circles. You must have guide. And if you seek out you will find the guides. Saints. And all saints are brothers and all of them love each other. I am not speaking about false saints but I am speaking about real saints that give their lives for their students.


So that time I went and that time I was driving 150, 160 km./hour about 120 miles per hour in order to reach quickly. Because he said, "go and kiss the threshold of the Prophet (s). There must be an opening. So I reached there safely and quickly by baraka of the Prophet (s). And I have to take a shower and go that holy place that Allah made piece of Paradise. The holy grave of the Prophet (s). The mistake we all make when we go to the Muwajaha, the holy place of Paradise I don't like to say grave it is heavy on my heart to say "grave"; it is qata`n min al-jannah a piece of Paradise. So when you pass by a Paradise in this world what do you do? You stay as long as you can, you don't want to go out.


So when we visit the Prophet (s), it is adab to stand as much as we can in his presence even not making du`a but only standing there trying to connect our heart with his heart. In a way that taffakur sa`atin khayran min ibaadati saba`een sunnah. That is for one hour when you are contemplating by yourself. How do you think it is when in presence of the Prophet (s)?


Everyone when passing there might stand 5 minutes, 7 minutes, 10 minutes and then go. Some might stand more and more and more and depends on how much they are in that connection. So in the guidance of our shuyukh we have visited the Prophet (s) with Mawlana Shaykh Nazim many times and may Allah give him long life and give long life to Mawlana Abdus Sattar. And I have seen how Mawlana Shaykh used to stand there and make du`a three and It is not a du`a really it is more like a conversation. You feel that you don't see that but you need a lot to reach that level of mushaahada. But you feel the presence.


Since I used to go with my shaykh since 1967 he used to spend one hour or 1.5 hour there was no barrier as there is today. You have to kiss and move today.


So he used to stand one and a half hour and then he moved to Abu Bakr as-Siddiq and he stood another half hour and then to Sayyidina `Umar (r) another half an hour and then to Bab Jibreel, mahbit al-wahy - you know where Sayyidina Jibreel Alayhissalam used to come with wahy to the Prophet (s) - and then we go back to the maqam of Sayyida Fatima az-Zahra Radiallahu anhu that Grandshaykh said, "that angels have moved Sayyidina Fatima holy body to the end to the place where Sayyidina `Isa Alayhissalam is to be buried" that is why awliyaullah see Sayyida Fatima there. and there he spends 45 minutes and then he goes to Bab at-Tawbah where he makes special du`a there (which is now closed) and makes sajda.


You have to take opportunity and whatever in my heart I was taking opportunity usually many guard come and tell you to move. But usually I don't stand by the beginning I stand by the wall. And that night however many guards and one of them with red beard and he is head of these guards. And he didn't approach me and he didn't let one guard to come to me. It is strange. Because you cannot stand one hour there or one and a half hours. They will come and say "move" even after five minutes.


So I finished and I was coming to kiss the pillar, the big pillar which is in the back as no one will see you. Then one of the big guards, the head of them, came towards me and I said to myself, "It is finished now." He came to me and said, "Do you want to kiss the threshold of the Prophet (s) ?" I said "yes." He took me to the door of the Prophet's (s) Holy Paradise and I was able to kiss the threshold of the Prophet (s) and everything disappeared no guards and I didn't seeing anything except the threshold of the Prophet (s). And I kissed the threshold, and then I stood up and then everything came back as normal and then he came to me and said, "give my salaams to Shaykh Nazim" that is where you saw me there. I went and left. He never knew Shaykh Nazim and Shaykh Nazim never called him and he never called Shaykh Nazim. How


I left and went to a school that is called Madrasat ash-Shoonah, ash-Shoonah School that Shaykh Nazim and Grandshaykh usually goes there to do seclusion there for many years. And I heard footsteps running behind me. And I said, "O they are coming" and I turned and one of the guards came and he was holding a very beautiful decorated Qur'an. And he gave it to me and said, "O Hisham." I never todl him my name. He said, "This is a gift from my father for Shaykh Nazim. My father is the head of the guards." I thanked him and didn't say anything or ask him anything. That is tark al-adab - beyond good conduct - to ask a question. Tariqah is not to ask anything. You listen. "asma`oo wa awoo – listen and act on what you heard."

If you understand you will be perfect, you reached the highest goal.

So I went, but I was so into that scene, you cannot understand that. For sure I understand it now. It was as if lost.
But is the mind in the head or the mind is in the heart? Shaykh Abdul Haqq. They asked the students this question and they said, "is the mind in the head." And he said, " no the mind is in the heart." Is the mind in the heart bigger or the mind in head bigger. The mind in the heart is bigger. Evidence? Allah gave us a mind that is in the head but with the mind that is in the head can you understand the universe?

ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِأً وَهُوَ حَسِيرٌ


Thumma irji`il-basara karratayni yanqallib ilayk al-basar khasiyan wa huwa haseer. Again turn thy vision a second time: (thy) vision will come back to thee dull and discomfited, in a state worn out. Al-Mulk, 67:4


Look at one star. Look two times even. Two times look at a star. At one star even. What did Allah say?


Yanqalib ilayk al basaru khasiyan wa huwa haseer. Your sight returns back turned down, khasiyan, defeated. Your eyes are defeated from one star. What do you think about 80 billion stars in our galaxy? So what do we know? Nothing. So by mind in the head we know nothing.


But by mind in the head we know nothing, but buy mind in the heart we know everything. What did Allah say to the Prophet (s) and the Prophet (s) said in holy hadith to us?

يقول الله : ما وسعني أرضي ولا سمائي ولكن وسعني قلب عبدي المؤمن


That is why Allah, the Exalted, said, "Neither heavens nor earth contained Me, but the heart of My believing servant contained Me."


Meaning: "the believer's heart contained My light, My attributes, the understanding of the universe." Not the Essence.


You think awliyaullah don't have power to pass beyond this universe. They have or they don't have? [they have!] Evidence? The Prophet (s) went beyond this universe or not? That universe that we are not seeing even one star. The Prophet (s) passed through 80 billion stars in our galaxy and then he passed 60 billion galaxies he passed all that and even further. Beyond this universe even. He reached Qaaba qawsayni.. so adna is what? It is so less that might be one centimeter might be 1 millimeter.


So Allah said to prophets, but specially to his saints. Qul ya Muhammad (s) in kuntum tuhiboon Allah fatabi`oonee yuhbibkumullah. This is khaas understanding for them.


Do awliyaullah follow the Prophet (s) or not. We might struggle to follow but they don't struggle. Allah gave them that flexibility, because they gave up their lives for the Prophet (s). That is spiritually. Spirituality means to follow the Prophet (s) in every step. That means that if the Prophet (s) went for Mi'raj you go for Mi'raj. Else you are not a wali. A Wali has to follow in footsteps of the Prophet (s). Does wali love Allah or not. Yes that is condition to be wali. Whereever the Prophet is moving they are following. That is why they can guide. They are following and learning and giving.


Look what Sayyidina Abdul Qadir Jilani Qaddasallahu Sirrahu said? This is Fath ar-Rabbani. I was reading this today and I said, "I have to mention it." I hope I still have it.

He said, "Ya Ghulam!" He calls his students who are big scholars, sitting facing them. They are sitting facing him and he is the Ghawth. He says, "Ya Ghulam!" You are a child still. You didn't reach maturity yet. That is dangerous if we ware not mature how are we going to obey? How are we going to be responsible? Are you going to be responsible Abdul Haqq, yes or no? I am asking you. You have to understand when he says, "Ya Ghulam!" There is a secret there.


Because he is Ghawth. I never said that before, because we were going through that book in Ramadan every morning. But i didnt explain it in this way. But they are saying to throw it now.

When you are not mature are you responsible? No.

So it means you aren't responsible. You are still the the one responsible. Of course he is responsible. Awliyaullah are responsible. If you take hand of your guide he is responsible to guide you. If he doesn't guide you he is responsible. If not he is the one responsible.


Fee kitab al-`ilmi wa hifdhihi bi ghayri `amal - you lost your time in writing knowledge and memorizing it without doing it." That is why it is dangerous. Many, many, many scholars spend their lives in doing what. They are doctors and scholars writing presentations but they are not doing what they learned.


He told them what? He said, "aysh yanf`ak. This is not literature Arabic, this aysh is slang. They put I like that as it is important. It means, "O stupid!" What is it going to benefit you if you are not doing it and not practicing it. You donkey. Spirituality is practice. Even you practice one amal a day it is better than memorizing thousands of them. What is the benefit of memorizing and not practicing?


And he quoted hadith of the Prophet (s) which I like to mention yaqool Allah azza wa jall bi 'l-anbiya wa 'l-`ulama, Allah on Day of Judgment says to the prophets and scholars, which means the pious people, "O if you thought yourself antum kuntum ru'atu al-khalqee fa ma sana`tum fee ruya'tum, that you are the ones authorized to be shepherds for the nations, what you have done with your sheep, with your flocks? What you showed them and what you taught them. You are responsible and you are liable."


That is why all prophets in Judgment Day where do they run? Towards Sayyidina Muhammad (s). As what are they going to answer. So if anbiya run to the Prophet (s) where is the `alim on that day. Is there any more `alim? Even Anbiya are shaking. Where are the `ulama that are sitting on chairs in dunya and giving fatwas as if they are the biggest peacocks.


Then they have to run to the Prophet (s) - not directly to Allah. If not accepting then go to hell directly.


So you see too many kings today, sitting on his chair like rooster on his chickens. We are thinking ourselves kings. We ourselves think we are kings. Ask 2 people that are similar in their understanding. Do you find. No you won't find them. Because each has his own opinion. So the Prophet (s) said, "If you are three, put one an amir." If you do that now they will fight one hour to see who is amir.


That is not spirituality. Spiritiuality is to submit. Taslimiyya.


Allah says to them antum kuntum khazaan kunuzikum you were the trustees or the containers of my treasures. Because all the treasures are in hands of kings. Hal wasaltum al-fuqara. Did you make relations with the poor? Sayyidina `Umar (r) when he became calipha, what he did? He was crying. His wife asked him, "why are you crying? You are calipha now." He said, "Now I have to cry. Before I was not liable or responsible. Now if anyone is hungry in the jungle I am responsible." He used to carry sacks of food on his back and distribute to the poor people.


You call youself kings and queens and you are holding the treasures of the world. They are raising the price of oil and sucking the blood of people. Today it is $60 from $160. Who raised it and who lowered it, in order to build their nations into every forbidden thing? How it went up and for what reason? To build their prostitution and alcoholic beverages. Go and see there. How it came? By them raising the price as a monopoly. And the poor become poorer and rich become richer.


He is saying that to them, and that is hadith of the Prophet (s) and quoted by Sayyidina Abdul Qadir Jilani Qaddasallahu Sirrahu and mentioned in Kanz al-`ummaal and many other hadith books. Did you take care of the poor; hal rabbaytum al-aytam, and did you take care of the orphans? How much food is sent to orphans and you find it next day in the market being sold. Wherever there are orphans and the food is sent to them..


"wa akhrajtahu al-haqq alladhee huw haqq al-fuqara - Did you take from your money what is written on you as My right to give to poor people?" You are under these questions.

So were do we stand now. Are we ghulam now or not? We are ghulam now because we are responsible. But since we are ghulam we are not responsible. It is not me saying, it is Sayyidina Abdul Qadir Jilani Qaddasallahu Sirrahu saying it. He will take responsibility for them. One wali is enough to take everyone and put in Paradise in maq`ad sidqin. He is Prophet for the Ummah he has to be with the Ummah, dunya and akhira. Be happy. You think the Prophet (s) can be alone in Paradise he has to have people with him.


Be happy, smile! that is maqam at-tashreef. And we go back to what we were saying.


When the Prophet (s) went in ascension, he saw Musa Alayhissalam and always Sayyidina Musa Alayhissalam has questions; he likes to ask questions.


Musa Alayhissalam said ya rabbeee arinee anthur ilayk. Allahu Akbar! It is so easy like that. Never the Prophet (s) has any question. Always sami`na wa ata`na - Listen and obey. Listen to Sayyidina Jibreel. Never did he have questions.


Only one time. When he left seven heavens and he was going up he asked are you not coming with me. He asked for him to accompany as friend. He said, "No, I cannot. I will burn completely if I try." Only the Prophet could go to that station.


Prophet moved to Divine Presence alone. He was in maqam at-tawheed. Today that is all they speak about tawheed, tawheed and all Muslims are kafir. Tawheed al-iloohiyya, tawheed ar-ruboobiyya and tawheed I forgot. Only they are muwahhid. Is the Prophet (s) going to be alone with only this group that came recently? What about the Muslims who came before they were not on tawheed, they are not going to Paradise?


Ya akhee. Even he said, "Ya akhee" but he said, "Ya sayyidee, Ya Rasulullah! Of course he said that. The Prophet (s) said, "ana sayyidi waladi adam wa la fakhr - I am the master of the children of Adam, and no pride."
So Sayyidina Musa (as) said, "Can I ask this question as this comes to my heart a lot?"

You said, "al-`ulama waarithatu'l-`ulama." With all respect to scholars and not these scholars but the real scholars like Sayyidina Abdul Qadir Jilani Qaddasallahu Sirrahu. Awliyaullah.


You said, "They are inheritors of the Prophet (s), could it be their knowledge is like our knowledge? Inheritors are not like prophets but they have knowledge like prophets. Can you give me the answer ya Rasulullah how these people are going to inherit from prophets?"


He called one, and he came in the presence of the Prophet. He called through the souls, fil arwaah, because Allah said, "alastu bi rabbikum qaaloo bala. So the Prophet (s) can bring any soul he wants in past and in the future. Allah gave him that power. He brought one and that is one coming later, after the time of the Prophet (s). He said, "That is one."


Musa Alayhissalam said, "What is your name?" He said, "Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Hamid al-Ghazali. Seven times. If he were able to say it 100 times he would have said it. But he felt shy from the Prophet (s), he said, "seven time is enough." Musa Alayhissalam said, "what is this? I thought you were an inheritor of the Prophet (s). Why did you say 'Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Hamid al-Ghazali'? "


If I can say "Muhammad" (s) until Judgment Day it will not stop. Why? Because as much as you say the name of the Prophet (s), Allah will order angels to mention your name in His Presence. That is why keep your tongue busy with salawaat on Prophet (s).


So he said, "Ya Musa Alayhissalam, why do you object when I say 'Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Hamid al-Ghazali' why didn't you object on yourself?" He said, " why?" because when Allah asked you what is in your hand, you said,
قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى
" … you gave all the classifications of the cane that you are going to use in your lifetime. Why? Because that is an honorary place. Maqam at-tashrif.

He said, "That is place of honor for me to be with the Prophet (s).


So that is difference between `alim and wali. How to imitate the Prophet (s)? He is happy to say Muhammad bin Muhammad.... He can say Muhammad Rasulullah, I can say Muhammad Sayyid ar-Rusul. I can say ...


So practice is what is important.


And I would like to add to what Mawlana Abdus Sattar said from the hadith of `Umar (r), that after he mentioned maqam al-ihsan and Sayyidina Jibreel said, "sadaqta" and then Sayyidina Jibreel asked more questions. And he asked him after he finished, "mata` as-sa`at ya Rasulullah - when is the day of Judgement?" Then the Prophet (s) said, "the one asked doesn't know more than the one who is asking." That is humbleness that he wants to hide himself. Then he gave the signs of it: "An tara al-hufaat al-araat yatataawaloona fil-bunyan - To see the naked barefooted Bedouins competing in high buildings." Now go to see the Gulf and you find them building the highest rises in the world and you find them building of one kilometer, and some meters more. That is going to be the highest. Buildings they are building in the desert and you still find them wearing slippers, they are Bedouins. Even they go to visit the presidents of Europe they wear slippers.


So that is not humiliating anyone but that is hadith of the Prophet (s). They have been raised like that.


"When you see the barefooted naked Bedouins competing in high rises." Are we seeing that or not? So what do we expect? There is no more time, O Muslims!


Allah shook the earth three weeks ago. Did you see that earthquake? Allah can make the earth to shakes when He wants to - that was the stock market crash. Allah made that in one minute to shake the whole world. That day [of judgment] is coming. So don't let it to cheat us.


Sayyidina Abdul Qadir Jilani Qaddasallahu Sirrahu says in this book another place, Anna an nabi qaala yunaadee munadee yawm al-qiyama ayn adh-dhalamah – on the Judgment Day a caller will call out, "Where are the oppressors? Let them come!"


We are afraid to be oppressor to ourselves. Are we oppressors or not? We don't know. Even he who doesn't know if he is oppressor, he is struggling. If we are not oppressors to ourselves it means we don't make sins. Then he is not oppressor. Do we make sins? Yes, say, "yes", and ask forgiveness, O our Lord forgive us, nastaghfiruka wa natooboo ilayk. That is better than saying, "no".
The Prophet said, "akhwafa ma akhaafu `alam ummatee ash-shirk al-khafee -The thing I fear most for my nation is the hidden shirk."

Did we do hidden shirk or not? Anything related to yourself is hidden shirk.

And then (going back to the hadith related by Sayyidina Abdul Qadir al-Jilani), it comes: "ayna awwaan adh-dhalama - Where are the helpers of the oppressors? Then another voice come: Ayna man yara lahu min qalaman. - and where are those seen with a pen?" The oppressors used a pen to judge people and send them to prison even though they are innocent. Dhalama oppressors are the ones who will benefit from anyone, even if they kill people, they don't care. That is what we call mafia.


Look today mafia everywhere. There is mafia in everything. Today if you don't pay your car ticket what happens? They send you to jail even. They send to you a warrant an dput points on your licenses. Tha is why people try not to get a ticket. For a ticket that costs $60 or $10 you are afraid and you try not to go to jail. These people, CEOs that sucked billions of dollars of human beings no one said, "I will put one of them in prison." These are dhalama or not? Are they oppressors or not? All these people who benefited from stock market will be asked on Judgment Day, they such the wealth of every poor, and they made the rich richer and the poor poorer. He said, "Where are the helpers of these dhalama?" Where are the brokers. Now the borkers are the helpers. He is describing them say. abdul Qadir Jilani 100 years ago. They made the rich richer. They are the commissioner. He knows them the commissioner they cheat you. They say to you "stocks are going down, buy gold now" and they sell you gold. They come to you when gold drops, they say, "Sell quickly." Then they come to you and buy, they make money. "Where are these ones?" he says.


Ayna man yara lahu min dawaat. Did you find anyone in this crowd that has ink bottle? Has anyone seen an ink bottle? Come here to witness on them.


Ajma`oohum waj`alhum fee taaboot min an-nar - Collect them and put them altogether in a coffin of fire. Akhrajahu adh-Dhahabi and ibh Hajr. And this is from Sayyidina Abdul Qadir al-Jilani.


That is from Sayyidina Abdul Qadir Jilani Qaddasallahu Sirrahu. That is general meaning of dhalama. Are we dhalama or not. Break it down. Zoom it in. We find ourselves dhalama in many things. So what Allah said in Holy Qur'an? And dhalama must go to that. Not these ones who suck money of people. No we are zooming in and we say "we are dhalama" and Allah gave a way for dhalama in the zoom-in process.


وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللّهِ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ اللّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُواْ اللّهَ تَوَّابًا رَّحِيمًا


Wa maa arsalnaa min rasoolin illa liyuta`a biithni Allahi wa law annahum idh dhalamoo anfusahum jaooka faistaghfarullaha wa'staghfara lahumu ar-rasoolu la-wajadullaha tawwaaban raheeman


We sent not an apostle, but to be obeyed, in accordance with the will of Allah. If they had only, when they were unjust to themselves, come unto thee and asked Allah's forgiveness, and the Messenger had asked forgiveness for them, they would have found Allah indeed Oft-returning, Most Merciful. An-Nisa [4:64]


When you feel you have oppressed yourslef, come to presence of Muhammad (s). From here you can go to the presence of Muhammad (s) and say, "Ya sayyidee, ya Rasulullah." In your presence and you ask forgivenss on our behalf. Allah said, "They come in your presence Ya Muhammad (s), and you will ask forgiveness on their behalf, then Allah will forgive them." so this is our medicine. We say istaghfirullah `inda hadarati 'l-Mustafa wa bi jahi Nabiyyika al-Mustafa.

*Perubahan yang Kita Butuhkan






*Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani qs*
Kamis, 6 November 2008
Chicago, Illinois - Amerika Serikat

Bosnian Mosque, Northbrook

Semoga Allah merahmati Imam Senad dan komunitasnya. Merupakan
kehormatan bagi kami berada disini dan Imam Senad dengan tangan
terbuka menerima kami di masjid ini.
Pertama, kita akan melaksanakan zikir, kemudian ada sohbet pendek,
lalu kita akan saksikan akad nikah, *insya Allah*.
Setelah mendapat ijin dari Imam Senad,
[Zikir]
*A'udzu billah min asy-syaitan ir-rajim
Bismillahir- Rahmanir- Rahim*


*Kalimatan khafiifataan 'ala al-lisan thaqiilataan fil-miizaan* . Dua
kalimat yang ringan diucapkan namun berat timbangannya di Hari Kiamat.
Kalimat ini akan menghapus dosa-dosa, bahkan jika dosa tersebut
sangat berat, dua kalimat ini akan menghapusnya.
Rasulullah SAW menganjurkan dua kalimat ini kepada para Sahabat agar
diamalkan, yaitu *Subhaanallaahi wa bihamdihi Subhaanallaahil 'Azhim
Astaghfirullah* . Kalimat ini cukup kuat untuk menghapus dosa apapun.

Kita hidup di dunia ini yang berlari sangat cepat menuju tujuan
akhirnya. Manusia mengira mereka akan hidup selamanya. Namun,
sebagaimana yang Allah SWT jabarkan kepada kita dalam Kitab Suci al
Qur'an:

*Innaa 'aradhnaa amaanata 'alas samaawaati wal ardhi wal jibaali fa
abaina ay yahmilnahaa wa asyfaqna minha wa hamalahal insaanu innahuu
kaana zhaluuman jahuulaa*,
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, namun semuanya enggan untuk memikul amanat itu karena
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh, (QS
Al-Ahzab [33]:72)

Kita telah diberikan harta ini, Allah SWT berfirman, "Kami telah
menawarkan amanat kepada langit, bumi," dan mereka menolak, "Tidak, Ya
Rabbi! Kami tidak sanggup mengembannya. Ini sulit." Manusia menjawab,
"Kami bisa mengemban amanat itu," dan Allah SWT menyebut manusia
sebagai * zhaluuman jahuulaa*. Mengapa manusia mau memikulnya? Langit
dan bumi menolak, "Tidak, kami tidak bisa mengembannya. Jangan
pikulkan amanat tersebut kepada kami." Karena jika langit dan bumi
mengembannya dan gagal, maka Allah SWT akan menghancurkan jagad raya
ini. Itulah mengapa kalian melihat jagad raya disini. Itulah amanat
yang manusia emban. Itulah mengapa Allah SWT menimpakan bencana atas
manusia, tapi berpengaruh terhadap planet bumi. Siapakah yang terkena
dampak jika ada banjir? Kita, manusia. Karena kita berani memikul
amanat tadi. Jika kalian ingin harta itu, maka jagalah agar harta itu
tetap bersih sebagaimana Aku memberikannya kepada kalian. Jika tidak,
Aku harus membersihkan kalian. Apakah kalian membiarkan anak laki-laki
atau perempuan kalian kotor? Apakah kalian membiarkan diri kalian juga
kotor? Tentu tidak, kita bergegas mandi.

Jadi, mengapa kita membiarkan harta kita kotor? Kita membaca Kitab
Suci al Qur'an, membaca hadis-hadis suci dan meletakkan ayat-ayat
dari Kitab Suci al Qur'an di rumah dan sekolah. Namun, apakah kita
mengambil hikmah dari ayat-ayat tersebut?

Melihat – semua orang melihat bayinya Masud dan mereka senang. Mengapa
kita tidak tersenyum untuk menjaga harta kita tetap bersih? Mata semua
orang selalu menengok ke orang yang tidak berdosa (seperti bayi .pen)
Namun mata kita tidak menengok ke orang dewasa, karena kita penuh
dosa. Itulah perbedaan utamanya.

Awliyaullah mampu menyeimbangkannya. Mereka punya penglihatan itu.
Mereka tidak menyukai apapun dalam jagad raya ini. Satu-satunya yang
mereka inginkan adalah bagaimana agar mereka dari hari ke hari semakin
dekat ke Hadirat Ilahi agar sampai ke tujuan mereka. Hari ini kita
menyetir untuk sampai ke sini dan kami menghitung menit demi menitnya,
berapa menit lagi kami sampai. Kami ingin sampai di tempat tujuan.

Semua orang ingin sampai ditempat tujuannya. Kita mengebut untuk
sampai disini jam 8, agar sampai di tujuan tepat waktu. Jiwa kita juga
mengebut untuk sampai tujuannya. Tubuh kita tidak menginginkan itu.
Karena tubuh mengemban amanat tersebut. Jiwa kita bersih karena tidak
menginginkan amanat itu. Sedangkan tubuh bodoh dan zalim.

Dunya pun mengejar tujuannya. Tidak seorangpun dapat menghentikannya.
Para Imam, presiden, raja pun tidak bisa menghentikan tujuan Dunya
yang sedang mencapai tujuan akhirnya agar mencapai tujuan-tujuan kita.
Akhir itu semakin mendekat. Awliyaullah punya sebuah komputer -kalian
perhatikan kini komputer sudah sangat sangat canggih- komputer sangat
kecil dan punya semuanya. Ketika waktu sholat datang, komputer
menyerukan azan. Waktu Zuhur datang, komputer menyerukan azan.
Bagaimana komputer bisa tahu? Dengan mengkalkulasikan detik. Kalian
tidak punya aplikasi seperti ini. Apakah Anda punya, Imam? Saya punya
1 buah disaku. Selesainya di waktu sholat 'Isya. Benda itu menyerukan
azan.

Planet bumi ini bergerak menuju tujuannya untuk melakukan *sajdah*. Ya
Rabbi, saya mendekati tujuan, saya melakukan perjalanan dengan cepat
untuk mencapai-Mu. Tidak satupun bisa menghentikannya.

Awliyaullah tahu tanda-tandanya. Awliyaullah hidup dengan tanda-tanda
tersebut. Tanpa pertanda, Rasulullah SAW memprediksikan tanda-tanda
Hari Kiamat, berakhirnya jagad raya ini.

Ketika Jibril menanyakan 3 buah pertanyaan kepada beliau tentang
Islam, iman dan ihsan. Kemudian Jibril bertanya lebih lanjut,
"Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat?" dan Rasulullah SAW
menjawab, "Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang
bertanya." Kemudian Jibril bertanya, "Beritahukanlah kepadaku
tanda-tandanya? " dan Rasulullah SAW menyebutkan tanda-tanda Hari
Kiamat. Salah satunya: orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang
miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan
gedung-gedung tinggi. Mengubah gurun pasir menjadi surga, surga dunia.

Awliyaullah menghitung Hari Kiamat dari waktu ke waktu. Nah, apakah
yang Awliyaullah lakukan? Mereka berada di hadirat Tuhan mereka.
Rasulullah SAW bersabda, "Waktu terbaik bagiku adalah ketika sedang
sholat." Mengapa Syaikh? Bagi Rasulullah SAW waktu terbaiknya adalah
saat sedang sholat. Bagi Awliyaullah, kapankah waktu terbaik bagi
mereka? Dalam sholat mereka. Ketika kalian membaca *al-Fatihah* , kepada
siapa surat itu kalian tujukan? *Alhamdulillah* . Ya Rabbi, segala puji
bagiMu. *Ar-Rahman ar-Rahim*, kalian sedang berbincang langsung kepada
Allah SWT dan salam, rasa hormat serta menerima bahwa Engkau-lah Tuhan
kami. Jadi, mengapa kita berdo'a dengan tergesa-gesa?

Jika kalian bersama seorang gadis ..., (dia tersenyum). Anda
mengundang gadis itu hari ini untuk sekedar minum kopi atau teh,
mengapa? Saya tidak memberikan contoh ini, karena memang itulah yang
terjadi. Dan anda ingin bicara dengannya, kan? Anda berusaha
memperpanjang atau menyingkat waktu? Anda berusaha memperpanjang waktu
bersama gadis itu, mengapa? Karena hasrat anda mendesak anda melakukan
itu.

Lalu bagaimana dengan hasrat kita untuk memperpanjang waktu saat
kalian sedang sholat? Malah sebaliknya, kita mempersingkatnya, ya
Imam? Kita selalu tergesa-gesa. Itu sebuah contoh kecil. Itu terjadi
pada kita semua. Saya tidak membuat pengecualian pada kita. Kita semua
seperti itu.

Kaum ulama memberikan ceramah hari ini di mimbar atau memberikan
presentasi di sekolah-sekolah atau universitas berusaha membahasa
persoalan sangat penting yang sedang muncul. Mengapa para ulama
berbicara terlalu tinggi. Perhatikanlah yang dibawah kalian. Kalian
memperpanjang atau menghabiskan waktu kalian dengan seorang wanita
atau teman-teman, namun kalian memperpendek waktu kalian bersama Allah
SWT ketika sedang melakukan sholat.


*Kullu hizbin bima ladayhim farihoon* - Tiap-tiap golongan merasa bangga
dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing) ." (QS. Al
Mu'minuun [23]:53)

Kami membuat tafsir dari ayat ini.. Mereka menerjemahkan menjadi 100
makna berbeda. Namun salah satu maknanya adalah bahwa anda selalu
bersama pengikut setan, karena anda selalu berupaya menghabiskan waktu
anda untuk selain Allah, sedangkan pada saat sholat menghadap Allah,
anda mempersingkat waktunya.

Apa yang Awliyaullah lakukan? Mereka memperpanjang sholat mereka,
mereka memperpanjang sholat hingga sempurna. Itulah mengapa dalam
sholat tarawih, Awliyaullah memanjangkan sholat agar bisa membaca
Kitab Suci al Qur'an dalam sholatnya. Bukan pada masa Rasulullah SAW
melafalkan Kitab Suci al Qur'an hingga *khatam *dan bukan pada masa
Rasulullah SAW membaca Kitab Suci al Qur'an hingga khatam. Namun
dimulai pada masa ke-Khalifah- an Sayyidina 'Umar (r.a), mereka
menjadikannya 20 raka'at dan kini mereka memutuskan untuk melafalkan
seluruh juz dalam Kitab Suci al Qur'an.

Mengapa? Supaya mereka dapat berlama-lama di Hadirat Allah SWT. Jadi,
kita harus memperpanjang sholat (tidak tergesa-gesa) agar kita bisa
lebih lama di Hadirat Allah SWT.

Apa yang kalian punya dalam 5 Rukun Islam: *syahadatu an la ilaha
illa-Allah wa anna Muhammadan 'abuduhu rasuluhu wa iqaamus shalaat, wa
ita-uz zakat, wa shawmu Ramadhaan wa hajjul bayti*. Perhatikan,
*SubhanAllah* dalam sholat ada 5 Rukun.

Awliyaullah tidak buta, mereka melihat. Saat kalian mengucap *Allahu
Akbar*, … hah? *Iqaamus shalaat*. Kalian ada didepan Ka'bah. Saat kalian
duduk tahiyat: *asyhadu an la ilaha illa-Allah wa asyhadu anna
muhammadan 'abduhu wa rasuluh*…

Jadi, ada 2 buah Rukun disana. Saat mengucap "Allahu Akbar" kalian
tidak dalam kondisi makan dan minum. Jadi, kalian sedang puasa. Saat
mengucap "Allahu Akbar" kalian tidak sedang bekerja. Kalian
mengerjakan amal. Pada saat itu, kalian sanggup bekerja namun kalian
meluangkan waktu, kalian mengisi waktu itu dengan ibadah sholat.

Jadi, saat mengucap "Allahu Akbar" kalian ada dihadapan Ka'bah. Jangan
pikir kalian tidak ada disana. Bagi yang tidak bodoh dibawa
Awliyaullah ke Ka'bah. Namun kita tidak dapat melihatnya. Ada tabir
pada diri kita. Kalian saat sholat melihat tembok atau imam. Namun
sesungguhnya, kalian bukan sholat menghadap tembok, kalian sholat
menghadap Ka'bah. Apakah Allah SWT tidak punya kekuatan untuk
menyingkirkan tabir untuk memperlihatkan kepada kalian bahwa ada di
hadapan Ka'bah? Kita berucap, "Allahu Akbar," bahwa "Allah Maha
Besar!" Apakah Dia tidak bisa menyingkirkan tabir dan memperlihatkan
Ka'bah kepada kalian? Kini, kalian menyalakan TV dan melihat Ka'bah.
Tidak bisakah Allah SWT menyalakan TV surgawi dan membawa kalian ke
Ka'bah? (Tentu bisa) Namun ada tabir pada kita. Bukan Allah yang
membuat tabir itu, tapi kitalah yang memberi tabir pada diri kita
sendiri.

Dunya ini bergerak menuju tujuannya. Tahun lalu di bulan Maret
tepatnya pada *Maulid an-Nabi* SAW pergerakan dunya dimulai. Mereka
membukakannya. Mereka membukakan kepada orang-orang untuk melihat;
bagi orang-orang yang tahu bahwa ada perubahan yang datang. Perubahan
tersebut adalah sebuah pembukaan agar sesuatu besar yang akan terjadi.
Awliyaullah menunggu, menunggu dan menunggu sesuatu yang akan terjadi
itu. Dari bulan Maret tahun lalu di California, banyak orang mendengar
itu. Banyak pesan datang bahwa sebuah perubahan akan terjadi.
Perubahan itu terjadi.

Jangan pikir tidak ada Awliyaullah yang telah diberikan otoritas oleh
Allah SWT atas dunia ini. Mereka punya otoritas atas dunia ini. Allah
SWT memberikan kekuatan itu pada Awliyaullah.

Dengan perintah Mawlana, 2 minggu yang lalu saya datang ke sini dan
dengan perintah Mawlana minggu ini saya datang ke sini. Kedatangan ini
bukan karena saya ingin datang atau karena Anda mengundang saya. Dua
tahun yang lalu saya tidak datang. Namun ada sebuah pesan penting
untuk disampaikan, minggu ini juga harus disampaikan.

Saat Awliyaullah ingin kalian melihat, maka kalian akan melihat. Saat
Mawlana Syaikh ingin kalian melihat, maka kalian akan melihat. Kalian
bukanlah sang Syaikh. Kalian adalah domba. Saat domba jantan ingin
melihat, dia bisa membawa seluruh kawanan kembali ke rumah demi
keselamatan.

Dan apakah yang dimiliki oleh para pemburu? Mereka punya anjing untuk
mengantarkan mangsa kepada pemburu. Mangsa. Kalian mengirim anjing
kemana-mana untuk menggiring mangsa untuk datang. Ada sebuah pesan
pada orang itu 2 minggu yang lalu. Orang yang bertanggung jawab atas
seluruh wilayah secara spiritual. Tiap wilayah diseluruh dunia ada
dibawah tanggung jawab seorang wali. Dan *Sultan al-Awliya* bertanggung
jawab atas seluruh dunia. Ada sebuah pesan untuk disampaikan kepada
seorang yang bertanggung jawab atas wilayah Midwest dan ucapan selamat
kepada wali yang bertanggung jawab tersebut.

Jadi, Awliyaullah tidak terhijab. Saat Awliyaullah ingin mengirim
sebuah pesan, mereka tinggal mengirimnya.

Nah, Mawlana Syaikh ingin mengirimkan pesan tersebut. Karena inilah
abad perubahan semakin mendekat. Ada sesuatu yang akan berubah di
seluruh dunia, dari buruk menjadi baik. Allah SWT tidak mengubah dari
baik menjadi buruk. Allah SWT mencintai para hamba-Nya - Dia
menghendaki perubahan dari buruk ke baik.

Itulah mengapa judul sohbet ini "Perubahan yang Kita Butuhkan". Mereka
tidak boleh mengubah judulnya. Awliyaullah mengubah inspirasi dihati
mereka untuk berubah dan perubahan pun terjadi. Dan dengan situasi
baru ini, ada sebuah perubaha besar tang akan terjadi bagi semua orang
dengan merasakan kebahagiaan, semua orang bersyukur kepada Allah SWT
karena inilah persiapan untuk dunia ini mencapai tujuannya. Saat dunia
ini mencapai tujuannya, kita mencapai tujuan kita.

Berkali-kali saya bertanya kepada Mawlana Syaikh (semoga Allah memberi
beliau panjang umur) tentang kaki beliau. Karena kaki beliau bengkak
dan beliau selalu menolak untuk diobati. Mengapa?

Orang-orang bertanya-tanya. Kami bertanya-tanya, namun saat beliau
ingin kalian tahu, maka kalian akan tahu. Beliau ingin menanggung rasa
sakit agar para pengikut beliau tidak akan merasakan sakit di dunya
atau akhirat. Beliau memikul rasa sakit ini, agar para pengikut beliau
tidak merasakan sakit di dunya atau akhirat serta beliau akan
mengorbankan keselamatan dan kenyamanan beliau demi kita agar bisa
merasa nyaman.

Awliyaullah tidak bertindak tanpa ijin. Kini adalah waktunya dimana
Allah SWT pun menguji para wali. Berapa kalikah Rasulullah SAW ditimpa
kesulitan sedangkan beliau adalah Penutup para Nabi? Beliau diberikan
kesulitan demi tubuh suci beliau. Tubuh beliau suci dan ikut pergi
saat* Mi'raj* dan masih saja beliau diperlakukan dengan buruk oleh
kaumnya dalam Perang Uhud. Pasa saat itu mereka mematahkan gigi
beliau. Peristiwa itu terjadi setelah *Mi'raj*. Seseorang yang *Mi'raj*
dengan tubuh sucinya dan kembali lagi ke dunia ini, Allah SWT tidak
pernah meninggalkan beliau sendiri: "Ya Muhammad, angkatlah kesulitan
dari Ummah." Untuk mengangkat kesulitan, beliau harus mengalami patah
gigi. Itu sangat sakit.

Allah SWT menguji Awliyaullah -jangan pikir Allah SWT tidak akan
menguji mereka. Allah SWT ingin para Awliyaullah memikul sebanyak
mungkin tanggung jawab para pengikut mereka. Seperti seorang Syaikh
dan wali yang kalian punyai. Kaum ulama adalah anak-anak dipintu
Awliyaullah. Mereka bukanlah Awliyaullah - mereka adalah orang-orang
yang belajar dan yang masih punya kesombongan, kebanggaan, hawa dan
nafsu. Karena mereka masih belum mau berusaha berjuang melawan
perilaku ini untuk mencapai tingkat ihsan. Maka mereka tidak
memperoleh lebih dari tingkat pertama dari 2 tingkat. Awliyaullah
sudah jauh dalam *maqam al-ihsan* untuk mengubah tingkah laku mereka
menjadi lebih baik.

Saya pernah berkali-kali melihat Mawlana, setelah semua orang
tertidur, beliau mengambil sampah didalam rumah, dan memperlihatkan
kepada saya, apa yang dilakukan seorang ulama dan yang dilakukan
seorang yang mengaku wakil atau deputi. Beliau mendatangi tempat
sampah dan tidak bicara apa-apa kepada semua orang. Beliau mengambil
sampah dan melihat sekerat roti, beliaupun mengambilnya. Beliau
melihat makanan itu disana dan mengambilnya. Menyimpannya dan kemudian
pada hari berikutnya, beliau tidak makan apa-apa dimalam hari karena
tidak merasa lapar. Tapi pada hari berikutnya saat orang-orang makan
di meja makan beliau, beliau membawa makanan yang diambilnya dari
tempat sampah dan memakannya. Aku melihat itu ratusan kali. Tidak saat
ini, namun ketika beliau ada di Damaskus tahun 1980an. Tunjukkan pada
saya kalau ada ulama yang melakukan dialog antar agama mau melakukan
seperti itu. Tidak, mereka membuang-buang makanan. Maulana Syaikh
tidak pernah membuang nikmat apapun dari Allah SWT.

Allah SWT meninggalkan Fira'un. Allah SWT berfirman, "Aku akan
menghancurkan Fira'un demi Sayyidina Musa." Mengapa Allah SWT tidak
menghancurkan Fir'aun pada 40 tahun sebelumnya? Karena Fir'aun
mempunyai kebiasaan mengumpulkan remah-remah makanan yang berjatuhan
dari meja. Fir'aun mengumpulkan dan memakan remah-remah tersebut.
Fir'aun berkata, "Aku tidak bisa membuang remah-remah ini karena
inilah nikmat dari Allah."

Karena saat tujuan datang -karena kita berada dijalan menuju tujuan
akhir- dan tujuan mendekat. Jadi, persiapkan diri kalian untuk tujuan
tersebut. Nah, saat tujuan akhir/masa hidup Fir'aun mendekat, setan
datang dan berkata, "Kau sudah menyimpan makanan dan remah-remah.
Kenapa? Kau kan Tuhan! Tinggalkan itu!"

Berapa kali kita membuang remah-remah bekas kita makan? Di meja kita
dan di lantai. Bukan hanya itu, kita mengambil makanan dan
membuangnya.
Saya tidak berencana membicarakan ini dan Mawlana Syaikh bersikeras
untuk mengatakan bahwa perubahan mendekat. Dan perubahan tersebut
mulai pada *Maulid an-Nabi* SAW dibulan Maret. Sebagian orang di
California mendengar dan melihat perubahan itu. Barang siapa yang
memahami, maka dipahami maksud dari perubahan tersebut.

Mawlana menyebutkan nama seseorang yang sedang datang. Dan orang itu
sudah datang sekarang. Dan kami akan melihat perubahan apa yang akan
terjadi. Ini bukanlah perubahan beliau dan bukan juga perubahan para
pengikut beliau. Bukan, ada sebuah perubahan surgawi mendekat.
Perubahan menjadi lebih baik. Bukan hanya bagi kaum Muslim, tapi buat
semua orang. Allah SWT tidak membedakan siapa yang Muslim dan yang
tidak. Tapi perubahan bagi semua orang. Urusan akhirat lain lagi.
Allah SWT memberikan sebuah perubahan yang sudah dinanti-nanti. Jangan
lupa membaca, "Subhaanallaahi *wa bihamdihi Subhaanallaahil 'Azhim
Astaghfirullah* ."

Wednesday, October 29, 2008

*Temukan Sumber Awet Muda - Manfaat dari Menjaga Lidah dengan Zikrullah*


Fenton, Michigan-Amerika Serikat
Mawlana Syaikh Muhammad Hisham Kabbani ( Suhaba Hari Sabtu Tanggal 13 September 2008)

*SubhanAllah, idzaa zulzilat al-ardhu zilzaalahaa* dan apa yang ada di
dalam bumi dikeluarkan.

Di Indonesia, mereka sedang mencari minyak bumi. Mereka membor 300
meter ke bawah tanah hingga membentur lapisan bumi berisi lumpur
mendidih. Dan selama 2 tahun sampai hari ini, tempat itu memuntahkan
lumpur panas yang menggenangi desa-desa. Sudah 2 tahun tidak berhenti.
Lima ratus ribu dolar Amerika kerugiannya dalam sehari.

Jadi, saat Allah SWT berfirman, "*wa akhrajatil ardhu atsqaalahaa* ,"
lumpur naik ke atas dan menenggelamkan semua desa.

Ketika kami bersama Mawlana Syaikh di Jepang, kami bertemu seorang
laki-laki. Dia punya kartu nama. Dikartu namanya itu tertulis *laa
ilaaha illa-Allah Muhammadan Rasulullah* dan "Bacalah ini, Anda akan
masuk surga". Dia berkata, "Inilah tugas saya." Siapapun yang
membacanya, maka mendapatkannya.

Jadi, buatlah kupon rumah makan – memberikan diskon 10% pada semua
orang yang punya kupon itu. Beritahukan kepada mereka untuk membacanya
(*Laa ilaaha illa Allah*) kemudian berilah diskon.

*A'udzu billah min ash-shaytan ir-rajiim
Bismillahir- Rahmanir- Rahim

Nawaytu'l-arba` in, nawaytu'l-`itikaaf, nawaytu'l-khalwah,
nawaytu'l-riyaada, nawaytu's-suluk, nawaytu'l-`uzlah lillahi ta`ala
fii hadza'l-masjid
*
Itu artinya, jika hati secara istiqamah terus menerus dalam keadaan
zikrullah dan tidak ada apapun yang dapat mengalihkan perhatiannya,
sehingga hatimu selalu terjaga dengan zikrullah, *abwab ul-ma`rifah* ,
pintu ma`rifah mulai terbuka dan begitu juga 6 Haqiqat kepada kalian.
Sebagaimana yang sudah kami jelaskan pada pertemuan sebelumnya.
Konsistenlah dalam cinta kepada Allah SWT dan Sayyidina Muhammad SAW.
Jadi, orang-orang mungkin bertanya apakah definisi dari cinta. Karena
ada mereka yang tidak mau menerima definisi cinta kecuali yang
didefinisikan budaya barat.

Apakah cinta itu? Cinta sangatlah sederhana. Yakni, mencintai segala
sesuatu bagi Akhirat karena Allah SWT dan Rasul-Nya. Dan membenci
segala sesuatu yang diperuntukkan bagi dunya, demi kepentingan Allah
SWT dan Rasul-Nya. Artinya, jika kalian mencintai anak kalian, maka
kalian harus mencintainya karena Allah SWT. Jika mencintai istri
kalian, maka cintailah karena Allah SWT. Jika mencintai sesuatu yang
kalian miliki, maka cintailah karena Allah SWT, cinta itu harus ada di
Jalan Allah SWT.

Jadi, jika hati selalu berada dijalur yang lurus maka Allah SWT
membukakan keenam haqiqat ke hati kalian.

Jadi, sepanjang waktu kami menjelaskan. Namun yang kita butuhkan
adalah praktek. Seperti dokter. Tanpa melakukan 3 tahun latihan, para
dokter tidak akan didatangi satu pasienpun. Jika kita tidak melatih
apa yang kita pelajari, maka saya rasa kita hanya membuang-buang
waktu.

Namun* alhamdulillah* kita dapat melihat apa yang orang-orang praktekkan
meski pada basis yang minimal. Mereka mempraktekkan dengan
menyeberangi lautan (untuk datang kesini) karena cinta yang dibukakan
kepada mereka. Apakah dari cinta kepada dunya? Sehingga mereka datang
untuk mendengar dan belajar, mengendarai mobil selama berjam-jam,
untuk apa semua itu? Untuk sebuah sebab yang sejati. Jika didalam hati
mereka tidak ada cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW serta
Syaikh kita, mengapa mereka datang mengemudikan kendaraannya
bermil-mil ke...

Ini menunjukkan bahwa kita berada dijalur yang benar. Kita harus tetap
berada dijalur ini kemudian Allah SWT akan membukakan ma`rifah kepada
kalian. Saat ma`rifah dibuka, maka *`ilm* datang.

ÝóæóÌóÏóÇ ÚóÈúÏðÇ ãøöäú ÚöÈóÇÏöäóÇ ÂÊóíúäóÇåõ ÑóÍúãóÉð ãöäú ÚöäÏöäóÇ
æóÚóáøóãúäóÇåõ ãöä áøóÏõäøóÇ ÚöáúãðÇ

*Fa wajadaa 'abdam min 'ibaadinaa aatainaahu rahmatan min 'indinaa wa
'allamnaahu mil ladunnaa 'ilmaa* - Lalu mereka bertemu dengan seorang
hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya
rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari
sisi Kami. [Al Kahfi (18):65]

Mengapa Dia mengajarkan pengetahuan surgawi-Nya? Karena beliau
menemukan sumber awet muda. Mengapa Dia mengajari Sayyidina Khidr?
Karena Sayyidina Khidr mencari dan mencari sumber tersebut. Apakah
kita punya sebuah sumber untuk diri kita? Ya, kita punya sebuah
sumber. Namun kita belajar dari sumber itu dari waktu ke waktu. Tapi
tidak terus menerus.

Kita punya sumber, Allah Maha Kuasa akan menjadikan hatimu sebuah
sumber. *Qalb al-mu'min bayt ar-rabb*- hati orang beriman adalah Rumah
Tuhan. Rumah Allah tidak akan menjadi kosong, tapi akan menjadi penuh.

Jadi, ingatlah Allah (zikrullah) sebagaimana Rasulullah SAW ucapkan,
"Jagalah lidahmu dengan zikrullah. *Ija`l lisanak ratban bi zikrullah*".
Jadi, zikrullah adalah satu-satunya yang akan membawa kalian ke sumber
sejati yang akan menempatkan pengetahuan ke dalam hatimu.

Ma`rifah dalam bahasa Arab artinya "untuk mengetahui sesuatu, *'Ilm
*yang lebih tinggi. Ma`rifah lebih tinggi. Ketika tahu sesuatu, maka
kalian mulai menyelidiki dan kemudian Allah SWT akan mengirimkan *'ilm
*pada kalian.

Begini, banyak orang di basement rumahnya… [adzan berkumandang] Allahu
Akbar. Banyak orang mempunyai sistem alarm di basement, jika ada
banjir maka alarm akan berbunyi memberikan peringatan. Atau kalau ada
kebakaran, alarm akan segera berbunyi. Api, api, api. Banjir, banjir,
banjir. Kita harus menaruh sebuah alarm di hati kita. Yang akan
memberi peringatan jika kita tidak berada dijalur yang benar.

Hati-hati kalau alarm berbunyi, artinya setan ada disana. Apakah alarm
tersebut? Itulah zikrullah. Ketika kita melakukan zikir dengan
dizaharkan atau disuarakan, maka segera alarm akan datang. Suara-suara
tidak setuju bermunculan, kemudian dengan segera hatimu mengingatkan untuk
ber-zikrullah. Lalu terserah kalian apakah akan membuka pintu bagi
pengacau atau tidak.

Jangan berusaha mencari-cari alasan, "Oh aku sudah melakukan ini atau
aku sudah melakukan itu dan aku tidak tahu apa-apa." Semua orang tahu
berdasarkan pada pikirannya mana yang baik dan tidak baik. Jangan
berkata, "Aku tidak tahu." Kalian tahu, *fa alhamaha fujuuraha*. Tapi
ucapkan, "Aku memang melakukannya, semoga Allah mengampuniku! "

Jadi ma`rifah lebih tinggi - itu akan membawa kalian lebih tinggi.
Bersungguh-sungguhl ah dan Allah SWT akan mengajari kalian. Apalagi hal
yang lebih baik yang kalian inginkan? Apakah ingin seseorang mengajari
kalian? Jika Allah SWT berfirman, "Bersungguh- sungguhlah dan Aku akan
mengajarimu, " kalian harusnya sangat senang. Kalian akan menemukan
guru seperti itu.

Ketika kalian memuat iklan dikoran dan ingin mendapat seseorang
bergelar Ph.D, maka kalian akan memilih yang terbaik bukan?

Jadi, Allah SWT berfirman, "Aku akan mengajarimu. Tapi kau harus
bersungguh-sungguh. "

Ada lubang-lubang peluru yang harus kita bersihkan dalam pikiran kita.

Allah SWT adalah Maha Guru. Ketika Allah SWT mengutus Sayyidina Khidr
untuk memperlihatkan kepada Sayyidina Musa beberapa pengalaman yang
dilakukannya kepada orang-orang, kemudian malah Sayyidina Musa tidak
sanggup bersabar … "*innaka lan tastati` maya sabra*". Itu untuk seorang
nabi.

Tapi di zaman Ummat Sayyidina Muhammad SAW, kitalah ummmatan marhuma -
Allah memberkahi ummat Muhammad dengan rahmat. Allah SWT berfirman,
"Aku akan menjadi gurumu. Bersungguh-sungguhl ah dan Aku akan
mengajarimu. "

Apa yang akan Allah SWT ajarkan? Allah SWT akan mengajarkan sesuatu
yang tidak seorang pun bisa ajarkan. Dia tidak akan duduk seperti itu
dan mengajar kalian. *Laa tadrikahu al-absaar -* ada suatu cara untuk
dapat melihat Dia. Namun Allah SWT akan memberi inspirasi kepada
kalian, mengirimkan inspirasi ke hati kalian dan menjadikannya seperti
sebuah sumber; kalian mampu bicara dan bicara dan bicara dan orang
mendengarkan serta mengambil hikmah dari kalian.

Grandsyaikh Maulana Syaikh Abdullah Daghestani, semoga Allah merahmati
jiwa beliau, tidak pernah membuka sebuah buku. Beliau tidak belajar.
Tapi dari hari ketika beliau dilahirkan oleh ibunya, mata hati beliau
terbuka. Grandsyaikh tidak membutuhkan seorang pun untuk mengajarinya,
beliau mengambil dari Sayyidina Muhammad SAW. Kalian akan terkejut
saat beliau masih hidup, para ulama datang untuk mendengarkan
ceramah-ceramah yang disampaikannnya. Dalam majelis Grandsyaikh ada
100, 50, 70 orang ulama datang untuk mendengarkan.

Para ulama tersebut dari ulama Syari'ah dan ulama yang mempelajari
Islam. Saat Grandsyaikh bicara memberikan ajaran-ajaran, mereka
menemukan jawaban atas pertanyaan mereka. Salah satu dari mereka
adalah pamanku; dia adalah pimpinan seluruh ulama diwilayah tersebut.

Satu waktu, kami membawa paman menghadap Grandsyaikh setelah berbagai
upaya. Paman selalu menolak, karena dia merasa dirinya ulama. Paman
berkata, "Aku tahu lebih banyak dari semua orang, mengapa aku harus
mengunjunginya? " Itulah kesombongan. Jadi sebagai seorang ulama dan
mereka biasa memanggil pamanku dengan sebutan 'allama, yang artinya
"orang yang mengetahui banyak hal dari setiap pengetahuan. " Segala
sesuatu yang kalian tanyakan, pasti dia tahu.

Dua tahun yang lalu, saya sedang di Lebanon. Dan saya bertemu dengan
salah satu imam tertinggi, Mitron Khidr, dia sangat terkenal. Dia
kenal pamanku dan ketika saya menyebutkan nama pamanku dia berkata,
"Aku akan menceritakan sesuatu kepada anda." Ada istri Perdana Menteri
dan seluruh komunitas elit. Dan saua memberitahunya sebuah cerita
mengenai pamanku yang terjadi kepadaku.

Apakah kalian senang mendengar cerita?

Saya masih muda waktu itu dan akan menghadapi ujian akhir sejarah.
Saat itu saya masih SMA. Hari terakhir adalah ujian sejarah. Pelajaran
itu sangat susah dan bukunya banyak sekali. Saya menghampiri paman dan
dia bertanya, "Ada apa?" Saya menjawab, "Saya akan menghadapi ujian
akhir dan banyak buku yang harus dibaca." Kemudian pamanku berkata,
"Biarkan aku melakukan sholat* istikharah* dan lihatlah jenis pertanyaan
apa saja yang akan dikeluarkan untuk ujian."

Ada ribuan pertanyaan yang mungkin dipakai untuk ujian, bukan hanya
satu. Paman membuka sebuah buku, dia punya sebuah buku tapi bukan buku
sihir. Itu merupakan salah satu buku terkenal di perpustakaan Islam.
Paman punya satu salinannya yang umurnya sudah sangat tua, sebuah
manuskrip. Paman berkata, "Aku akan melakukan sholat* istikharah* dan
hasilnya akan aku beritahukan padamu." Aku berpikir, "Apa maksud
paman?!"

Paman membuka buku itu. Dia tidak tahu sejarah apa yang akan diujikan
esok hari dan dia memberitahuku -setelah dia membuka dan membaca
buku-, "Ujian yang besok akan kau hadapi adalah sebuah pertanyaan
mengenai Sulaiman al-Qanuni [yang Terindah] seorang kaisar dari
dinasti Utsmani dan penguji akan menanyakan kepadamu mengenai sejarah
hidupnya."

Saya percaya pada paman. Kemudian saya pergi dan mempelajari soal itu
sebaik-baiknya dan kami pun pergi ke kelas. Dan saya memberitahu
seorang teman, yang lain memberitahu yang lain dan desas-desus ini
menyebar ke seluruh kelas. Sampai pula ke telinga guru. Dan pada ujian
sejarah adalah 15 halaman mengenai Sulaiman al-Qanuni. Jadi, mereka
menyangka bahwa aku telah mencuri soal ujian dari tempat penyimpanan.
Pak Guru menuduh dan saya menjawab, "Tidak! Ini ceritaku."

Guru itu adalah seorang mahasiswa PhD yang sedang menulis thesisnya.
Saya berkata, "Tidak, pamanku yang mengatakannya. Saya tidak tahu
kalau Anda memberi soal ujian mengenai Sulaiman al-Qanuni." Jadi, dia
pun berkata, "Baiklah, aku akan menulis pertanyaan dikertas-kertas
kecil, dilipat dan dibungkus. Lalu dimasukkan ke dalam kendi. Semuanya
ambil satu kertas dan jawablah pertanyaan yang tertera didalamnya."

Jadi, dia membuat satu per satu pertanyaan, ada 200 pertanyaan. Dia
punya 60-70 orang murid sehingga dia membuat banyak ekstra kertas.
Kemudian tiba giliranku dan saya mengambil satu kertas. Kertas itu
berisi sebuah pertanyaan mengenai Sulaiman al-Qanuni.

Guru itu tidak punya pilihan lain kecuali membiarkan aku menjawab
pertanyaan yang ada. Jadi, aku mendapat nilai A+.

Setelah ujian, dia menyuruhku, "Jangan pulang dulu setelah kelas
selesai." Saya menunggu dan beliaupun menghampiriku seraya bertanya,
"Aku ini mahasiswa PhD dan sebentar lagi akan menghadapi ujian.
Dapatkah pamanmu memberitahuku jawaban ujian?"

Lalu guruku itu pergi bersamaku ke tempat paman. Dan pamanku sangat
ahli dalam bahasa Arab dan dia menyukai ini.

Paman melakukan *istikharah. * Dan paman memberikan 3 buah pertanyaan yang
dia perlukan untuk lulus dari ujian. Setelah saya selesai bercerita,
Mitron (sang uskup) memberitahuku sebuah cerita tentang pamanku.
Katanya:

Suatu kali aku pergi dan kami mendiskusikan sebuah kata dalam bahasa
Arab. Kata yang tidak pernah terpikir oleh seorang pun. Kata ini
sangat dalam maknanya tata bahasa Arab. Bagaimana mereka menggunakan
kata itu digunakan antar suku dizaman sebelum Rasulullah SAW diutus.
Jadi, aku memberikan pamanmu jawabannya, dia juga memberikan jawaban.
Dan aku tahu bahwa jawabannya benar dan jawabanku mungkin hanya
setengahnya yang benar. Akhirnya, dia marah padaku. Dia berkata,
"Dengar, tidak ada lagi argumentasi! " Pamanku punya sebuah
perpustakaan seperti masjid ini dan semua temboknya dijejali
buku-buku. Dan paman duduk dilantai perpustakaan -tidak pernah disofa-
ditemani secangkir teh didepannya.

Dia berkata, "Uskup besar, masuklah. Aku tidak bisa berdiri. Pergi dan
hitunglah 25 buah lemari buku yang ada dan pergilah ke lemari buku
ke-25. Disana ada 6, 7 lapis buku dan ambillah yang ke-15, halaman
552, dan baris 27. Kau akan melihat apa yang aku beritahukan padamu.
Sang uskup besar pergi dan menemukannya.

Jadi, hal itu terlintas dipikiran. Bagaimana paman mengingat buku itu
yang ada dilemari yang mana, lapisan ke berapa, halaman dan baris ke
berapa?

Jadi, uskup mengambil buku dan menemukan halaman dan baris yang
dimaksud. Dibuku itu tertera, apa yang sebelumnya paman katakan.

Kami membicarakan mengenai *`ilm*. Kalian tidak butuh seorang guru.
Allah SWT memberimu sesuatu yang tidak Dia berikan kepada yang lain.
Itulah mengapa dalam hadist Rasulullah SAW, "Hamba-Ku terus berusaha
mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan ibadah* nawafil,* sehingga
Aku pun mencintainya. Apabila ia telah Aku cintai, Aku menjadi
pendengarannya yang dengan Aku ia mendengar, (Aku menjadi)
penglihatannya yang dengan Aku ia melihat, (Aku menjadi) tangannya
yang dengan Aku ia keras memukul, dan (Aku menjadi) kakinya yang
dengan Aku ia berjalan. Jika ia memohon kepadaku-Ku, sungguh, akan Aku
beri dia, dan jika ia memohon perlindungan- Ku, Aku benar-benar akan
melindunginya. [1]

Jadi, kami mendorong paman agar menemui Grandsyaikh. Dan akhirnya
paman setuju. Kami menyetir selama 3 jam dari Beirut ke Damaskus.
Paman tidak senang pergi bepergian, paman tidak pernah meninggalkan
bantal alas duduknya. Paman selalu ada dilantai dengan buku-buku dan
tehnya.

Pada umur 5 tahun, paman sudah menghafal seluruh Kitab Suci al Qur'an
di Mesir. Pada umur 7 tahun, paman duduk didalam ban truk dan meluncur
dari bukit. Mereka datang dan bertanya fatwa kepada paman. Paman
berkata, "Biasanya aku sedang duduk/meluncur dalam ban."

Jadi paman pergi bersama kami, dia tidak berkata apa-apa dan hanya
menggumam. Sampai kami tiba -dan kami tidak memberitahu paman bahwa
ada lereng yang harus didaki- dan paman pun menggumam sepanjang jalan.
Dan Grandsyaikh sedang menunggu didepan pintu meskipun kami tidak
memberitahu beliau akan berkunjung dan membawa paman. Dan kami semua
berjumlah 5 orang. Grandsyaikh memeluk paman dan berkata, "Masuklah." Dan
kemudian Grandsyaikh membuka sebuah sohbet dan bicara selama 3 jam.
Ketika paman datang bersama kami, paman menggumam. Ketika kami
menyetir, paman menggumam. Saat berjalan, paman menggumam. Namun
ketika Grandsyaikh mulai bicara, paman berhenti menggumam. Paman
terkesima. Ketika Grandsyaikh selesai bicara, paman mendatangi dan
mencium tangan Mawlana. Seorang ulama seperti itu, memeluk dan mencium
tangan seorang syaikh -itu sangat berarti.

Kemudian Grandsyaikh menawarkan makanan dan berkata, "Kau tidak bisa
pergi." Paman makan dan kemudian saat kami hendak pulang, paman
mencium kaki dan tangan Grandsyaikh. Untuk ulama saat ini, mencium
kaki adalah masalah besar, mereka sebut itu bid'ah. Begitu juga untuk
pamanku, mencium kaki itu adalah masalah yang sangat besar.

Jadi, paman berkata dalam perjalanan kembali ke Beirut, "Aku sudah
membaca ribuan buku." Dan hati paman bagaikan sebuah mesin fotokopi,
apapun yang paman baca, paman mengingatnya.

Paman melanjutkan, "Ada 7 buah pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh
ulama Muslim dimasa lalu. Aku menaruh pertanyaan ini dipikiranku bahwa
itulah yang akan aku tanyakan kepada beliau dan untuk memojokkan
beliau agar memperlihatkan bahwa aku lebih tahu darinya."

"Dan saat aku datang, beliau mulai bicara dan tidak memberikan aku
kesempatan untuk bertanya. Dan beliau membawa jawaban atas ketujuh
pertanyaan dalam pembicaraannya dan memberikan jawaban untuk
pertanyaan itu seakan-akan tidak ada artinya bagi beliau." Paman
meneruskan, "Pada tiap kata yang beliau sampaikan kepadaku, aku dapat
menulis sebuah buku. Aku tidak akan pernah bisa menjadi seperti
beliau."

Ketika Allah SWT hendak memberikan 'ilm, ma'rifah, Dia memberi. Hal
itu tidak datang dengan belajar. Kalian memperoleh sesuatu namun
terbatas. Namun kalian harus belajar, sebagaimana perintah pertama
dalam Qur'an yaitu "Iqra!" Dan Rasulullah SAW pernah berkata,
"Timbalah ilmu hingga ke negeri Cina." Hal ini mempunyai 2 makna.
Timbalah ilmu dimanapun kau bisa menemukan ilmu. Dan makna lainnya
adalah: carilah ilmu dan teruslah mencari; bahkan bila perjalanan yang
ditempuh begitu jauh, janganlah lelah. Carilah cinta Allah SWT,
carilah cinta Rasulullah SAW. Carilah cinta Awliyaullah. Jangan
berkata, "Ini terlalu banyak. Aku tidak bisa menampungnya. Terlalu
banyak masalah. Terlalu banyak kesulitan."

Tentu saja ada banyak kesulitan. Kalian hidup di kehidupan yang penuh
dengan kesulitan.

Apakah Sayyidina 'Isa tidak berada dalam kesulitan? Apakah Sayyidina
Musa tidak berada dalam kesulitan? Apakah Sayyidina Muhammad SAW tidak
berada dalam kesulitan? Ya, Rasulullah SAW bersabda, "Akulah Nabi yang
paling disiksa oleh sukunya sendiri."

Ya, ada rintangan-rintangan . Dan rintangan ini berbuah pahala. Apakah
Allah SWT menghukum Sayyidina Muhammad SAW dengan kesulitan-kesulitan
itu, atau justru Allah SWT mengangkat beliau? Jadi Allah SWT memberi
dan mengajari Awliyaullah. Jagalah hati kalian dengan zikrullah,
apakah yang pertama-tama akan kalian peroleh? Pengetahuan tentang
sesuatu. Ketika kalian tahu pengetahuan, maka pengetahuan akan
mengarahkan kalian untuk memahami kebesaran pencipta kalian lalu kita
akan tiba di tingikat ketiga yaitu, *Maqam at-Tauhid*. Pemahaman sejati
mengenai Ke-Esa-an Allah SWT. Kemudian ketika kalian mengucapkan* laa
ilaaha illa-Allah* maka *insya-Allah* diterima namun kita memohon kepada
Allah SWT untuk mengubah dari yang imitasi ke yang asli.

Ketika Awliyaullah mengucap *laa ilaaha illa-Allah*, mereka berada di
Hadirat ilahiah; itulah arah mereka. Menyaksikan bahwa tidak ada Rasul
penghabisan kecuali Sayyidina Muhammad SAW. Menurut kalian jika kalian
mengucapkannya dengan hati yang tulus, apakah Allah SWT tidak akan
melimpahkan pengetahuan ke hati kita, apakah Sayyidina Muhammad SAW
tidak akan melimpahkan pengetahuan ke hati kita; apakah *syuyukh* tidak
akan melimpahkan pengetahuan ke hati kita?

Pada saat itu, kita akan memahami makna ketulusan: Surat al-Ikhlash.
Itu artinya kalian tulus terhadap Tuan kalian yang Maha Esa, Dia tidak
membutuhkan siapa pun dan Dia bergantung pada segala sesuatu dan Dia
tiada beranak dan tiada pula diperanakkan dan kemudian kalian paham
*maqam at-tauhid*. Lalu kalian tahu bahwa kalian bergantung kepada Allah
SWT. Itulah Maqam *at-Tawwakul* , bergantung. "*Tawakaltu `ala-Allah* -
Engkau-lah yang membantuku, ya Allah! Aku pasrahkan segalanya
kepada-Mu!"

Jadi, hal itu membawa kalian dari *Maqam al-`Ilm* ke *Maqam al-Ma`rifah*
ke *Maqam at-Tauhid* dan kemudian ke *Maqam at-Tawakul* dan kemudian ke
maqam kelima yaitu, *Maqam `Iraad `Amman Siwa* - meninggalkan segalanya
kecuali Allah. Alihkan wajah kalian dari segala sesuatu kecuali Allah
SWT dan Rasulullah SAW.

Semoga Allah SWT membimbing dan mengarahkan kita.

Itulah mengapa Allah SWT berfirman, "*Dawam al-dzikri sababan li dawam
al-khair fii ad-dunya wal-akhira*. "

Itulah yang Rasulullah SAW berikan kepada seorang sahabat saat dia
berkata kepada Rasulullah, "*katsurat 'alaya syari'a al-islam* –
aturan-aturan Islam jadi terlalu banyak bagiku, berikan aku sesuatu
yang dapat aku lakukan…"

Rasulullah SAW menjawab sahabat itu, "Jagalah lidahmu dengan mengingat
Allah."

Zikrullah menyelamatkan dan membawa kita kepada zikr an-Nabi (SAW). *Wa
min Allah at-Taufiq, bi hurmatil habib al-Fatiha*.

Semua hujan ini berasal dari badai itu. Apa yang akan mereka lakukan
saat terjadi *zilzala *(gempa bumi)? Allah SWT dapat mengirimkan apa
saja, kapan saja. Kita mohon kepada Allah SWT agar melindungi kita
semua. Amin

Al Fatihah

PENJELASAN TENTANG BUKU AMALAN HARIAN

Diambil dari Naqshbandi Book of Devotion (www.Naqshbandi. net)

Bismillahir rahmaanir rahiim

Allahumma shalli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali Muhammadin wa sallim

Surat al-Faatihah

Grandsyaikh Abdullah Fa'iz ad-Daghesani berkata, "Bila seseorang membaca al-Faatihah, dia tidak akan meninggalkan dunia ini tanpa memperoleh Kenikmatan Ilahiah yang tersembunyi di balik arti surat al-Faatihah yang membuatnya bisa mencapai keadaan pasrah kepada Allah . Berkah yang Allah berikan bersama surat al-Faatihah sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad tidak akan berhenti, dan akan berlangsung selamanya, dengan orang yang membaca surat al-Faatihah. Hanya Allah dan Rasulullah yang mengetahui banyaknya berkah yang terdapat dalam surat al-Faatihah. Siapa pun yang membaca surat ini dengan niat untuk mendapatkan tajjali-nya, dia akan mendapat stasiun yang tinggi dan peringkat yang baik. Sedangkan bagi yang membacanya tanpa niat seperti itu, dia hanya mendapat Kenikmatan Ilahiah yang umum. Surat ini memiliki maqamat (stasiun) yang tidak terhitung dan tidak terbatas dalam pandangan Allah , Yang Maha Perkasa dan Mahaagung.

Ayat Amana-r-Rasul (Qs 2:285-286)

Siapa pun yang membaca ayat ini, akan mendapat peringkat yang tinggi dan stasiun yang baik. Dia akan mendapat Keselamatan dari al-Aman (Yang Maha Memberi Keamanan), dalam kehidupan di dunia dan kehidupan akhirat. Dia akan memasuki Lingkaran Keamanan dalam Kehadirat Ilahi Yang Maha Tinggi dan Maha Perkasa, dan dia akan mencapai semua stasiun dalam Thariqat Naqshbandi yang mulia. Dia akan menjadi pewaris Rashasia Rasulullah dan para Awliya dan akan sampai stasiun Bayazid al-Bistami , Imam thariqat, yang berkata, "Aku adalah Kebenaran (al-Haqq)" Ini merupakan tajjali (manifestasi) yang luar biasa yang dimiliki oleh ayat ini, dan juga ayat-ayat yang lain. Grandsyaikh Khalid al-Baghdadi , salah satu Imam thariqat ini, menerima Panorama Spiritual dan Rahasia dari ayat ini, yang dengannya Allah membuat beliau seorang yang istimewa di masanya.

Surat al-Insyirah (Qs 94)

Pada setiap huruf dan masing-masing ayat terdapat tajjali yang berbeda dengan ayat-ayat pada surat lainnya. Siapa pun yang membaca sebuah ayat atau satu huruf al-Qur'an, dia akan mendapat Kasih Ilahiah yang khusus dan bersifat khas terhadap ayat atau huruf tersebut.

Jika seseorang membaca surat ini, dia akan menerima Kasih Ilahiah, tajjali dan kebaikan. Siapa pun yang mengharapkan kebaikan tersebut, dia harus menjaga awrad ini setiap hari bersama dengan kewajiban lainnya. Barulah dia akan mendapat Kehidupan yang Sejati dan Kehidupan yang Abadi.

Stasiun dan Kasih Ilahiah yang terus-menerus ini adalah satu kesatuan dan tidak bisa dipisahkan, jadi satu kekurangan dalam awrad secara otomatis akan mengurangi banyaknya Kasih Ilahiah yang akan diterima. Sebagai contoh, jika kita ingin mencuci tangan, kita bisa menunggu di depan keran sampai air keluar. Tetapi jika pipanya tidak tersambung dengan baik, sehingga air tidak sampai ke keran, berapa pun lamanya kita menunggu, air tidak akan pernah keluar. Jadi kita harus menjaga jangan sampai terjadi kekurangan dalam dzikir kita sampai kita mendapat semua tajjali dan Kasih Ilahiah.

Surat al-Ikhlash (Qs 112)

Siapa pun yang membacakan surat ini dengan sungguh-sungguh akan mendapat tajjali dari dua Nama Allah , al-Ahad (Yang Maha Esa) dan as-Shamad (Yang Maha Dibutuhkan). Siapa pun yang membacanya akan mendapat sebagian dari tajjali tersebut.

Surat al-Falaq (Qs 113) dan an-Naas (Qs 114)

Realitas dari Rahasia dan Kesempurnaan yang menyeluruh (kamal) dari Kebesaran Nama-Nama Allah dihubungkan dengan kedua surat ini. Karena keduanya menjadi surat penutup al-Qur'an, keduanya terhubung dengan seluruh tajjali dan Kasih Ilahiah. Melalui awrad ini, para guru thariqat Naqshbandi menjadi Samudra Pengetahuan dan seorang yang ahli. Grandsyaikh Abdullah Fa'iz ad-Daghestani berkata, "Kalian sekarang telah mencapai awalnya, di mana setiap ayat, huruf dan surat dalam al-Qur'an mempunyai tajjali-nya masing-masing, yang tidak bertumpang tindih satu sama lain." Untuk itu Rasulullah bersabda, "Aku telah meninggalkan tiga hal untuk ummatku, kematian yang akan membuat mereka takut, mimpi yang benar yang akan membawa berita gembira bagi mereka, dan al-Qur'an yang akan menjadi pedoman bagi mereka." Melalui al-Qur'an Allah akan membuka pintu Kasih Ilahiah pada saat-saat terakhir, sebagaimana ketika al-Qur'an diturunkan pada
masa

Rasulullah dan para sahabat, pada masa kalifah dan di masa para Awliya.

Awrad / Dzikir Harian

Awrad untuk tiga tingkatan murid ini harus dilakukan sekali dalam 24 jam bersama dengan kewajiban lainnya sesuai dengan syari'ah Rasulullah . Semua yang dibawa oleh beliau dapat ditemukan dalam awrad ini. Ini adalah cara bagi para hamba untuk mencapai kunci kedekatan dengan Allah . Dengan awrad tersebut para Rasul, Anbiya dan Awliya mencapai Sang Penciptanya dan melalui awrad ini pula kita dapat mencapai seluruh stasiun dalam thariqat Naqshbandi yang mulia.

Para guru thariqat Naqshbandi mengatakan bahwa siapa pun yang menganggap dirinya tergabung dalam salah satu dari 40 thariqat atau menjadi pengikut thariqat Naqshbandi yang mulia tetapi tidak pernah melakukan khalwat walaupun sekali seumur hidup, maka seharusnya orang itu malu untuk berhubungan dengan murid-murid yang lain.

Grandsyaikh Syaikh 'Abdullah Fa'iz ad-Daghestani berkata, "Siapa pun yang hidup di akhir zaman dan berharap untuk mendapat posisi yang tinggi dan terhormat serta ingin mendapat apa yang didapatkan oleh orang yang berkhalwat dan melakukan latihan-latihan spiritual (dzikir), maka dia harus mengerjakan awrad ini. Dengan awrad ini, berarti kita telah meletakkan pondasi untuk stasiun yang lebih tinggi yang akan dibangun di atasnya. Seorang murid harus menyadari bahwa jika dia gagal mencapai posisi yang tinggi dan terhormat di dunia ini karena kurang berusaha, maka seharusnya dia tidak terpisah dari dunia ini, tetapi Syaikh membuat dia dapat mencapainya dan mendapatkan stasiunnya baik selama dia hidup atau pada saat 7 nafas terakhir menjelang kematiannya. "

"Jika seorang melakukan awrad (dzikir) ini tetapi kemudian melakukan tindakan yang tidak pantas, berarti dia bagaikan membangun rumah di tepi karang yang terjal, kemudian rumahnya itu jatuh sehingga hancur berantakan. Jadi kita harus selalu waspada dan awas terhadap segala tindakan kita, menimbangnya dengan cermat apakah tindakan tersebut halal atau haram, atau apakah Allah akan marah terhadap tindakan tersebut atau tidak. Kita juga harus mengetahui bahwa segala hal yang haram akan melemahkan pondasi kita. Oleh karena itu kita harus berpikir sebelum melakukan sesuatu. Rasulullah bersabda, "Satu jam berpikir (kontemplasi) lebih baik dari 70 tahun beribadah." Kita harus bisa melakukan segala aktivitas kita dengan cara yang benar, tanpa ada intervensi dari sesuatu yang diharamkan."

"Dalam kehidupan ini, Allah telah membagi hari ke dalam 3 bagian, 8 jam untuk beribadah, 8 jam untuk bekerja, dan 8 jam untuk tidur. Seseorang yang tidak menerima dan mengikuti pembagian energi ini akan menjadi contoh yang tepat bagi hadits yang berbunyi, 'Barang siapa yang kehidupannya kacau, dia juga akan mengalami kekacauan di neraka.' Siapa yang hanya mengikuti kemauannya tidak akan mencapai kemajuan dan siapa yang ingin mencapai stasiun yang tinggi dan terhormat sebagaimana yang berusaha didapatkan oleh generasi sebelumnya dengan berkhalwat, maka dia harus mengingat Allah setiap saat."

Grandsyaikh melanjutkan, "Mereka yang membaca awrad secara rutin akan mendapat air dari Kehidupan yang Sejati, yang dengan air itu dia akan melakukan pembersihan diri. Dia akan mandi di dalamnya dan akan meminumnya, dengan jalan itu dia akan mencapai tujuannya. Ada orang yang mengaku telah mengikuti thariqat selama 30 tahun, tetapi dia belum bisa melihat sesuatu dan tidak mendapat sesuatu yang istimewa. Jawaban bagi orang itu adalah melihat kembali ke belakang, berapa banyak kekurangan yang telah dilakukannya?

Pada saat kalian mengetahui kekurangan tersebut, segeralah hindari hal tersebut, dengan demikian kalian akan mencapai Allah . Ketika murid meninggalkan tugas harian (wazifa) yang diperintahkan oleh Syaikhnya, maka dia akan terhambat dalam mencapai kemajuan dan dia tidak akan mampu mencapai satu stasiun apa pun yang telah dicapai sebelumnya. Tidak ada Nabi yang mencapai kenabiannya atau tidak seorang pun Wali yang mencapai kewaliannya, dan tidak ada seorang Mukmin yang mencapai tahapan keimanan tanpa menggunakan waktunya untuk melakukan dzikir harian."

Wa min Allah at taufiq

Penjelasan Buku Amalan Haria

Diambil dari Naqshbandi Book of Devotion (www.Naqshbandi. net)

Bismillahir rahmaanir rahiim

Allahumma shalli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali Muhammadin wa sallim

Surat al-Faatihah

Grandsyaikh Abdullah Fa'iz ad-Daghesani berkata, "Bila seseorang membaca al-Faatihah, dia tidak akan meninggalkan dunia ini tanpa memperoleh Kenikmatan Ilahiah yang tersembunyi di balik arti surat al-Faatihah yang membuatnya bisa mencapai keadaan pasrah kepada Allah . Berkah yang Allah berikan bersama surat al-Faatihah sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad tidak akan berhenti, dan akan berlangsung selamanya, dengan orang yang membaca surat al-Faatihah. Hanya Allah dan Rasulullah yang mengetahui banyaknya berkah yang terdapat dalam surat al-Faatihah. Siapa pun yang membaca surat ini dengan niat untuk mendapatkan tajjali-nya, dia akan mendapat stasiun yang tinggi dan peringkat yang baik. Sedangkan bagi yang membacanya tanpa niat seperti itu, dia hanya mendapat Kenikmatan Ilahiah yang umum. Surat ini memiliki maqamat (stasiun) yang tidak terhitung dan tidak terbatas dalam pandangan Allah , Yang Maha Perkasa dan Mahaagung.

Ayat Amana-r-Rasul (Qs 2:285-286)

Siapa pun yang membaca ayat ini, akan mendapat peringkat yang tinggi dan stasiun yang baik. Dia akan mendapat Keselamatan dari al-Aman (Yang Maha Memberi Keamanan), dalam kehidupan di dunia dan kehidupan akhirat. Dia akan memasuki Lingkaran Keamanan dalam Kehadirat Ilahi Yang Maha Tinggi dan Maha Perkasa, dan dia akan mencapai semua stasiun dalam Thariqat Naqshbandi yang mulia. Dia akan menjadi pewaris Rashasia Rasulullah dan para Awliya dan akan sampai stasiun Bayazid al-Bistami , Imam thariqat, yang berkata, "Aku adalah Kebenaran (al-Haqq)" Ini merupakan tajjali (manifestasi) yang luar biasa yang dimiliki oleh ayat ini, dan juga ayat-ayat yang lain. Grandsyaikh Khalid al-Baghdadi , salah satu Imam thariqat ini, menerima Panorama Spiritual dan Rahasia dari ayat ini, yang dengannya Allah membuat beliau seorang yang istimewa di masanya.

Surat al-Insyirah (Qs 94)

Pada setiap huruf dan masing-masing ayat terdapat tajjali yang berbeda dengan ayat-ayat pada surat lainnya. Siapa pun yang membaca sebuah ayat atau satu huruf al-Qur'an, dia akan mendapat Kasih Ilahiah yang khusus dan bersifat khas terhadap ayat atau huruf tersebut.

Jika seseorang membaca surat ini, dia akan menerima Kasih Ilahiah, tajjali dan kebaikan. Siapa pun yang mengharapkan kebaikan tersebut, dia harus menjaga awrad ini setiap hari bersama dengan kewajiban lainnya. Barulah dia akan mendapat Kehidupan yang Sejati dan Kehidupan yang Abadi.

Stasiun dan Kasih Ilahiah yang terus-menerus ini adalah satu kesatuan dan tidak bisa dipisahkan, jadi satu kekurangan dalam awrad secara otomatis akan mengurangi banyaknya Kasih Ilahiah yang akan diterima. Sebagai contoh, jika kita ingin mencuci tangan, kita bisa menunggu di depan keran sampai air keluar. Tetapi jika pipanya tidak tersambung dengan baik, sehingga air tidak sampai ke keran, berapa pun lamanya kita menunggu, air tidak akan pernah keluar. Jadi kita harus menjaga jangan sampai terjadi kekurangan dalam dzikir kita sampai kita mendapat semua tajjali dan Kasih Ilahiah.

Surat al-Ikhlash (Qs 112)

Siapa pun yang membacakan surat ini dengan sungguh-sungguh akan mendapat tajjali dari dua Nama Allah , al-Ahad (Yang Maha Esa) dan as-Shamad (Yang Maha Dibutuhkan). Siapa pun yang membacanya akan mendapat sebagian dari tajjali tersebut.

Surat al-Falaq (Qs 113) dan an-Naas (Qs 114)

Realitas dari Rahasia dan Kesempurnaan yang menyeluruh (kamal) dari Kebesaran Nama-Nama Allah dihubungkan dengan kedua surat ini. Karena keduanya menjadi surat penutup al-Qur'an, keduanya terhubung dengan seluruh tajjali dan Kasih Ilahiah. Melalui awrad ini, para guru thariqat Naqshbandi menjadi Samudra Pengetahuan dan seorang yang ahli. Grandsyaikh Abdullah Fa'iz ad-Daghestani berkata, "Kalian sekarang telah mencapai awalnya, di mana setiap ayat, huruf dan surat dalam al-Qur'an mempunyai tajjali-nya masing-masing, yang tidak bertumpang tindih satu sama lain." Untuk itu Rasulullah bersabda, "Aku telah meninggalkan tiga hal untuk ummatku, kematian yang akan membuat mereka takut, mimpi yang benar yang akan membawa berita gembira bagi mereka, dan al-Qur'an yang akan menjadi pedoman bagi mereka." Melalui al-Qur'an Allah akan membuka pintu Kasih Ilahiah pada saat-saat terakhir, sebagaimana ketika al-Qur'an diturunkan pada
masa

Rasulullah dan para sahabat, pada masa kalifah dan di masa para Awliya.

Awrad / Dzikir Harian

Awrad untuk tiga tingkatan murid ini harus dilakukan sekali dalam 24 jam bersama dengan kewajiban lainnya sesuai dengan syari'ah Rasulullah . Semua yang dibawa oleh beliau dapat ditemukan dalam awrad ini. Ini adalah cara bagi para hamba untuk mencapai kunci kedekatan dengan Allah . Dengan awrad tersebut para Rasul, Anbiya dan Awliya mencapai Sang Penciptanya dan melalui awrad ini pula kita dapat mencapai seluruh stasiun dalam thariqat Naqshbandi yang mulia.

Para guru thariqat Naqshbandi mengatakan bahwa siapa pun yang menganggap dirinya tergabung dalam salah satu dari 40 thariqat atau menjadi pengikut thariqat Naqshbandi yang mulia tetapi tidak pernah melakukan khalwat walaupun sekali seumur hidup, maka seharusnya orang itu malu untuk berhubungan dengan murid-murid yang lain.

Grandsyaikh Syaikh 'Abdullah Fa'iz ad-Daghestani berkata, "Siapa pun yang hidup di akhir zaman dan berharap untuk mendapat posisi yang tinggi dan terhormat serta ingin mendapat apa yang didapatkan oleh orang yang berkhalwat dan melakukan latihan-latihan spiritual (dzikir), maka dia harus mengerjakan awrad ini. Dengan awrad ini, berarti kita telah meletakkan pondasi untuk stasiun yang lebih tinggi yang akan dibangun di atasnya. Seorang murid harus menyadari bahwa jika dia gagal mencapai posisi yang tinggi dan terhormat di dunia ini karena kurang berusaha, maka seharusnya dia tidak terpisah dari dunia ini, tetapi Syaikh membuat dia dapat mencapainya dan mendapatkan stasiunnya baik selama dia hidup atau pada saat 7 nafas terakhir menjelang kematiannya. "

"Jika seorang melakukan awrad (dzikir) ini tetapi kemudian melakukan tindakan yang tidak pantas, berarti dia bagaikan membangun rumah di tepi karang yang terjal, kemudian rumahnya itu jatuh sehingga hancur berantakan. Jadi kita harus selalu waspada dan awas terhadap segala tindakan kita, menimbangnya dengan cermat apakah tindakan tersebut halal atau haram, atau apakah Allah akan marah terhadap tindakan tersebut atau tidak. Kita juga harus mengetahui bahwa segala hal yang haram akan melemahkan pondasi kita. Oleh karena itu kita harus berpikir sebelum melakukan sesuatu. Rasulullah bersabda, "Satu jam berpikir (kontemplasi) lebih baik dari 70 tahun beribadah." Kita harus bisa melakukan segala aktivitas kita dengan cara yang benar, tanpa ada intervensi dari sesuatu yang diharamkan."

"Dalam kehidupan ini, Allah telah membagi hari ke dalam 3 bagian, 8 jam untuk beribadah, 8 jam untuk bekerja, dan 8 jam untuk tidur. Seseorang yang tidak menerima dan mengikuti pembagian energi ini akan menjadi contoh yang tepat bagi hadits yang berbunyi, 'Barang siapa yang kehidupannya kacau, dia juga akan mengalami kekacauan di neraka.' Siapa yang hanya mengikuti kemauannya tidak akan mencapai kemajuan dan siapa yang ingin mencapai stasiun yang tinggi dan terhormat sebagaimana yang berusaha didapatkan oleh generasi sebelumnya dengan berkhalwat, maka dia harus mengingat Allah setiap saat."

Grandsyaikh melanjutkan, "Mereka yang membaca awrad secara rutin akan mendapat air dari Kehidupan yang Sejati, yang dengan air itu dia akan melakukan pembersihan diri. Dia akan mandi di dalamnya dan akan meminumnya, dengan jalan itu dia akan mencapai tujuannya. Ada orang yang mengaku telah mengikuti thariqat selama 30 tahun, tetapi dia belum bisa melihat sesuatu dan tidak mendapat sesuatu yang istimewa. Jawaban bagi orang itu adalah melihat kembali ke belakang, berapa banyak kekurangan yang telah dilakukannya?

Pada saat kalian mengetahui kekurangan tersebut, segeralah hindari hal tersebut, dengan demikian kalian akan mencapai Allah . Ketika murid meninggalkan tugas harian (wazifa) yang diperintahkan oleh Syaikhnya, maka dia akan terhambat dalam mencapai kemajuan dan dia tidak akan mampu mencapai satu stasiun apa pun yang telah dicapai sebelumnya. Tidak ada Nabi yang mencapai kenabiannya atau tidak seorang pun Wali yang mencapai kewaliannya, dan tidak ada seorang Mukmin yang mencapai tahapan keimanan tanpa menggunakan waktunya untuk melakukan dzikir harian."

Wa min Allah at taufiq

The Miracle of Sayidina Syaikh Naqshbandi

Mawlana, Imam al Tariqat wa Hujat Allahi Shaykh al-Akbar

Miracles of Shah Naqshband

Audhu billahi min ash-Shaytan ir-rajeem. Bismillah ir-rahman ir-raheem. Dastoor ya sayyidi madad. Nawaytul arba`een, nawaytul ‘itikaf, nawaytul khalwa, nawaytul `uzla, nawatul riyaada, nawaytus suluk, fee hadhal masjid lillahi ta`ala al-`adheem.

By Mawlana Shaykh Hisham Al-Kabbani

I will now narrate one of the stories of Sayyidina Shah Naqshband {q}, who is the imam of the Naqshbandi Sufi Order and a great `alim[57] in his time.

  • He was a rare scholar of `ilm ash-shari’ah[58], and in `ilm al-Haqiqat[59].

  • He was known as dhu-janahayn, possessor of two wings, keeping two sorts of knowledge: one he shares with all, and one he keeps for his followers.

  • He was also known as Sultan al-`Arifeen, King of the Gnostics.

Sayyidina Shaykh Sharafuddin relates the hadith inda dhikr as-sulaha tanzal ar-rahma. It means, whenever the awliya[60] are mentioned the mercy of Allah descends on that group, because they are mentioning His saints. Where that mercy descends is one of the secrets revealed by Sayyidina Grandshaykh Sharafuddin and Grandshaykh AbdAllah al-Faiz during their seclusions, when they received secrets from their shaykhs and from the Prophet .

Grandshaykh Sharafuddin ad-Daghestani said, “When the stories of the saints and details of their lives are mentioned, the sins of the listeners will be shattered away as the shattering of glass.”

Being a great scholar in his time, he mentioned that Ibn Hajar al-Haytami often traveled one or two days (then they measured distance in time or days), to hear the stories narrated by Naqshbandi shaykhs. One such story is regarding Muhammad Bahauddin an-Naqshband (Shah Naqshband) of Bukhara, presently known as Uzbekistan.

When he reached the age of seven years, Shah Naqshband was brought to meet with all spirits of anbiya-ullah[61] and messengers, in the presence of Sayyidina Muhammad {s}. In the presence of the Prophet age is not significant, only the spirit is significant.

Thus Shah Naqshband arrived in that holy presence at age seven: he was unique, for no one could match his level among all Naqshbandis of that time.

There in the presence of the Prophet , Sayyidina Musa [62] asked Shah Naqshband, Ya fard al-`alam,

  • “When were you chosen as a guide for humanity?”[63]

  • Shah Naqshband {q} replied, “I was a Murshid when Awliya were in complete non-existence[64].”

  • (Meaning, “I was Murshid before Allah created the Awliya.”)

  • He was not speaking about himself, but rather of the secret of the Prophet which was passed to him, at that level, in that unique state of ecstasy.

  • Then Sayyidina Musa said, “Explain; we want to know.”

  • Sayyidina Shah Naqshband {q} receives from the line of Sayyidina Abu Bakr as-Siddiq , so out of adab[65] for Sayyidina Musa,

  • Abu Bakr as-Siddiq answered, “O Musa! When Shah Naqshband spoke to you, it was from the level he inherited from Prophet Muhammad {s}, and from that level it is one of forty-nine parts of nubuwwat.[66]

  • From the secret of that level, he answered you.” Then Abu Bakr looked at Sayyidina Shah Naqshband, indicating permission to respond to the questions.

Shah Naqshband {q} replied,

  • “I was a murshid[67] when there were no Awliya, before granting the Awliya their position in yawma alastu birabbikum[68].

  • Even then I was a Murshid, and Allah allowed me to look after my followers and their sustenance, and guide them when the awliya were yet in void.”

Sayyidina Musa repeated, “Explain.”

  • Sayyidina Naqshband continued,

  • “I was given my station of sainthood before every wali was given his station of sainthood from the Naqshbandi Order.

  • And I received that when I was still in the world of atoms[69].

  • Allah created me before He had yet created the Naqshbandi awliya by twenty-thousand years, and I was under the tarbiyya and inayat[70] of the Prophet .

  • Allah then created all other awliya and they appeared after 17,000 years.

  • There is a difference of 10,000 years between my reality’s appearance and theirs. That is what I meant.”

That occurred when Shah Naqshband was seven years old, and it was his first irshad[71] in the presence of anbiya, the awliya-ullah and sahaba[72].

Allah granted Shah Naqshband 12,000 specialties.

  • One of these specialties, in order to give you an idea of the others (and this is one of the ordinary ones) is the power to focus his vision around this universe 363 times in twenty-four hours, encompassing the entire universe.

  • He is able to look at 363 times each day at every creation, upon human beings, observing what they are doing, including the state of their sustenance, their affairs, their problems and difficulties.

  • Not only that, he is able to look after every baby in the womb of its mother.

  • This is one of his basic specialties.

  • On that occasion of his first visit he asked, “O my Lord, don’t let any one who takes me as a guide and those who came after me or before me exist without support from You.”

  • All the angels of the skies[73] said, “Ameen[74].”

Grandshaykh said the baraka of that du`a[75] appears four times a year, and its protection is sent to the followers of Shah Naqshband four times a year.

  • One is the fourteenth of Muharram[76], Shah Naqshband’s birthday;

  • on the first day of Ramadan[77],

  • the fifteenth of Ramadan and

  • Laylat al-Qadr[78].

On these special days of the year, Allah sends that special protection to the followers of Shah Naqshband. Whoever entered the Naqshbandi tariqat[79] will be protected from all sides.

  • When Allah I created the Awliya after 17,000 years (10,000 years after Shah Naqshband’s creation),

  • they came to the World of Essence, spoke to the essence of Shah Naqshband, and asked him for the sake of Prophet Muhammad {s} to be accepted in the Naqshbandi Way.

  • He accepted 7007 of them to be saints, and each of them were granted 12,000 knowledge's from every letter of Qur`an they read.

  • Shah Naqshband sought this distinction for the sake of Prophet Muhammad, and when he requested it the Prophet looked at him and raised him for every letter of Qur`an multiplied by the 12,000 knowledges given on each letter to these awliya.

  • For each of those 7007 awliya Shah Naqshband was raised that many levels.

  • We say there are 70,000 veils of darkness between us and the presence of the Prophet.

  • As much as you become nearer to the Prophet , the last veil makes you feel you are very far from the Prophet’s reality.

  • For to be near to the presence of the Prophet, your ishq[80] will make you feel even farther away from him.

From that station of knowledge Shah Naqshband {q}revealed,

  • “When awliya-ullah destroy those veils and approach the presence of the Prophet, there are 700,000 more veils to overcome to reach the essence of the Presence of the Prophet.

  • I crossed where no one reached before.”

  • That is similar to the story of Sayyidina Bayazid al-Bistami.

  • When he was stoned and tortured by his tribe he went onboard a ship and prayed, “O My Lord! Take me to a place where I will feel happy.”

  • Thereafter, the ship began to toss about on the high waves.

  • The ship’s captain said, “There must be a great sinner on board who is causing this calamity!” Sayyidina Bayazid al-Bistami said, “I am that sinner; throw me in the ocean.”

  • He said to himself, “I am going into that ocean and I am going to seek the Presence of Allah.” As soon as he was thrown in, the water stopped tossing about, and Sayyidina Bayazid, without thinking of any other purpose and using his utmost spiritual power, began to plunge into that Ocean of (realities?)

  • at a speed greater than the speed of light, until he reached a place of ultimate darkness and void. There he heard a voice which Grandshaykh described as, “Huuuuuuuuuuuuuuuuuuu.

  • Sayyidina Bayazid was granted extraordinary spiritual powers, similar to those of Shah Naqshband, powers which he tried to use to count the number of all the people at that location saying “Huuuu…”

  • Despite using all his power, he could not count them. Grandshaykh says Sayyidina Bayazid then realized this was a presence he could not reach, and he knew it was Shah Naqshband and his followers reciting “Huuuu…”

Although Shah Naqshband came many centuries after Sayyidina Bayazid al-Bistami, still he reached Shah Naqshband’s spiritual presence and that of his murids[81]. And Sayyidina Bayazid al-Bistami was worried, anticipating that Shah Naqshband would ask him, “Why are you here?” and then send him away, for awliya guard their followers and don’t want another wali in their territory. «

Bihurmat al habeeb wa bi hurmat al-Fatiha. For the sake of the Beloved, for his sake we recite the Opening Chapter of Qur`an.