Followers

Wednesday, October 29, 2008

PENJELASAN TENTANG BUKU AMALAN HARIAN

Diambil dari Naqshbandi Book of Devotion (www.Naqshbandi. net)

Bismillahir rahmaanir rahiim

Allahumma shalli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali Muhammadin wa sallim

Surat al-Faatihah

Grandsyaikh Abdullah Fa'iz ad-Daghesani berkata, "Bila seseorang membaca al-Faatihah, dia tidak akan meninggalkan dunia ini tanpa memperoleh Kenikmatan Ilahiah yang tersembunyi di balik arti surat al-Faatihah yang membuatnya bisa mencapai keadaan pasrah kepada Allah . Berkah yang Allah berikan bersama surat al-Faatihah sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad tidak akan berhenti, dan akan berlangsung selamanya, dengan orang yang membaca surat al-Faatihah. Hanya Allah dan Rasulullah yang mengetahui banyaknya berkah yang terdapat dalam surat al-Faatihah. Siapa pun yang membaca surat ini dengan niat untuk mendapatkan tajjali-nya, dia akan mendapat stasiun yang tinggi dan peringkat yang baik. Sedangkan bagi yang membacanya tanpa niat seperti itu, dia hanya mendapat Kenikmatan Ilahiah yang umum. Surat ini memiliki maqamat (stasiun) yang tidak terhitung dan tidak terbatas dalam pandangan Allah , Yang Maha Perkasa dan Mahaagung.

Ayat Amana-r-Rasul (Qs 2:285-286)

Siapa pun yang membaca ayat ini, akan mendapat peringkat yang tinggi dan stasiun yang baik. Dia akan mendapat Keselamatan dari al-Aman (Yang Maha Memberi Keamanan), dalam kehidupan di dunia dan kehidupan akhirat. Dia akan memasuki Lingkaran Keamanan dalam Kehadirat Ilahi Yang Maha Tinggi dan Maha Perkasa, dan dia akan mencapai semua stasiun dalam Thariqat Naqshbandi yang mulia. Dia akan menjadi pewaris Rashasia Rasulullah dan para Awliya dan akan sampai stasiun Bayazid al-Bistami , Imam thariqat, yang berkata, "Aku adalah Kebenaran (al-Haqq)" Ini merupakan tajjali (manifestasi) yang luar biasa yang dimiliki oleh ayat ini, dan juga ayat-ayat yang lain. Grandsyaikh Khalid al-Baghdadi , salah satu Imam thariqat ini, menerima Panorama Spiritual dan Rahasia dari ayat ini, yang dengannya Allah membuat beliau seorang yang istimewa di masanya.

Surat al-Insyirah (Qs 94)

Pada setiap huruf dan masing-masing ayat terdapat tajjali yang berbeda dengan ayat-ayat pada surat lainnya. Siapa pun yang membaca sebuah ayat atau satu huruf al-Qur'an, dia akan mendapat Kasih Ilahiah yang khusus dan bersifat khas terhadap ayat atau huruf tersebut.

Jika seseorang membaca surat ini, dia akan menerima Kasih Ilahiah, tajjali dan kebaikan. Siapa pun yang mengharapkan kebaikan tersebut, dia harus menjaga awrad ini setiap hari bersama dengan kewajiban lainnya. Barulah dia akan mendapat Kehidupan yang Sejati dan Kehidupan yang Abadi.

Stasiun dan Kasih Ilahiah yang terus-menerus ini adalah satu kesatuan dan tidak bisa dipisahkan, jadi satu kekurangan dalam awrad secara otomatis akan mengurangi banyaknya Kasih Ilahiah yang akan diterima. Sebagai contoh, jika kita ingin mencuci tangan, kita bisa menunggu di depan keran sampai air keluar. Tetapi jika pipanya tidak tersambung dengan baik, sehingga air tidak sampai ke keran, berapa pun lamanya kita menunggu, air tidak akan pernah keluar. Jadi kita harus menjaga jangan sampai terjadi kekurangan dalam dzikir kita sampai kita mendapat semua tajjali dan Kasih Ilahiah.

Surat al-Ikhlash (Qs 112)

Siapa pun yang membacakan surat ini dengan sungguh-sungguh akan mendapat tajjali dari dua Nama Allah , al-Ahad (Yang Maha Esa) dan as-Shamad (Yang Maha Dibutuhkan). Siapa pun yang membacanya akan mendapat sebagian dari tajjali tersebut.

Surat al-Falaq (Qs 113) dan an-Naas (Qs 114)

Realitas dari Rahasia dan Kesempurnaan yang menyeluruh (kamal) dari Kebesaran Nama-Nama Allah dihubungkan dengan kedua surat ini. Karena keduanya menjadi surat penutup al-Qur'an, keduanya terhubung dengan seluruh tajjali dan Kasih Ilahiah. Melalui awrad ini, para guru thariqat Naqshbandi menjadi Samudra Pengetahuan dan seorang yang ahli. Grandsyaikh Abdullah Fa'iz ad-Daghestani berkata, "Kalian sekarang telah mencapai awalnya, di mana setiap ayat, huruf dan surat dalam al-Qur'an mempunyai tajjali-nya masing-masing, yang tidak bertumpang tindih satu sama lain." Untuk itu Rasulullah bersabda, "Aku telah meninggalkan tiga hal untuk ummatku, kematian yang akan membuat mereka takut, mimpi yang benar yang akan membawa berita gembira bagi mereka, dan al-Qur'an yang akan menjadi pedoman bagi mereka." Melalui al-Qur'an Allah akan membuka pintu Kasih Ilahiah pada saat-saat terakhir, sebagaimana ketika al-Qur'an diturunkan pada
masa

Rasulullah dan para sahabat, pada masa kalifah dan di masa para Awliya.

Awrad / Dzikir Harian

Awrad untuk tiga tingkatan murid ini harus dilakukan sekali dalam 24 jam bersama dengan kewajiban lainnya sesuai dengan syari'ah Rasulullah . Semua yang dibawa oleh beliau dapat ditemukan dalam awrad ini. Ini adalah cara bagi para hamba untuk mencapai kunci kedekatan dengan Allah . Dengan awrad tersebut para Rasul, Anbiya dan Awliya mencapai Sang Penciptanya dan melalui awrad ini pula kita dapat mencapai seluruh stasiun dalam thariqat Naqshbandi yang mulia.

Para guru thariqat Naqshbandi mengatakan bahwa siapa pun yang menganggap dirinya tergabung dalam salah satu dari 40 thariqat atau menjadi pengikut thariqat Naqshbandi yang mulia tetapi tidak pernah melakukan khalwat walaupun sekali seumur hidup, maka seharusnya orang itu malu untuk berhubungan dengan murid-murid yang lain.

Grandsyaikh Syaikh 'Abdullah Fa'iz ad-Daghestani berkata, "Siapa pun yang hidup di akhir zaman dan berharap untuk mendapat posisi yang tinggi dan terhormat serta ingin mendapat apa yang didapatkan oleh orang yang berkhalwat dan melakukan latihan-latihan spiritual (dzikir), maka dia harus mengerjakan awrad ini. Dengan awrad ini, berarti kita telah meletakkan pondasi untuk stasiun yang lebih tinggi yang akan dibangun di atasnya. Seorang murid harus menyadari bahwa jika dia gagal mencapai posisi yang tinggi dan terhormat di dunia ini karena kurang berusaha, maka seharusnya dia tidak terpisah dari dunia ini, tetapi Syaikh membuat dia dapat mencapainya dan mendapatkan stasiunnya baik selama dia hidup atau pada saat 7 nafas terakhir menjelang kematiannya. "

"Jika seorang melakukan awrad (dzikir) ini tetapi kemudian melakukan tindakan yang tidak pantas, berarti dia bagaikan membangun rumah di tepi karang yang terjal, kemudian rumahnya itu jatuh sehingga hancur berantakan. Jadi kita harus selalu waspada dan awas terhadap segala tindakan kita, menimbangnya dengan cermat apakah tindakan tersebut halal atau haram, atau apakah Allah akan marah terhadap tindakan tersebut atau tidak. Kita juga harus mengetahui bahwa segala hal yang haram akan melemahkan pondasi kita. Oleh karena itu kita harus berpikir sebelum melakukan sesuatu. Rasulullah bersabda, "Satu jam berpikir (kontemplasi) lebih baik dari 70 tahun beribadah." Kita harus bisa melakukan segala aktivitas kita dengan cara yang benar, tanpa ada intervensi dari sesuatu yang diharamkan."

"Dalam kehidupan ini, Allah telah membagi hari ke dalam 3 bagian, 8 jam untuk beribadah, 8 jam untuk bekerja, dan 8 jam untuk tidur. Seseorang yang tidak menerima dan mengikuti pembagian energi ini akan menjadi contoh yang tepat bagi hadits yang berbunyi, 'Barang siapa yang kehidupannya kacau, dia juga akan mengalami kekacauan di neraka.' Siapa yang hanya mengikuti kemauannya tidak akan mencapai kemajuan dan siapa yang ingin mencapai stasiun yang tinggi dan terhormat sebagaimana yang berusaha didapatkan oleh generasi sebelumnya dengan berkhalwat, maka dia harus mengingat Allah setiap saat."

Grandsyaikh melanjutkan, "Mereka yang membaca awrad secara rutin akan mendapat air dari Kehidupan yang Sejati, yang dengan air itu dia akan melakukan pembersihan diri. Dia akan mandi di dalamnya dan akan meminumnya, dengan jalan itu dia akan mencapai tujuannya. Ada orang yang mengaku telah mengikuti thariqat selama 30 tahun, tetapi dia belum bisa melihat sesuatu dan tidak mendapat sesuatu yang istimewa. Jawaban bagi orang itu adalah melihat kembali ke belakang, berapa banyak kekurangan yang telah dilakukannya?

Pada saat kalian mengetahui kekurangan tersebut, segeralah hindari hal tersebut, dengan demikian kalian akan mencapai Allah . Ketika murid meninggalkan tugas harian (wazifa) yang diperintahkan oleh Syaikhnya, maka dia akan terhambat dalam mencapai kemajuan dan dia tidak akan mampu mencapai satu stasiun apa pun yang telah dicapai sebelumnya. Tidak ada Nabi yang mencapai kenabiannya atau tidak seorang pun Wali yang mencapai kewaliannya, dan tidak ada seorang Mukmin yang mencapai tahapan keimanan tanpa menggunakan waktunya untuk melakukan dzikir harian."

Wa min Allah at taufiq

No comments: