Followers

Tuesday, February 6, 2007

zikir

“Berzikirlah sebanyak-banyaknya” perintah sang maha kuasa, Allah swt.

“Hanya dengan zikir, hati menjadi tentram” jaminan sang maha mulia, Allah swt.

Dalam dunia tarekat… zikir adalah rutinitas sehari-hari… dilakukan sendiri-sendiri sesuai tingkatan masing-masing dan sesuai resep dari sang guru (syekh) yang membimbing perjalanan spiritual murid kepada Allah dan Rasul-Nya saw. dengan restu dan izin dari Allah swt.

Dalam tarekat sufi… zikir juga dilakukan secara berjamaah… yang disebut dengan Hadlrah… konon dinamakan hadlrah karena majlis zikir tersebut dihadiri oleh Rasulullah saw.

Berbicara so’al fa’edah berzikir, tentu akan memperpanjang artikel ini, setiap musilm pasti tau kalau zikir itu adalah ibadah yang mempunyai banyak khasiat yang luar biasa, lebih-lebih diperintah langsung oleh Allah untuk dilakukan sebanyak-banyaknya, dan dijamin akan menenangkan jiwa.

Dalam tarekat sufi, zikir berjamaah (hadlrah) merupakan suatu hal yang biasa, bahkan menjadi kegiatan dan aktifitas rutin setiap hari atau setiap minggu… lebih dari itu, zikir tersebut lebih sering dilakukan secara berdiri membuat barisan (berjejer hadap-hadapan) atau lingkaran dan bergoyang kiri dan kanan lalu depan dan belakang (kadang juga lompat-lompat) dalam posisi lampu dimatikan, kadang menaruh lentera di tengah... sambil mengucapkan lafaz “Allah” secara jahar, mulanya dilafazkan dengan pelan, lama-lama cepat dan meninggi (dibuka lebih dahulu dengan pembacaan Fatihah-Fatihah)… diiringi tepuk tangan beberapa orang di tengah majlis sebagai pengatur… dan lantunan insyad dan qasha’id dari sang pemimpin (kadang juga diiringi suara bedug dan alat-alat musik)… zikir pun dilakukan dengan menutup mata dan menghadirkan wajah guru sampai zikir berakhir dan ditutup dengan duduk menghadiahkan surat Fatihah kepada Rasul dan para auliya’ kemudian berdo’a.

Walau di Indonesia zikir semacam ini jarang dilakukan, namun telah diakui oleh mayoritas kaum sufi sedunia sebagai perbuatan yang amat terpuji dan sebagai ibadah nafilah yang sangat tinggi dan mulia.

Zikir semacam ini (Hadlrah) dilakukan secara rutin oleh jamaah-jamaah tarekat di Mesir, Sudan, Syiria, Libanon, Kuwait dan lain-lain.

Sementara menurut pihak lain, zikir dengan metode di atas adalah perbuatan bid’ah yang tidak pernah dilakukan oleh Rasul dan para sahabat, maka terlarang dan mengundang dosa besar bila dilakukan.

Penulis mencoba membenarkan metode zikir di atas dengan beberapa argumen dan rincian sebagai berikut :

1. Zikir berjamaah secara jahr merupakan perbuatan yang sangat mulia, baik setelah solat lima waktu maupun di waktu-waktu lainnya. Rasulullah saw. bersabda :

" إذا مررتم برياض الجنة فارتعوا " قالوا : وما رياض الجنة ؟ قال : " حلق الذكر "

Rasulullah juga bersabda :

" ما من قوم يذكرون الله إلا حفتهم الملائكة وغشيتهم الرحمة ونزلت عليهم السكبنة وذكرهم الله فيمن عنده "

Kitab-kitab Sunnah juga meriwayatkan sebagai berikut :

خرج النبي صلى الله عليه وسلم على حلقة من أصحابه فقال : " ما يجلسكم ؟ " قالوا : جلسنا نذكر الله ونحمده، فقال : " إنه أتاني جبريل فأخبرني أن الله يباهي بكم الملائكة "

Rasulullah saw. juga bersabda :

" إن لله تعالى سيارة من الملائكة يطلبون حلق الذكر فإذا أتوا عليهم حفوا بهم "

Syekh Abdul-Wahhab Asysya’rani ra. mengatakan :

أجمع العلماء سلفا وخلفا على استحباب ذكر الله تعالى جماعة في المساجد وغيرها من غير نكير

Dalam kitab Irsyadul-Mu’minin, Syekh Isma’il Zain berkata (tentang kemuliaan berzikir secara jamaah) :

وله فوائد عظيمة أهمها تليين القلوب وجذبها إلى ما يذكر بالله تعالى وآلائه وإظهار العبودية والخشوع له بعد مناجاته في الصلاة والإبتهال إليه والإقبال عليه والتعرض لنفحاته وهباته عز وجل وكل ذلك مرغب فيه شرعا فاحرص على هذا الذكر عقب الصلوات المفروضات ولا يصدنك عنه إنكار بعض المحرومين واحذر أن تحرم نفسك من أجر هذه الطاعة وفضلها المشهود والله تعالى لا يضيع أجر من أحسن عملا والأعمال بالنيات ولكل امرئ ما نوى

Saidina Ibnu Abbas ra. berkata :

إن رفع الصوت بالذكر حين ينصرف الناس من المكتوبة كان على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم وقال : " كنت أعلم أنهم انصرفوا بذلك إذا سمعته "

____________________________________________

2. Zikir dengan lafaz “Allah” merupakan zikir yang sesungguhnya. Allah swt. berfirman :

" واذكر اسم ربك وتبتل إليه تبتيلا "

“Sebutlah nama Tuhanmu (Allah) dengan penuh ketekunan”. Allah juga berfirman :

" قد أفلح من تزكى وذكر اسم ربه فصلى "

“Beruntunglah yang mensucikan hatinya dan menyebut nama Tuhannya (Allah) lalu berselawat kepada Rasul saw.”. Allah juga berfirman :

" قل الله ثم ذرهم في خوضهم يلعبون "

“Ucapkanlah “Allah” lalu biarkan mereka bermain-main dalam kesesatan”. Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah kiamat tiba selama masih ada yang menyebut: “Allah... Allah…””.

Allah berfirman: “Hanya dengan zikir, hati menjadi tenang”, Allah juga berperintah: “Berzikirlah sebanyak-banyaknya”. Apakah zikir itu? Allah memberi solusi dan jawaban: “Bertanyalah kepada ahli zikir”… “Sebutlah nama Tuhanmu (Allah)”.

Apakah solat, baca Qur’an, tasbih, takbir, tahlil dan semua ibadah maupun amalan yang lain adalah zikir? yang dapat menenangkan hati? yang harus dilakukan sebanyak-banyaknya sebagaimana perintah Allah? Jawabannya adalah: Tidak !

Memang semua ibadah, dan semua amalan termasuk kategori zikir, dan mengandung zikir… namun semuanya mempunyai nama tersendiri… sebagaimana semua makanan mengandung air namun tentu ada air yang mutlak… air teh pun merupakan air tapi beda dengan air yang mutlak… Allah berfirman: “Makanlah dan minumlah” padahal setiap makanan sudah pasti mengandung minuman (air) tapi Allah menyuruh minum sebab ada air mutlak yang harus selalu dikonsumsi sebab amat dibutuhkan.

Begitu pula dengan zikir, semua ibadah mengandung zikir, namun ada yang disebut dengan zikir mutlak… semua ibadah (zikir) harus dikerjakan, namun jangan lupa zikir yang mutlak (yang hakiki)… yang satu-satunya dapat menenangkan hati… yang harus dikerjakan sebanyak-banyaknya… Zikir adalah ibadah independen, beda dengan ibadah-ibadah yang lain !!

Apakah membaca al-Qur’an adalah zikir? Allah berfirman :

" فاقرؤوا ما تيسر من القرآن "

“Bacalah al-Qur’an secukupnya saja… sekedar saja” sementara Allah juga berfirman:

" اذكروا الله ذكرا كثيرا "

“Berzikirlah sebanyak-banyaknya”. Jika zikir adalah membaca Qur’an, lalu bagaimana dengan dua ayat di atas? yang pertama menyuruh secukupnya saja (jangan banyak-banyak)… yang kedua menyuruh sebanyak-banyaknya !!!

Allah berfirman :

" إنما المؤمنون الذين إذا ذكر الله وجلت قلوبهم وإذا تليت عليهم آياته زادتهم إيمانا "

“Orang-orang mukmin adalah yang hati mereka gemetar dengan zikir dan iman mereka bertambah dengan bacaan Qur’an” maka zikir beda dengan membaca al-Qur’an.

Jika seseorang mengatakan :

زيد ذو مال

Si Zaid mempunyai duit. Apakah si Zaid adalah duit? Tentu tidak. Allah berfirman :

" والقرآن ذي الذكر "

“Demi al-Qur’an yang mempunyai (mengandung) zikir” Apakah al-Qur’an adalah zikir?

Apakah solat dan zakat adalah zikir? Allah berfirman :

" رجال لا تلهيهم تجارة ولا بيع عن ذكر الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة "

“Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari zikir, solat, dan zakat” Jika zikir adalah solat atau zakat, tidaklah perlu disebut (ulang) dalam ayat tersebut… cukup dengan menyebut zikir saja !!

Allah juga berfirman :

" فإذا قضيتم الصلاة فاذكروا الله "

“Apabila kamu telah melaksanakan solat, maka berzikirlah” Berarti zikir beda dengan solat. Allah juga berfirman :

" فاذكروا الله قياما وقعودا وعلى جنوبكم فإذا اطمأننتم فأقيموا الصلاة "

“Berzikirlah secara berdiri, duduk dan berbaring, kalau sudah tenang maka dirikanlah solat” Sekali lagi menunjukkan bahwa solat bukanlah zikir… solat beda dengan zikir !!

Allah juga berfirman :

" فإذا قضيت الصلاة فانتشروا في الأرض وابتغوا من فضل الله واذكروا الله "

“Apabila solat telah dilakukan, maka bertebaranlah di muka bumi dan cari karunia Allah, lalu berzikirlah”

Apakah ibadah haji adalah zikir? Allah berfirman :

" فإذا قضيتم مناسككم فاذكروا الله "

“Apabila kamu telah melakukan ibadah hajimu maka berzikirlah” Berarti ibadah zikir beda dengan ibadah haji !!

Apakah tasbih (Subhanallah) adalah zikir? Allah berfirman :

" واذكر ربك كثيرا وسبح بالعشي والإبكار "

“Berzikirlah sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah pagi dan petang” Berarti tasbih beda dengan zikir !!

Apakah istighfar adalah zikir? Allah berfirman :

" والذين إذا فعلوا فاحشة أو ظلموا أنفسهم ذكروا الله فاستغفروا لذنوبهم "

“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka segera berzikir, lalu beristighfar” Berarti istighfar pun beda dengan zikir !!

Solat adalah solat… zakat adalah zakat… semua ibadah punya nama sendiri… istighfar adalah Astaghfirullah… tasbih adalah Subhanallah… hauqalah adalah La hawla wala quwwata illa billah… takbir adalah Allahu akbar… ta’awwudz atau isti’adzah adalah A’udzu billah… hamdalah atau tahmid adalah Alhamdulillah… tahlil adalah la ilaha illallah… semua punya nama sendiri-sendiri… dan semua mangandung zikir… sebagaimana semua makanan mengandung minuman (air)… Lalu apakah zikir itu ?? yang mutlak? yang sesungguhnya? yang hakiki? yang satu-satunya dapat menenangkan hati? Zikir adalah “Allah”… mengucap / menyebut / melafazkan nama “Allah” sebanyak-banyaknya “Dzikran katsira”.

Teh, kopi, susu dan lain-lain adalah air, namun beda dengan air yang mutlak (air jernih)… semua baik, tapi air putih yang jernih lebih dibutuhkan.

Semua ibadah adalah zikir dan mengandung zikir… dan semuanya baik… tapi ada zikir mutlak yang juga sangat dibutuhkan.

Lalu bagaimana denga Asma’ Husna? Apakah ya Rahman, ya Rahim, ya Quddus, dan seterusnya adalah zikir? Allah berfirman :

" ولله الأسماء الحسنى فادعوه بها "

“Allah mempunyai Asma’ Husna, berdo’alah dengan Asma’ Husna itu” berarti itu bukan zikir, akan tetapi ia adalah do’a !!

Kesimpulannya adalah: Berzikir dengan mengucap / menyebut / melafazkan nama “Allah” sebanyak-banyaknya adalah bukan hanya boleh, tapi wajib karena merupakan perintah langsung dari Allah swt. sebagai sarana terpenting menuju zikir qolbu dan ketenangan jiwa. Hanya saja harus melalui izin dan bimbingan seorang syekh (wali mursyid) karena Allah berfirman: “Fas’alu ahladzdzikri”…

Orang yang tidak berzikir disebut Ghafil (lalai), walau ia rajin solat, baca Qur’an dan puasa… sebab ia kehilangan satu pekerjaan yang sangat urgen yaitu zikir… Allah berkali-kali mengulang: “Berzikirlah sebanyak-banyaknya”… dalam al-Qur’an pun setiap perintah untuk suatu ibadah, pasti dibarengi dengan perintah untuk berzikir… sebagaimana yang tertera di atas… “Setelah solat, berzikirlah”… “Setelah haji, berzikirlah”… dan seterusnya… Artinya: Apapun ibadah yang dilakukan, jangan sampai lupa zikir !! zikir lebih penting !! zikir adalah kunci segalanya !! harus dilakukan sebanyak-banyaknya !! yang lain tidak ada perintah untuk sebanyak-banyaknya !!

Untuk diketahui bahwasanya ibadah yang pertama kali diwajibkan dalam islam setelah mengucap dua kalimat syahadat adalah: Zikir… dalilnya firman Allah :

" واذكر اسم ربك وتبتل إليه تبتيلا "

Ayat di atas turun jauh sebelum diwajibkannya solat, puasa, zakat, haji dan ibadah-ibadah lain. Lalu mengapa zikir tidak termasuk rukun islam padahal ia sangat penting? Sebenarnya sudah masuk (tersirat) dalam rukun pertama… Asyhadu alla ilaha illallah (zikir)… Wa asyhadu anna Sayyidana Muhammadan Rasulullah (selawat).

Allah berfirman :

" قد أفلح من تزكى وذكر اسم ربه فصلى "

“Beruntunglah yang mengucapkan dua kalimat syahadat… lalu berzikir dan berselawat”.

" يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما "

Satu pertanyaan terakhir: Bila zikir itu adalah mengucap nama “Allah” lalu bagaimana denga hadits :

" أفضل الذكر لا إله إلا الله "

“Sebaik-baik zikir adalah La ilaha illallah” ?? Jawabannya adalah: Hadits tersebut telah dinasakh dengan ayat :

" إليه يصعد الكلم الطيب "

Kemudian Rasul pun bersabda :

" أفضل ما قلته أنا والنبيون من قبلي لا إله إلا الله "

Sehingga La ilaha illallah yang mulanya sebagai Afdlaludzdzikr (sebaik-baik zikir) berubah menjadi Afdlalul-Qaul (sebaik-baik perkataan). Rasul tidak mengatakan: Afdlalu ma dzakartu bihi… akan tetapi “Afdlalu ma qultuhu”.

____________________________________________

3. Berdiri, bergoyang kiri dan kanan, depan dan belakang, lompat-lompat, berputar seperti kipas, berpegangan tangan sambil mengayunkannya, membuat barisan, membuat lingkaran… atau gerakan-gerakan yang lain ketika berzikir. Adalah perbuatan yang tidak terlarang selama tidak bermaksud main-main, sebab ibadah zikir adalah ibadah yang mutlak… bukan muqayyad… bebas dilakukan dengan cara apapun, baik secara berdiri, duduk, berbaring, menggunakan alat tasbeh, menggunakan batu-batu, jari-jari tangan, secara sir, secara jahr, memakai pembesar suara, berdiam seperti patung, bergoyang kiri dan kanan, dan seterusnya. Sebab Allah dan Rasul-Nya tidak pernah menentukan (mentaqyid) cara berzikir.

Bergoyang kiri dan kanan, depan dan belakang saat menikmati zikir adalah naluri… kita lihat saja anak-anak yang sedang membaca al-Qur’an… jika bergoyang sambil baca Qur’an boleh-boleh saja dan tidak dipermasalahkan, mengapa justru sambil berzikir dianggap haram dan bid’ah? jika bergoyang ketika duduk boleh, mengapa ketika berdiri menjadi tidak boleh? bukankah “Qiyaman wa qu’udan wa ala junubikum” ???

Bila kita seleksi dengan kaca mata syari’ah, akan kita temukan bahwa zikir sambil bergoyang adalah halal, sebagaimana nasi adalah halal, bila dicampur dengan air, tetap halal… dicampur dengan garam, tetap halal… karena semua campurannya halal… beda halnya bila dicampur dengan khamr, tentu berubah menjadi haram.

Suatu makanan yang halal (ayam misalnya) tetap menjadi halal walau dimasak dengan cara apapun, digoreng, dipanggang, direbus, dimakan di lokalisasi dan seterusnya (selama tidak dicampur dengan yang haram)… Sementara makanan yang haram (babi misalnya) tetap haram walau dimakan di ka’bah, direbus dengan air zam-zam, disembelih secara syar’i dan seterusnya.

Zikir adalah halal, dan merupakan ibadah yang mutlak… dengan demikian maka metode pelaksanaannya tetap halal dengan cara apapun, berdiri, duduk, berbaring, tutup mata, buka mata, bergoyang, diam seperti patung dan seterusnya.

Zikir adalah halal… Berdiri hukumnya halal… Bergoyang kiri dan kanan hukumnya boleh-boleh saja (selama tidak bermaksud main-main atau melampau seperti goyang si Inul)… Tutup mata hukumnya boleh… matikan lampu hukumnya boleh… membuat barisan atau lingkaran… berpegangan tangan atau tidak… semuanya boleh… lalu dari mana datangnya keharaman itu? apakah karena tidak dilakukan oleh Rasul? bukannya bid’ah itu adalah :

إطلاق ما قيده الله ورسوله أو تقييد ما أطلقه الله ورسوله

“Memutlakkan yang sudah ditaqyid oleh Allah dan Rasul-Nya atau mentaqyid yang sudah dimutlakkan oleh Allah dan Rasul-Nya”… itulah definisi bid’ah yang sesat… Muqayyad artinya yang sudah ditentukan caranya oleh syara’… Mutlak artinya tidak ditentukan caranya oleh syara’ (bebas)… Ibadah muqayyad seperti solat, puasa, haji, dll. bila dimutlakkan (dilakukan semau gue)… solat subuh 4 rakaat… solat asar tiga rakaat… membelakangi kiblat… puasa pada bulan Rajab sebagai pengganti Ramadan… haji di luar Mekah… adalah bid’ah !! Ibadah mutlak seperti zikir, sedekah, dll. bila dibatas-batasi (ditaqyid)… zikir harus duduk… harus menggunakan tangan… harus secara sir… harus sendiri-sendiri… tidak boleh menggunakan tasbeh… tidak boleh berjamaah… sedekah harus dengan uang… tidak boleh dengan mobil… tidak boleh dengan komputer… maka itulah bid’ah… karena Allah dan Rasul-Nya tidak pernah membatas-batasi caranya, sebagaimana solat, puasa, haji, dll.

Rasul sudah memerintah… semua perintah harus dilaksanakan semampunya… Rasul sudah melarang… semua larangan harus ditinggalkan… Bila tidak ada perintah ataupun larangan maka hukumnya mubah… boleh-boleh saja… selama lepas dari definisi bid’ah di atas… yang sudah muqayyad jangan dimutlakkan… yang mutlak jangan sampai ditaqyid !!

Setiap hal baru disebut Muhdatsah… bila hal baru itu diterima orang saat itu maka disebut Bid’ah… bila kemudian menjadi tradisi dan dipakai atau dilakukan terus-menerus pada zaman-zaman berikutnya maka disebut Sunnah.

Muhdatsah, bid’ah ataupun sunnah itu… bila ternyata menentang syari’at maka menjadi Sayyi’ah… dan bila tidak menentang… tidak mentaqyid yang mutlak atau memutlakkan yang muqayyad, maka disebut Hasanah.

Rasulullah saw. bersabda :

" من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد "

“Barang siapa mendatangkan hal baru dalam urusan agama, yang bukan bersumber darinya, maka… ditolak”. Hadits ini berarti :

من أحدث في أمرنا هذا ما هو منه فهو ليس برد

Barang siapa mendatangkan hal baru dalam urusan agama, yang bersumber darinya, maka… tidak ditolak !!

Tidak bersumber darinya disebut Bid’ah Sayyi’ah… karena menentang ketetapan agama… memutlakkan yang muqayyad atau mentaqyid yang mutlak.

Bersumber darinya (ada landasannya) disebut Bid’ah Hasanah… karena tidak kontra dengan ketetapan agama… tidak memutlakkan yang muqayyad dan tidak mentaqyid yang mutlak.

Rasulullah saw. bersabda :

" من سن في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها إلى يوم القيامة دون أن ينقص من أجورهم شيء ومن سن في الإسلام سنة سيئة فعليه وزرها ووزر من عمل بها إلى يوم القيامة دون أن ينقص من أوزارهم شيء "

Imam Syafi’i ra. berkata :

ما أحدث وخالف كتابا أو سنة أو إجماعا أو أثرا فهو البدعة الضالة، وما أحدث من الخير ولم يخالف شيئا من ذلك فهو المحمود

Dua definisi bid’ah yang lain adalah :

الخيرة بعد حكم الله ورسوله ..... الإجتهاد فيما ورد فيه نص

Sebuah ungkapan yang sering dilantunkan oleh mereka yang sok faham agama… “Apa yang dilakukan oleh Rasul sudah cukup bagi kami” !! Kita jawab: Memang agama islam sudah sempurna dan komplit… yang halal sudah jelas... yang haram pun sudah jelas… semua sudah tetap… akan tetapi jangan lupa… yang muqayyad tetap muqayyad dan yang mutlak tetap mutlak !! Apa yang diperintah oleh Rasul, kita lakukuan… Apa yang dilarang, kita tinggalkan… Apa yang tidak dilarang, janganlah kita yang melarang… baik beliau sudah melakukannya atau belum… Bila tidak ada larangan tegas dari Nabi, mengapa justru kita yang menjadi nabi berikutnya? melarang seenaknya.. mengharamkan segalanya !! Allah berfirman :

" وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا "

“Apa yang dibawa (diperintah) oleh Rasul maka laksanakanlah.. dan apa yang dilarang oleh beliau maka tinggalkanlah” …. Apa yang dilarang… bukan apa yang tidak pernah diperintahkan… atau tidak pernah dilakukan… Jadi harus ada nash yang dengan tegas melarang baru boleh dikatakan haram !!

Ingat kaidah ushul fiqh :

الأصل في الأشياء الإباحة حتى يأتي نص للنهي

Para sahabat saja yang jauh lebih mulia dari mereka (yang sok faham agama itu) tidak pernah mengatakan: “Cukup bagi kami yang sudah dilakukan oleh Rasul saja”… Para sahabat tidak sebeku dan sekolot mereka… Betapa banyak perbuatan para sahabat yang tidak pernah dilakukan oleh Rasul… membukukan al-Qur’an… membuat mihrab… membukukan Sunnah… membuat menara… solat teraweh 20 rakaat… dan seterusnya… Tidak ada satupun yang menentang !!

Dr. Ali Jum’ah sebagai mufti Mesir pernah ditanya :

يستدل كثير من المتشددين على عدم جواز أمور كثيرة يقوم بها المسلمون بحجة أن النبي صلى الله عليه وسلم لم يفعلها وأصحابه رضي الله عنه، فهل ترك النبي وأصحابه لأمر يدل على عدم جواز فعله ؟

Beliau menjawab sebagai berikut :

اتفق علماء المسلمين سلفا وخلفا وشرقا وغربا على أن الترك ليس مسلكا للإستدلال بمفرده فلا يفيد بمفرده حكما شرعيا، وهذا محل اتفاق بين المسلمين، وهناك شواهد وآثار على أن الصحابة لم يفهموا التحريم ولا حتى الكراهة من ترك النبي صلى الله عليه وسلم، وذلك ما فهمه الفقهاء عبر العصور . فمطلق الترك من الرسول والصحابة وحتى القرون الثلاثة الخيرية لا يفيد شيئا لا تحريما ولا كراهة ولا غيرهما، وهذا ما فهمه الصحابة في حياته ولم ينكر عليهم فهمهم، وفهمه العلماء من بعدهم

Kembali ke masalah bergoyang saat berzikir… Apakah dengan cara zikir hadrah sebagaimana yang dilakukan oleh kaum sufi itu tidak merupakan telah mentaqyid kemutlakan zikir itu sendiri? sementara zikir itu kan mutlak, lalu mengapa harus seperti yang digagas oleh kaum sufi? berdiri, bergoyang, tutup mata, menghadirkan wajah syekh dan seterusnya?

Sebuah tradisi tidak selamanya menentang tradisi atau tata cara yang lain… Hadrah merupakan tradisi kaum tarekat sufi dalam berzikir… berangkat dari kemutlakannya maka boleh-boleh saja… dan yang pasti, kaum sufi itu sendiri tidak pernah menyalahkan metode-metode berzikir yang lain, sebab mereka telah memahami kemutlakan zikir tersebut.

Di sebuah desa tertentu misalnya, ayam biasa digoreng atau dipanggang sebelum dimakan, metode masak seperti itu sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat desa itu… namun bukan berarti mereka menyalahkan atau menentang bila ayam tersebut direbus oleh masyarakat desa yang lain… sebab mereka semua tahu kalau masak ayam itu mutlak (bebas) dengan cara apapun sesuai selera dan tradisi.

Kami sufi tidak pernah mentaqyid yang mutlak (zikir)… namun sebatas mentradisikan sebuah metode yang diyakini manjur untuk mengobati dan menenangkan jiwa, tanpa menyalahkan metode-metode yang lain.

Lagi pula, mengikuti jejak kaum sufi adalah merupakan seruan dari Allah swt. dalam firman-Nya :

" أولئك الذين هدى الله فبهداهم اقتده "

Tentunya kaum sufi (para Auliya’) adalah orang-orang yeng telah mendapatkan petunjuk dari Allah swt.

Oleh sebagian pihak, bergoyang ketika berzikir disebut juga dengan Raqsh (joget / dansa / tarian) hanya saja lebih pas dinamakan dengan Tamayul atau Harakah. Namun intinya boleh-boleh saja selama tidak berlebihan dan tidak bermaksud main-main. Kalaupun dinamakan Raqsh, boleh-boleh saja sebab joget juga tidak selamanya buruk. Dalam kitab Assirah Annabawiyyah, Syekh Ahmad Zaini Dahlan mengatakan :

وبعد فتح خيبر قدم من الحبشة جعفر بن أبي طالب رضي الله عنه ومن معه من المسلمين وهم ستة عشر رجلا فتلقى النبي صلى الله عليه وسلم جعفر وقبل جبهته وعانقه وقام له وقد قام لصفوان بن أمية لما قدم عليه ولعدي بن حاتم رضي الله عنهما ثم قال صلى الله عليه وسلم : " ما أدري بأيهما أفرح بفتح خيبر أم بقدوم جعفر ؟ " وقال صلى الله عليه وسلم لجعفر : " أشبهت خلقي وخلقي " فرقص رضي الله عنه من لذة هذا الخطاب فلم ينكر عليه صلى الله عليه وسلم رقصه وجعل ذلك أصلا لرقص الصوفية عندما يجدون من لذة المواجيد في مجالس الذكر والسماع

Al-Qadli Iyadl berkata (mengomentari riwayat di atas) :

فيه أقوى دليل على إباحة الرقص

Beliau juga menjelaskan sebagai berikut :

إن الرقص الذي أثبته الصوفية ليس قصدهم منه اللهو وحاشاهم من قصد ذلك وإنما قصدهم به الإجتماع على الذكر والإقبال عليه بالقلب والقالب واستغراق الجوارح كلها فيه

Imam Ghazali pun pernah mengatakan :

الرقص سبب في تحريك السرور والنشاط

Imam Ibnu Hajar ra. pernah ditanya tentang Raqshushshufiyyah (joget sufi), beliau menajwab :

نعم يجوز الرقص بدليل فعل الحبشة في المسجد بين يدي رسول الله صلى الله عليه وسلم وكان رقصهم بالوثبات والوجد، وإنشاد الشعر جائز بين يدي النبي صلى الله عليه وسلم وأصل هذه الطرائق من الكتاب والسنة الحاثين على كثرة ذكر الله والإجتماع على محبة الله، أما سب المشايخ وتكفيرهم فكفر شرعاً بلا خلاف

Syekh al-Ketani mengatakan :

غاية الرقص عند القوم ذكر من قيام وهو مشروع بنص القرآن الكريم، والتمايل والإهتزاز منقول عن الصحابة

Syekh Assanusi mengatakan :

وقد تواتر النقل عن الصوفية قديما وحديثا شرقا وغربا أنهم كانوا يجتمعون لذكر الله ويقومون ويرقصون ولم يبلغنا عن أحد من العلماء المعتبرين أنه أنكر عليهم، وقد رأيت بفاس بزاوية الصقليين جماعة يذكرون ويرقصون من صلاة العصر يوم الجمعة إلى المغرب مع توفر العلماء فلم ينكر أحد عليهم، وقد بلغني أن شيخنا شيخ الجماعة سيدي التاودي بن سودة كان يحضر معهم في بعض الأحيان

Syekh Amin al-Kurdi menagtakan :

وارد يرد على القلب من كشف أسرار الذات وأنوارها فيدهش الروح أو يظهر ذلك على الجوارح فيهتز الرأس والبدن

Syekh Ibnu Arabi ra. mengatakan :

إذا هزت الأرواح شوقا إلى اللقا # نعم ترقص الأشباح يا جاهل المعنى

Dr. Sa’id Abul-As’ad mengatakan dalam kitabnya Subulul-Khairat :

وإظهار السرور بالشعر والنغمات والرقص والحركات أيضا محمود، فقد صح عن جماعة من الصحابة رضي الله عنهم أنهم حجلوا في سرور أصابهم

Dalam kitab Awariful-Ma’arif oleh Syekh Assahrawardi ra. diriwayatkan sebagai berikut :

أن سيدنا أنس رضي الله عنه قال : كنا عند رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا نزل جبريل عليه السلام فقال : يا رسول الله إن فقراء أمتك يدخلون الجنة قبل الأغنياء بنصف يوم وهو خمسمائة عام، ففرح رسول الله صلى الله عليه وسلم وقال : " هل فيكم من ينشدنا ؟ " فقال بدوي : نعم يا رسول الله، قال : " هات " فأنشد الأعرابي، فتواجد الرسول صلى الله عليه وسلم وتواجد الأصحاب معه حتى سقط ردائه عن منكبيه فلما فرغوا آوى كل واحد منهم عن مكانه، قال معاوية بن أبي سفيان : ما أحسن لعبكم يا رسول الله، فقال : " مه يا معاوية ليس بكريم من لم يهتز عند سماع ذكر الحبيب "

Terkadang juga seorang pezikir karena terlalu menikmati zikirnya akhirnya lepas kontrol dan ngamuk tanpa disengaja… dalam kitab Mausu’ah Yusufiyyah, Syekh Yusuf Khaththar Muhammad mengatakan :

إن صاحب خشوع القلب والوجد بذكر الله تعالى قد يغيب عقله عن احترام الناس واعتبار أهل المجلس فيقوم ويقعد ويدور ويتواجد وربما يسقط على الأرض على حسب قوة استعداده لتحمل الواردات الإلهية عليه، ولا يجوز سوء الظن به " فويل للقاسية قلوبهم من ذكر الله أولئك في ضلال مبين "

Dalam kitab Al-Bidayah wannihayah diriwayatkan bahwa Saidina Abu Arakah berkata :

صليت مع علي صلاة الفجر فلما انفتل عن يمينه مكث كأن عليه كآبة حتى إذا كانت الشمس على حائط المسجد قيد رمح صلى ركعتين ثم قلب يده فقال : والله لقد رأيت أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم فما أرى اليوم شيئا يشبههم لقد كانوا يصبحون صفرا شعثا غبرا بين أيديهم كأمثال ركب المعزى قد باتوا لله سجدا وقياما يتلون كتاب الله يتراوحون بين جباههم وأقدامهم فإذا أصبحوا ذكروا الله مادوا كما يميد الشجر في يوم الريح وهملت أعينهم حتى تنبل والله ثيابهم

Dalam kitab Haqa’iq Anittashawwuf, Syekh Abdul-Qadir Isa mengatakan :

يقول الله تبارك وتعالى : " الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبهم " فالأمر بالذكر مطلق يشمل جميع الأحوال فمن ذكر الله تعالى قاعدا أو قائما، جالسا أو ماشيا، متحركا أو ساكنا فقد قام بالمطلوب ونفذ الأمر الإلهي . فالحركة أو الرقص في الذكر ليست شرطا ولكنها قد تكون وسيلة للنشاط في تلك العبادة وتشبه بأهل الوجد إن صحت النية

Syekh Muhammad Mitwalli Asysya’rawi seorang tokoh agama yang sangat populer asal Mesir pernah mengatakan :

لا مانع في التمايل أثناء الذكر إذا كان هذا التمايل نتيجة لغلبة الوجد عليه أما إذا كان هذا التمايل مفتعلا فهذا لا يليق، والذكر جائز على أي حال ولا ريب أن في الذكر راحة نفسية وهدوءا للأعصاب وعلى كل حال .. فالذاكرون - وإن تمايلوا - فهم خير من الذين يتمايلون في حانات الرقص ونحوها

Dalam kitab Majma’uzzawa’id, diriwayatkan bahwa Saidina Abdullah bin Uqbah berkata :

كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم يتمايلون في الذكر كما تمايل الريح الأشجار

Berkata pula Al-Fudlail bin Iyadl :

كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا ذكروا الله تمايلوا يمينا وشمالا كما تتمايل الشجرة بالريح العاصف إلى أمام ثم تراجع إلى وراء

Selepas Imam Ali ra. meninggal dunia, para penghuni Kufah mengatakan :

رحم الله عليا وقومه كانوا إذا ذكروا الله تمايلت أجسادهم كما تتمايل الأشجار من الريح العاصف

Suatu ketika Imam al-Junaid ra. ditanya tentang kaum sufi yang bergoyang sambil berzikir :

إن أقواما يتواجدون ويتمايلون ؟

Beliau lalu menjawab :

دعهم مع الله تعالى يفرحون !!

Satu pertanyaan terakhir: Tidakkah zikir semacam ini serupa dengan perbuatan orang-orang gila? Rasulullah saw. menjawab :

" أكثروا ذكر الله حتى يقولوا مجنون " وفي رواية : " اذكروا الله حتى يقال مجنون "

“Berzikirlah, sampai orang bilang: kamu dah gila” !!

Satu hal yang perlu dimaklumi, bahwasanya Hadrah hanya boleh dilakukan oleh kaum laki-laki, sedang kaum hawa tidak diperkenankan sama sekali, sebabnya wanita secara jasmani tidak pantes melakukannya, dan secara rohani pun wanita tidak membutuhkannya… Lebih-lebih ia tercipta dari yang hidup, sedang kaum lelaki tercipta dari yang mati… Siti Hawa’ tercipta dari Nabi Adam (yang hidup) sedang Nabi Adam sendiri tercipta dari tanah dan air (yang mati) !!

____________________________________________

4. Bertepuk tangan untuk memimpin atau mengatur zikir agar berjalan lebih kompak dan teratur adalah suatu hal yang sangat baik (karena bertujuan baik). Syekh Muhammad Utsman Abduh al-Burhani ra. berkata dalam kitab Intishar Auliya’irrahman ala auliya’isysyaithan :

أما التصفيق الذي يحدث من قائد الذاكرين بالضرب على كفيه على مقتضى نغمة الذاكرين بالذكر فهو جائز لأنه من قبيل النشيد الذي هو منشؤه إشحاذ أذهان الذاكرين وحملهم على جمع الهمة وجدهم واجتهادهم ليكون باعثاً لهم على استحضار قوتهم وتعلق قلب الذاكر باسم المذكور سبحانه وتعالى فهو أكبر محرك لمشاعرهم وموقظ لنفوسهم ومنبه لأرواحهم لتعلقها بخالقها ليكون التوجه منهم ظاهراً وباطناً حتى ينالوا الرحمة التي وعدهم سبحانه . ولا يخرجون من الذكر إلا بحظ وافر كما وعدهم سبحانه في قوله عز وجل " يا أيها الذين آمنوا اذكروا اللّه ذكراً كثيرا " ولا يلذ لهم ذلك ولا تسهل عليهم تلك الكثرة إلا بذلك المشجع . وأما قول أعدائهم المستشهدين بقول اللّه تعالى " وما كان صلاتهم عند البيت إلا مكاء وتصدية " فهو مردود لأن اللّه تعالى عاب على الكافرين صلاتهم بالتغيير لها

Di Indonesia misalnya, tepuk tangan dalam zikir dilakukan juga, khususnya ketika hendak mengakhiri tahlilan.

Bertepuk tangan walau dianggap sebagai perbuatan (tradisi) orang-orang kafir, akan tetapi perlu diingat bahwasanya menyerupai orang kafir tidak selalu buruk di mata syari’at, selama niat baik dan tidak sama dengan niat mereka, kenapa tidak boleh? Niat lah yang akan membedakan… contohnya bila mereka mengelilingi api karena menyembah, kita boleh saja mengelilingi api namun dengan niat yang berbeda, berhangat-hangatan misalnya… Mereka berjoget di diskotik, kita boleh saja berjoget tapi di rumah karena senang dengan kedatangan atau kesuksesan saudara misalnya…

Begitu pula bila mereka bertepuk tangan ketika menyambut artis, kita bertepuk tangan untuk mengatur kekompakan jamaah dalam berzikir… atau untuk tujuan-tujuan baik yang lain, seperti memberi semangat kepada peserta lomba, menyambut orang yang kita hormati, mendukung atau menyetujui suatu pendapat, dan lain sebagainya.

Tepuk tangan adalah suatu hal yang biasa di masyarakat kita dan di mana-mana… khususnya tidak ada nash yang melarang… Bila semua yang dilakukan oleh orang kafir tidak boleh ditiru, tentu akan repot jadinya… pakai jas, naik mobil, atau buat mobil, buat HP, berkomputer, makan pakai sendok dan garpu… apakah semua itu akan jadi haram?

Adapun hadits yang berbunyi :

" من تشبه بقوم فهو منهم "

maka yang dimaksudkan adalah menyerupai orang-orang shalih… bila kita selalu meniru orang-orang baik, maka kita akan menjadi orang-orang baik. Adapun meniru perbuatan orang-orang kafir yang mana perbuatan yang ditiru itu sendiri tidaklah terlarang dalam agama, maka tidak membuat kita ikut menjadi orang-orang kafir (selama niat baik dan berbeda dengan niat mereka).

Buktinya bila kita berniat untuk melakukan yang baik maka pahala sudah kita dapatkan walau belum dilakukan, sedangkan bila berniat buruk, tidak akan mendapat dosa sebelum perbuatan buruk itu dilakukan.

Mungkinkah hanya dengan memakai jas, makan pakai sendok dan garpu, mengendarai mobil dan tepuk tangan, kita sudah menjadi kafir?

Kembali ke pokok pembahasan…

Adapun bila hadrah zikir menggunakan bedug, gendang atau alat-alat musik lain, kembali kepada hukum musik itu sendiri… Halaluhu halal wa haramuhu haram (pendapat jumhur ulama’)… tentu bila difungsikan untuk mengiringi zikir agar lebih dinikmati, maka boleh-boleh saja sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian tarekat sufi seperti Tarekat Maulawiah yang didirikan oleh Syekh Jalaluddin Arrumi ra.

Siti Rabi’atul-Adawiah pun konon hatinya terketuk (taubat) karena mendengar irama zikir kaum sufi setempat yang diiringi suara bedug yang cukup dahsyat.

Ketika membuka sejarah dakwah para wali songo, kita pasti menemukan mereka menggunakan jurus-jurus dakwah yang bernuansa musik.

Syekh Muhammad Utsman Abduh al-Burhani ra. berkata :

أما الطبل والبندار والطاس والصفير والمزمار فهو من قبيل الدعاية . والدعاية أمر اللّه بها في كتابه العزيز والسنة المطهرة . والدعاية في كل شيء بحسبه ولا ينكرها إلا كل جاهل بالكتاب والسنة والإجماع وهي بمعنى الترغيب والتشجيع والتهيج والحث على فعل الخير واللّه يهدي من يشاء إلى صراط مستقيم

Kelompok yang melarang zikir dengan alat musik, mereka masih menilai musik itu hanya berfungsi untuk hiburan dan mainan belaka… padahal bila mereka memiliki jiwa seni (walau setetes), mereka akan sadar bahwa musik ternyata dapat juga menawar jiwa dengan caranya yang sangat khas nan indah. Kita lihat group-group nasyid seperti Cinta Rasul, Wafiq Azizah, Hijjaz, Raihan, Saujana, Akeel Hay, Emha, Sami Yusuf, Mas’ud Kurtis dan lain-lain, betapa musik-musik syahdu mereka yang dilantunkan bersama do’a dan munajat serta tahlilan dan selawatan dapat membangkitkan rohani umat dengan cepat tanpa beban berat sedikitpun.

____________________________________________

5. Menghadirkan wajah syekh… dinamakan dengan Muraqabah… atau Rabithah… adalah perbuatan yang amat terpuji, dan jauh dari syirik maupun kufur, justru bertanda iman yang kuat dan tauhid yang kokoh.

Batalkah solat seseorang bila ia membayangkan gambar uang, rumah, pakaian, kuburan, wajah ayahnya, ibunya atau isterinya? Syari’at tentu akan menjawab: Tidak batal !! Bila demikian, akankah syirik membayangkan wajah seorang wali Allah yang diutus oleh-Nya sebagai pembawa hidayah?

Wanita telanjang terbayang dalam solat… tidak akan membatalkan… Akankah menghadirkan wajah syekh (wali) dalam zikir (di luar solat) membuat syirik?

Dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, Imam Ghazali ra. mengajarkan khusyu’ dalam solat dengan cara membayangkan kuburan di depan, sorga di kanan, neraka di kiri dan mala’ikat di belakang. Dalam kitab Bidayatul-hidayah beliaupun mengajarkan khusyu’ dengan cara membayangkan (menghayalkan) seseorang yang sedang mengawasi solat kita.

Akankah membayangkan wajah seorang wali besar lebih buruk dari pada membayangkan kuburan (dan nisan-nisannya), neraka (beserta penghuni-penghuninya), sorga (dan bidadari-bidadarinya)?

Kaum sufi membayangkan wajah syekh saat berzikir (di luar solat) begitu diserang oleh para penentang… padahal hal itu merupakan fithrah yang tidak bisa dicegah… cinta kepada pewaris Rasul membuat wajahnya selalu terbayang… toh juga dari pada membayangkan muka pacar, lebih baik menghadirkan wajah syekh agar bayangan-bayangan negatif yang lain jangan sampai melintas.

Secara naluri, setiap manusia tidak akan mampu mengosongkan pikirannya dari apapun… pasti ada yang terbayang… minimal satu titik… atau dirinya sendiri… atau apa yang ada di depannya… dan sangat mustahil bisa membayangkan Allah… Nah, dari pada ketika berzikir membayangkan yang tidak-tidak, lebih selamat membayangkan wajah wali mursyid…

Bila dianggap syirik, maka itu merupakan suatu hal yang sangat lucu… sebab syirik artinya menyekutukan Tuhan, adakah foto Allah sehingga dapat disekutukan dengan foto yang lain?

Tuhan tak punya gambar / foto yang bisa dibayangkan… Kita membayangkan wajah syekh bertanda bahwa syekh itu bukanlah tuhan, sebab ia punya gambar / foto yang bisa dibayangkan / dihadirkan. Mengapa justru mereka (para penentang) yang menuhankan syekh dengan alasan wajahnya dihadirkan? Siapa bilang dia itu tuhan? Siapa bilang kami menuhankan syekh? Justru kami membayangkan wajahnya karena kami yakin dia itu bukanlah tuhan, buktinya gambar wajahnya bisa dibayangkan !!

Dari pada membayangkan Allah… maka justru itulah yang mendekati kekufuran… coba apanya yang dibayangkan? Kalau sampai Allah terbayang dengan bentuk serupa makhluk… bagaimana?

Membayangkan Allah adalah suatu hal yang fatal dalam aqidah… beda halnya dengan mengingat Allah… mengingat Allah pun selalu tidak lepas dari membayangkan hal-hal tertentu dalam benak dan pikiran… oleh karena itu, menghadirkan wajah seorang wali tentu lebih menyelamatkan… khususnya bila wali itu adalah guru yang membimbing perjalanan menuju Allah… tentu lebih mempermudah dan mempercepat perjalanan.

Membayangkan / menghadirkan wajah syekh pun merupakan buah dan hasil dari pada mengingat Allah itu sendiri… bagaimana? Dengan mengingat Allah (muraqabatullah) maka kita akan sadar bahwa Ia senantiasa mengawasi kita… dengan kesadaran itu maka akan timbul rasa takut untuk berbuat maksiat… dan terdorong untuk selalu taat… taat kepada perintah-perintah Allah… yang mana di antara perintah-perintah itu adalah… mencintai, memuliakan, mengagungan dan menghadirkan wajah syekh (wali)…

Allah berfirman :

" يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وكونوا مع الصادقين "

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allan dan tetaplah bersama para shadiqin” Para shadiqin di sini adalah para Auliya’ yang memiliki bukti-bukti dan tanda-tanda kewalian (hujjah / burhan) sebagaimana firman Allah :

" قل هاتوا برهانكم إن كنتم صادقين "

“Katakanlah: Datangkan bukti-bukti bila kalian benar-benar Shadiqin” berarti Shadiqin adalah mereka yang mempunyai bukti (dalil)… tidak dikatakan shadiq sebelum mendatngkan bukti (burhan) dan dalil serta hujjah yang kuat !!

“Tetaplah bersama para Auliya’” firman Allah… kebersamaan di sini mencakup dua cara… bersama syekh secara zahir… yaitu dengan selalu menghadiri majlisnya… dan bersama syekh secara batin… yaitu dengan selalu menghadirkan / membayangkan wajahnya (khususnya saat berzikir).

“Bertaqwalah kepada Allah… hindari azab dan laknat Allah… dengan cara (wasilah) selalu bersama para Auliya’ secara zahir maupun batin” demikianlah firman-Nya.

Menghadirkan wajah guru adalah termasuk bagian dari pada tawassul yang diperbolehkan oleh para ulama’ Ahlussunnah wal-Jama’ah… bahkan dianjurkan oleh agama. Dalam al-Qur’an, Allah swt. berfirman :

" يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وابتغوا إليه الوسيلة "

“Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan gunakanlah wasilah (prantara)” ayat ini menegaskan bahwa taqwa kepada Allah harus dilakukan melalui wasilah (prantara)… apa prantaranya? Selalulah bersama para Shadiqin !!

Para Auliya’ yang Shadiqin adalah mereka hamba-hamba Allah yang ditakuti oleh iblis dan pasukan-pasukannya… Allah berfirman :

" إن عبادي ليس لك عليهم سلطان "

“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku (para auliya’) tidak dapat kau taklukkan (hai iblis)”… Iblis pun mengaku :

" لأغوينهم أجمعين إلا عبادك منهم المخلصين "

“Saya akan goda mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang telah Engkau pilih, jernihkan dan pelihara”.

Oleh karena para auliya’ ditakuti oleh setan, maka untuk melawan setan, cukup dengan selalu menghadirkan seorang wali dalam pikiran dan perasaan, dalam hati dan jiwa… maka setan pun akan ketakutan dan tak lagi menggoda.

Karena makanan dapat menghilangkan rasa lapar… dan minuman dapat menghilangkan rasa haus… maka bayangan wajah mulia seorang syekh dapat menghilangkan godaan iblis… melenyapkannya dari hati nurani… semua niat busuk akan pergi bahkan lari.

Berikut ini beberapa hadits-hadits yang membolehkan muraqabah / rabithah (menghadirkan wajah syekh saat berzikir): Rasulullah saw. bersabda :

" النظر إليَّ عبادة "

Rasulullah saw. juga bersabda :

" النظر إلى وجه عليٍّ عبادة "

Rasulullah saw. juga bersabda :

" النظر إلى وجه العالم عبادة "

Rasulullah saw. juga bersabda :

" ذكر الصالحين كفارة للذنوب "

Rasulullah saw. bersabda tentang para auliya’ :

" إذا رؤوا ذكر الله "

Rasulullah saw. juga bersabda :

" خمس من العبادة : النظر في المصحف والنظر إلى الكعبة والنظر إلى الوالدين والنظر في زمزم والنظر في وجه العالم "

Rasulullah pernah bertanya kepada Saidina Abu Bakr ra.: “Apa yang paling kamu sukai hai Abu Bakr?” beliau lalu menjawab :

النظر إليك والجلوس بين يديك وإنفاق مالي لديك

Di bawah ini perkataan-perkataan sejumlah ulama’ tentang rabithah (muraqabah): Syekh Hasan al-Banna :

... أن يستحضر الذاكر صورة أحب الإخوان إليه ...

Syekh Abdul-Aziz Ahmad Manshur :

إن في استحضار خيال الشيخ بين عيني المريد سر لطيف يدركه الذين قاسوا المجاهدة وتهذيب النفوس فإن المريد إذا وضع خيال الشيخ بين عينيه كان أجدى له على البعد عن المعاصي لأنه كلما هم بمعصية الله تعالى استحى من شيخه ثم مع الترقي في مقامات المعرفة يجد أن حياءه من الله أولى من حيائه من شيخه فيراقب الحق في سلوكه، وقد ورد في مثل هذا المعنى في حديث عن رسول الله صلى الله عليه وسلم حين قال له رجل : يا رسول الله أوصني، قال : " أوصيك أن تستحي من الله كما تستحي رجلا صالحا من قومك "

Syekh Muhammad bin Yusuf al-Kafi :

إن من نتائج صحبة الشيخ السالك ما يحصل لمريده من أنه يذكره الله أي يكون سببا قويا في ذكر المريد ربه إذا رأى الشيخ لما عليه من المهابة التي ألبسه الله إياها

Syekh Muhammad Zaki Ibrahim :

المريد يبدأ دخول الحضرة الإلهية بتصور من كان سببا في صلته بالله وفاء له وتبركا به ثم هو يفنى بعد هذا من ذهنه وتصوره بمجرد اندماجه في الذكر فهو نوع من الإستصحاب الروحي المؤقت لطرد الشيطان والخواطر الصارفة استعدادا للقيام بحق الله والإستغراق في أنواره، فلا شرك ولا خوف من شرك بل هو التوحيد كل التوحيد

Syekh Muhammad Zainuddin bin Abdul-Majid :

... ثم يستحضر صورة من يعرف من أعضاء نهضة الوطن في ذهنه ويستشعر الصلة الروحية بينه وبين من لم يعرفه منهم ثم يدعو لهم ...

____________________________________________

6. Mematikan lampu dan menaruh lentera di pertengahan majlis zikir… merupakan tradisi berzikir yang sangat indah… dan sangat mulia… Lampu dimatikan agar suasana menjadi lebih syahdu… lebih khusyu’… wajah guru terbayang semakin jelas… lentera ditaruh di tengah-tengah… sebagai lambang qolbu… sebagai simbol cahaya ilahi… sebagai perumpamaan nur sang pengasih… Allah swt. berfirman :

" الله نور السموات والأرض مثل نوره كمشكاة فيها مصباح المصباح في زجاجة الزجاجة كأنها كوكب دري يوقد من شجرة مباركة زيتونة لا شرقية ولا غربية يكاد زيتها يضيء ولو لم تمسسه نار "

Perumpamaan cahaya ilahi ini diletakkan di pertengahan majlis zikir agar para pezikir lebih merasakan akan sinaran cahaya Allah yang diumpamakan dalam al-Qur’an dengan lentera suci itu. Rasul pun memuji orang-orang yang senantiasa memajang lentera dalam masjid, sebab ia merupakan perumpamaan cahaya Allah swt.

Yang lebih penting dari itu semua, bahwasanya para pezikir tidak ada satupun yang menyembah lentera… tak ada satupun yang menyembah guru… tak ada satupun yang menyembah Rasul… semua ini adalah sebatas Sunnatan Hasanah yang mulia dan sangat mendorong kepada kemuliaan, kebaikan dan kejernihan hati. Semua dilakukan dengan penuh keikhlasan… tak ada niat yang keliru (menyembah)… semua cinta Allah dan Raul-Nya… semua mengakui tiada Tuhan selain Allah.. dan Saiduna Muhammad adalah utusan Allah… dan wasilah menuju Allah… Guru adalah pewaris Rasulullah… semua menyembah Allah… dan mengikuti Rsulullah… dan mengikuti pewaris Rasulullah… menjadikan guru dan Rasul sebagai prantara menuju Allah… semua melaksanakan perintah Allah dan perintah Rasulullah… Tanpa memutlakkan yang sudah muqayyad… atau mentaqyid yang mutlak !!

____________________________________________

7. Menghadiahkan Fatihah-Fatihah kepada Nabi dan para Auliya’… sudah pasti boleh dan masyru’… bila Fatihah dikirim ke orang biasa, akan menjadi syafa’at buatnya, namun apabila Fatihah dikirim ke orang mulia, akan menjadi syafa’at buat yan mengirimnya. Allah telah meletakkan hidayah dan barokah pada para wali-Nya, sudah semestinya kita mengemis barokah itu dimana Allah meletakkannya… Sebagaimana madu kita ambil dari lebah dan susu kita ambil dari sapi… dan semua milik Allah dan bersumber dari-Nya… barokah pun kita ambil dari para wali, dan barokah itu bersumber dari-Nya namun diletakkan pada mereka, sebagaimana madu Ia letakkan pada lebah dan susu diletakkan pada sapi.

Kesembuhan hanya dari Allah… apakah pergi ke dokter adalah syirik? Kesembuhan memang dari Allah namun melalui para dokter… itulah ketentuan dan ketatapan Allah sendiri… kekenyangan dari Allah tapi melalui makanan… Kekuatan dan kesehatan jasmani dari Allah tapi melalui olah raga yang rutin dan makanan serta minuman yang bergizi tinggi.

Begitu pula barokah, hidayah, ilmu, syafa’at dan madad… semua dari Allah… tapi melalui Nabi dan para Wali.

الخير كله بيد الله يضعه حيث يشاء وعلينا أن نأخذه حيث وضعه

Ingin dapat madu langsung dari Allah… dapat susu langsung dari Allah… dapat hidayah langsung dari Allah (tanpa Nabi dan wali mursyid)… sama artinya tidak setuju dengan ketetapan Allah… Tidak setuju dengan ketetapan Allah berarti bukan hamba Allah… hamba harus tunduk terhadap ketetapan dan perintah Tuhannya… kalau tidak… enyahlah sana !!

Allah selalu mampu dan kuasa atas segala-galanya… tidak perlu banyak bertanya-tanya… namun firman-Nya amat lah tegas :

" إن ربك فعال لما يريد "

“Sesungguhnya Tuhanmu bebas melakukan apa saja yang Ia inginkan… bukan yang kamu sendiri inginkan… terserah Dia… bukan terserah kamu” !!
Karena Allah meletakkan cahaya-Nya pada mereka, maka hadiah Fatihah itu ibarat gelas kosong yang diajukan kepada mereka agar diisi dengan madad dan barokah yang mereka miliki (yang mereka dapatkan dan terima dari-Nya) agar dapat menghilangkan rasa haus yang ada dalam kalbu kita… semoga kita dapat meminumnya… AMIN

No comments: