Followers

Saturday, March 3, 2007

PRAKTIK-PRAKTIK SUFI (7)

Karena macam praktik yang dapat dilakukan sangatlah banyak, contoh lainnya adalah yang tercantum disini.

Banyak syekh sufi dan orang suci telah mengajukan doa, wirid, dan bacaan-bacaan yang membantu si pencari untuk menyucikan dan mengangkat dirinya. Lingkaran dan pertemuan dzikrullah diselenggarakan untuk membantu menyucikan diri dengan jalan meninggalkan pikiran dan perhatian pada urusan duniawi. Banyak bantuan datang melalui konsentrasi pada bunyi khusus yang spesifik secara berulang-ulang. Energi yang memancar dari kehadiran banyak orang dalam suatu lingkaran dzikrullah menciptakan "pembukaan" ke "hati" dan menghasilkan rasa riang dalam diri para pencari. Masing-masing guru spiritual, sesuai dengan keadaan dan waktunya, telah menghasilkan berbagai obat untuk mengobati penyakit-penyakit hati.

Beberapa syekh telah mengetahui bahwa praktik hadhrah adalah metode yang bermanfaat untuk memungkinkan "pembukaan" ke "hati". Kata Arab hadhrah biasanya didefinisikan sebagai "tarian sufi" dalam konsteks ini, tetapi secara harfiah hadhrah berarti kehadiran, karena orang yang melakukan hadhrah dengan benar terangkat kesadarannya akan kehadiran Allah yang senantiasa hadir dan senantiasa meliputi. Hadhrah, yang biasanya melibatkan seruan atas sifat-sifat Allah Yang Mahahidup ( al-Hayyu) , dapat dilakukan sambil berdiri, berirama dan bergoyang dalam kelompok- kelompok. Sebagian kelompok berdiri melingkar, sebagian berdiri dalam barisan, dan sebagian duduk berbaris atau melingkar, pria di satu kelompok, dan wanita di kelompok lain yang terpisah.

Sebagian sufi telah mengambil praktik-praktik dari Asia dan Afrika dan menginovasi berbagai cara dan sarana dalam menggunakannya sesuai dengan kebutuhan khusus mereka. Misalnya, beberapa sufi, terutama para anggota tarekat Naqsyabandiyah, menggunakan latihan pernapasan dan penarikan nafas panjang secara intensif, yang menambah aliran oksigen ke dalam peredaran darah. Praktik-praktik ini sangat menyerupai praktik yang dilakukan para yogi di India.

Sebagian dari praktik-praktik ini terbuka bagi umum, sedang yang lainnya banya dimaksudkan bagi para pemula dan para pencari yang dekat. Sering mereka me- ngeluarkan anak-anak dan orang-orang yang sangat muda. Praktisnya, dalam semua kasus, pria dan wanita dipisahkan, sehingga tak ada energi pengganggu yang menyebabkan penyimpangan perhatian.

Gerak berputarnya para darwis merupakan praktik aneh lainnya. Prinsip di balik gerakan ini ialah bahwa bentuk lahiriahlah yang dapat dibiarkan untuk berkelana dan berputar, sedang sentralitas batin dan perasaan yang mendalam tetap bening dan kokoh, persis seperti benar-benar beningnya inti sentral dari puncak yang sedang berputar. Gaya berputar dikuasai oleb Maulana Jalaluddin Rumi, yang biasa dilakukan sambil mengelilingi sebatang pohon. Efeknya ialah mencapai pemusatan ke satu titik dengan mempersatukan dua realitas yang saling berlawanan-berputar secara lahiriah, diam secara batiniah-dalam satu wujud. Selama berputar, perbatian barus diarahkan ke dalam menuju "hati", dan sesuai dengan itu kepada Allah, karena apabila ia diarahkan keluar, orang yang berputar akan segera pusing. Berputar dapat menimbulkan keadaan asyik- masyuk apabila dilakukan di bawah pengawasan dan tuntunan yang benar dari syekh sufi.

Para anggota tarekat Rifa'iyah menunjukkan suatu fenomena fisik yang agak spektakuler dan aneh, yang tak mudah dijelaskan. Salah satu praktik itu ialah menusuk tubuh dengan pedang tanpa mengeluarkan darah, dan nampaknya tanpa rasa sakit, yang dilakukan sementara dalam keadaan fly. Persepsi dan pengalaman seseorang dalam suatu keadaan tertransformasi sangat berbeda dengan pengalaman dalam kesadaran normal.

Kebanyakan tarekat sufi mempraktikkan dzikrullah dengan berirama atau menyanyi, dengan sekali-sekali menggunakan instrumen musik, terutama genderang. Musik telah memasuki praktik tarekat sufi secarasangat terbatas, dan sering untuk jangka waktu sementara di bawah tuntunan seorang syekh sufi. Di anak-benua India, kaum sufi mendapatkan bahwa orang Hindu sangat menyukai musik, sehingga mereka pun menggunakan musik untuk membawa mereka ke jalan kesadaran-diri, dzikrullah dan kebebasan yang menggembirakan. Maka walaupun peralatan musik digunakan untuk maksud dan tujuan itu, namun pada umumnya mereka dianggap sebagai penghalang yang tak perlu. Kebanyakan bait- bait yang dinyanyikan adalah mengenai jalan rohani dan tak ada hubungannya dengan nyanyian biasa. Sering merupakan gambaran tentang bagaimana membebaskan diri dari belenggunya sendiri dan bagaimana agar terbangun.

Jadi, nyanyian dan tarian sufi merupakan bagian dari praktik menumpahkan kecemasan duniawi dan menimbulkan kepekaan dalam diri dengan cara sama , (mendengar). Dalam konteks sufi, sama' ini artinya segala sesuatu yang berhubungan dengan musik atau nyanyian yang dimaksudkan untuk peningkatan rohani dan penyucian-diri. Tidak ada arti lain yang dikandung semua praktik ini selain menimbulkan suatu keadaan netral dalam diri sendiri dan pembukaan hati. Dan, tidak dilakukan demi hiburan sebagaimana musik biasa yang ritmis dan menggairahkan secara fisik. Tarian itu adalah untuk Allah, bukan untuk orang lain. Sering kita dapati bahwa bilamana seorang syekh sufi sejati tidak hadir, musik dan nyanyian tak dapat dikendalikan lagi dan melenceng dari tujuan yang diniatkan. Musik adalah alat, dan bila dipegang oleh orang yang tahu bagaimana menggunakannya, akan bermanfaat untuk tujuan yang diniatkan. Apabila sebaliknya maka ia bisa lepas kendali dan menyebabkan kerusakan.

No comments: