Followers

Saturday, August 11, 2007

kesederhanaan bisa juga menjadi ketidak sederhanaan

Jika kau menyukai seseorang, nyatakan dengan perbuatan baik,iqbalsufi-mawar
tapi jika kau membenci seseorang nyatakanlah dengan kata-kata nasehat dan mengingatkan

Berawal di sebuah kondisi dimana Tuan Sufi sedang merenung. Sambil menapaki jalan-jalan keseharian kisah hidupnya, memenuhi setiap kewajiban-hak-rencana-maupun dorongan perenungannya sendiri tentang ke-universal-an Jagad raya ini. Tuan Sufi menciptakan sosok misteri yang turut berjalan disampingnya. Sesosok sederhana, belum dia ketahui pula detilnya, yang jelas secara sadar Tuan Sufi merekayasa sosok itu sebagai sosok lawan jenis dari manusia laki-laki seperti dirinya. Tuan Sufi mencoba memahami ketidaksederhanaan dari sosok wanita yang awalnya diset dalam level yang paling sederhana olehnya.

Waktu berlalu cepat sekali, tak disangka sudah jauh jalan mereka. Dua sosok itu menjelma menyatu dengan desir angin semilir, kericik sungai dan daun-daun yang berjatuhan dari pohon-pohon tua itu. Sudah banyak tapak-tapak mereka membekas di tanah yang ka dang kerontang, kadang basah oleh embun serta becek karena hujan, yang tiada terkira lagi banyaknya sudah tercurah dari langit, namun tiada sedikit pun yang Tuan Sufi rasakan menimpa mereka. Tuan Sufi sedang sangat berkonsentrasi kepada sosok cipta-nya itu, menasehati banyak-banyak, menjadi pendengar yang sangat baik serta membuat rencana-rencana masa depan mereka atas dasar ke-obyektifitasannya. Tuan Sufi sempat terkesima. Kisah hidup sosok itu sangat tak terduga. Telah banyak sekali peristiwa yang terjadi padanya yang merupakan sebuah cobaan yang sangat berat baginya. Sosok ini harus digembirakan dengan Iman. harus kubawa meniti jalan cahaya, untuk dapat lebih menguatkan lagi bathinnya. Diminta ataupun tidak diminta. Pikir Tuan Sufi.

Semenjak itulah akhirnya mengalir hikmah-hikmah pengisian tiap relung hati. Buah dari ruhhiyyah-fikriyyah-jasadiyyah yang terlatih itu mengalir sangat deras menemui ujung-ujung sebu ah penantian yang tiada disangka sudah sangat besar sekali dari sosok cipta Tuan Sufi itu. Satu fakta yang efeknya tak terduga cukup mengagetkan Tuan Sufi lagi. Sosok bernama wanita ternyata membutuhkan bermacam-macam kepastian, beribu-ribu perhatian serta berjuta-juta pengayoman. Kesemuanya itu balik memberondong Tuan Sufi dengan aliran yang lebih cepat dan jauh lebih dahsyat, berbanding terbalik dengan apa yang pertama-tama telah Tuan Sufi sambungkan beberapa waktu yang lalu, dan yang lebih membuat Tuan Sufi menjadi seperti agak tidak stabil adalah bahwasannya, apa yang memberondong jiwanya tersebut sangat memaksa atau paling tidak sangat mengiris beberapa prinsipnya, untuk segera memberikan jawaban pasti atas semua pertanyaan-pertanyaan sosok wanita di sampingnya itu. Padahal selama ini menurut pengertian Tuan Sufi, setiap jawaban yang mengandung kata ‘PASTI’ adalah hak Sang Maharaja alam semesta, bukan hak manusia sangat tak berarti seperti dirinya. Seketika itu pula dengan berjuta-juta kemakluman, Tuan Sufi langsung menyadari bahwa sebentuk jiwa disampingnya ini sebetulnya sedang mencari sebuah figur yang selama ini mungkin agak sulit ditemukan dikeseharian hidupnya. Figur itu telah datang dengan begitu saja dimulai saat dirinya dijelmakan Tuan Sufi dalam rangkaian renungannya, sehingga ada sebersit rasa tidak percaya pada dirinya, kok yang tadinya nggak pernah ada, tiba-tiba nongol begitu aja dengan cara yang amat sempurna. Sosok wanita itu ternyata segera terisi oleh sebentuk jiwa tipe seperti ini, dan karena itulah bentuknya tidak menjadi sesederhana yang Tuan Sufi kira pada awalnya.Tuan Sufi jadi menyadari, bahwa Ia telah menjadi figur bagi jiwa itu. Tuan Sufi juga mengetahui, jiwa itu telah mencoba-coba menganalisa figur-nya dengan metode TRY-AND-ERROR, dengan pengertiannya yang ternyata masih sesederhana yang Tuan Sufi jelmakan.

Dalam hal ini rupanya Tuan Sufi mendapatkan sesuatu lagi yang baru baginya. Segala yang selama ini dia yakini akan terjadi sesuai dengan yang pernah direncanakan sebelu mnya, ternyata tiba-tiba dibungkus oleh suatu hawa tertentu yang tidak dikenalnya, sehingga rantai-rantai kejadian selanjutnya menjadi tak terkendalikan lagi sepenuhnya. Tapi yang hebatnya meski pada akhirnya menjadi penuh tanda tanya dimana-mana, ternyat a jiwa dari sosok wanita disisinya itu ternyata tetap saja memiliki yang masih sesuai dengan yang direncanakannya sebelumnya, yaitu jiwa yang sederhana, hanya saja unsur-unsur yang mengelilinginya yang menyebabkan kejadiannya jadi tidak sederhana. Tuan Sufi akhirnya melihat bahwa kesederhanaan ternyata tidak sesederhana seperti kelihatannya. Masih banyak ternyata yang mampu mengemas kesederhanaan sehingga menjadi ketidaksederhanaan ataupun sebaliknya.Dalam hatinya Tuan Sufi bersyukur, Alhamdulillah Ya Allah… Jiwa yang kuhadirkan disisiku ini, ternyata mengajarkan sesuatu yang sangat tak terduga.

Walau pun begitu, walau Tuan Sufi telah memiliki berjuta-juta kemakluman, tetap saja dia adalah seorang manusia. Apalagi dia adalah manusia yang terlatih dan punya kemampuan bela diri tinggi, sehingga tiba-tiba saja unsur membela dirinya sudah membentuk benteng perlindungan yang segera menjelma menjadi kata-kata sangat menajam. Tuan Sufi telah memaksakan penerimaan renungannya sendiri kepada sesosok jiwa disisinya itu. Renungan tentang mahabbah, renungan cinta kasih sesama makhlu k yang ten tu saja di level Tuan Sufi menjadi berada di tempat yang begitu suci dan sangat tinggi, sehingga dalam pencapaiannya tidak bisa begitu saja digapai dalam waktu sekejap, dan mutlak harus melalui perjuangan yang menuntut pengorbanan-pengorbanan tertentu ser ta harus melalui metode-metode pencapaian yang sakral dan sangat khusus. Sehingga tetap saja dalam waktu yang sekejap ini, Tuan Sufi tidak bisa begitu saja memberi jawaban. Setiap urusan hati, menurut versi Tuan Sufi adalah suatu kerumitan tersendiri, karena itulah penanganannya tidak sesederhana binary number; nol atau satu, ya atau tidak , maupun jadi atau tidak jadi . Melainkan Who - What - Where - When - Why - How, yang jelas dan gamblang. Tuan Sufi menawarkan sebuah metode pendekatan dengan agak keras, namun dengan memakai bahasa sehari-hari dari sosok disampingnya itu. Rangkaian renungannya yang dicapai dalam perjalanan panjangnya mulai diisikannya dalam relung-relung jiwa sosok wanita i tu. Mau tidak mau, mengerti atau tidak mengerti, Tuan Sufi mencoba meneruskan renungannya itu kepada sosok yang juga merupakan bagian dari perenungan dirinya. Nyata sekali, bahwa di dalam renungan terdapat renungan, dan dapat pula di dalam suatu renungan untuk menyampaikan sebuah renungan. Amin.

Tuan Sufi akhirnya mengerti. Renungan biar bagaimana pun tidak bisa begitu saja dipaksakan. Biarkan sebuah renungan itu datang sendiri dan dimengerti sendiri secara alamiah. Renungan bukan untuk direkayasa, karena itulah dalam kancah kehidupan berpolitik, orang tidak pernah memakai renungannya.Tapi biar bagaimana pun, Tuan Sufi tetap maklum. Kita punya tugas untuk menyampaikan, masalah hidayah untuk mengerti dari orang yang disampaikan adalah hak Ilahi. Akhirnya dengan segala maaf Tuan Sufi menyampaikan perasaannya yang mendalam. Sesosok yang terjelma disampingnya adalah sesosok dari dunia nyata. Sesosok yang punya hari depan, sesosok yang punya metode-metode tersendiri.Dia adalah sesosok yang patut dihormati,sesosok yang dibangun dari pengalaman yang sangat bermakna.Dia punya hati yang lebih kuat dari yang diduga.Semoga apa yang telah kita jalani bersama, dapat membangun kerajaan jiwanya menjadi lebih megah dan bercahaya. Diliputi hawa Iman dan Taqwa, Sebentuk jiwa yang utama.Tuan Sufi terus melangkah. Sesosok wanita itu sudah tidak ada lagi disampingnya. Namun sesosok itu tidak hilang begitu saja. Sesosok yang tidak terlihat itu kini berada ditempat paling mulia yang ada pada makhluk bernama manusia, yaitu berada dalam nurani Tuan Sufi . Dilingkupi pengayoman, perhatian serta kepastian menurut definisi Tuan Sufi.

No comments: