Sunday, April 27, 2008
Memahami Spiritualitas Dengan Hati ( Mawlana Syaikh muhamma Hisham Kabbani )
Khidir as : “ Kapan Adam diciptakan ?”
Jibril as : “Adam yang mana yang kamu bicarakan ?”
Khidir as : “ Bukankah Adam-mu sama dengan Adam-ku ?”
Jibril as : “ Itu Adam yang terakhir. Ada 124.000 Adam-Adam yang telah datang dan pergi. Setiap dari mereka mempunyai Hari Kiamat, dan sekarang kita sedang berada di masa Adam yang terakhir.”
Khidir as : “ Jadi kapan sebenarnya Allah menciptakan dunia ini ?”
Jibril as : “ Aku akan memberitahumu apa yang aku tahu saja.”
Khidir as : “ Aku sedang mendengarkan. Ceritakanlah!”
Jibrilpun mulai bercerita, “ Suatu ketika, aku bertanya pada Allah agar menunjukkan Ciptaan-Nya padaku. Allah berkata padaku, ‘Ya Jibril, pergilah ke tempat itu dimana kamu akan mendapat pengetahuan.’ “
Ketika turun membawa wahyu untuk Nabi, Jibril hanya menggunakan 2 sayap dari 600 sayap-sayap yang beliau punyai. Hanya dengan kedua sayapnya, cukup untuk menutupi tempat antara tempat asalnya sampai ke bumi. Beliau tidak membuka seluruh sayapnya, karena terlalu kecil jaraknya. Namun ketika Allah memintanya untuk pergi ke suatu tempat, Jibril mengatakan :
“Aku buka seluruh sayapku untuk pergi ke tempat itu, dengan kecepatan yang Allah berikan padaku yang tidak seorangpun mengetahuinya. Aku terus terbang dan terbang dalam Waktu Allah. Ketika aku merasa lelah, akupun berhenti. Ketika aku berhenti, aku melihat semua waktu dan jarak yang telah kutempuh seperti lautan pasir kristal. Kristal-kristal itu amat kecil dan bercahaya. Lalu aku bertanya pada Allah :’Tempat apakah ini ?’ Tuhan-pun menjawab : ‘Ini hanyalah sudut yang sangat kecil dari tempat yang Aku maksud. Ini belum sampai di pertengahan ‘tempat’ itu.’
“Aku kembali membuka sayap-sayapku dan terbang menjelajah ‘Waktu’ lainnya, dua kali besarnya dari waktu yang pertama. Namun masih saja aku belum sampai di tengah ‘tempat’ yang aku tuju, dimana-mana hanya terlihat kristal-kristal kecil dan mengkilap. Pada akhirnya, Allah berkata kepadaku, ‘ Ya Jibril, sekarang mintalah untuk terbang dengan Kekuatan-KU.” Lalu dengan Kekuatan Allah, aku bergerak dengan kecepatan yang tidak akan pernah terbayangkan oleh manusia. Sampailah aku di pertengahan ‘tempat ‘ itu. Aku melihat sebuah pohon berwarna hijau dan seekor burung yang juga berwarna hijau bertengger disana. Setiap detik burung itu terbang turun, kemudian mengambil sebutir kristal, memakannya dan terbang kembali ke atas pohon. Akupun bertanya,
’Ya Allah, apakah itu ? ‘
‘Burung itu adalah kekasih-Ku Muhammad saw.’
‘Dan apakah kristal-kristal itu ?’
‘Setiap butir kristal itu adalah sebuah jagad raya yang berbeda-beda. Muhammad adalah Nabi bagi seluruh jagad raya itu. Apa yang sedang kamu lihat adalah Ciptaan-Ku yang tiada batas akhirnya. Dan Muhammad saw adalah Nabi-Nabi mereka, Awliyanya adalah 124.000 awliya. Begitu Nabi memakan butiran jagad raya itu, Akupun menciptakan yang baru, dan hal itu tidak akan pernah berakhir.’
Itulah kebesaran Nabi kita, jangan pernah meremehkan kekuatan beliau. Kadang ketika saya mengatakan apa yang saya dengar dari Syaikh, saya menggunakan ‘ kata-kata yang menyilaukan’ sehingga membuat hati bahagia, namun dibalik itu ada ribuan dan ribuan rahasia serta hikmah yang tiada batas dari Samudra Pengetahuan yang tidak akan pernah berakhir. Kami tidak akan berhenti berbicara dan pengetahuan itu tidak akan pernah ada akhirnya. Sebagaimana Ciptaan Allah tidak pernah berakhir, pengetahuanpun tidak akan pernah berakhir ; karen a ilmu pengetahuan adalah Ciptaan Allah juga.
Pikiran kita adalah pikiran yang diciptakan. Dengan pikiran yang terbatas, kalian tidak akan mampu memahami apa yang tidak terbatas. Pikiran hanya terbatas pada pengetahuan yang dimilikinya. Kalian tidak akan mampu memahami Tuhan dengan pikiran itu. Pikiran tidak mungkin memahami Yang menciptakannya. Sesuatu yang diciptakan tidak akan mampu memahami Penciptanya. Namun hati mampu.
Wa quli-r-ruhu min amri Rabbik. Firman Allah dalam Qur’an : “Ya Nabi, katakan pada umatmu bahwa ruh dan jiwa berasal dari-Ku.” Karena itulah, kita mampu memahaminya. Pikiran dan tubuh berasal dari bumi sedang ruh berasal dari Allah. Wa nafakhtu fihi min ruhi “ Telah Aku tiupkan Ruhku pada Adam.” Itulah mengapa Tuhan memerintahkan iblis untuk bersujud, bukan bagi tubuh Adam, namun bagi ruhnya, karena ruh itu berasal dari Allah.
Jadi, dengan memusatkan diri melalui roh. kita bisa memahami kearifan dan pengetahuan yang tersembunyi. Apakah penghalang antara kita dalam menggunakan roh? yaitu ego kita. Saya menghadapi masalah di Amerika ini, mereka selalu mengatakan,
“ Kami telah diajari untuk bangga pada diri sendiri sejak kami kecil. Untuk meninggikan ego kami.” Saya katakan bahwa itu adalah senjata setan yang paling merusak untuk menyerang kalian. Hal itu dibenarkan bila kalian bangga karena melakukan sesuatu yang baik. Namun ego-pun akan mengecoh kalian dengan senjata itu – kesombongan – agar kalian jauh dari spiritualitas.
Seperti menatap sebuah cermin. Pecahkan cermin itu dalam hati kalian dan jangan pernah lagi memandang diri sendiri pada cermin itu. Yang nyata bukanlah gambaran yang ada di cermin, tapi yang diluar cermin. Tanpa ego, kalian akan mencapai kenyataan hakiki.
Wa min Allah at-tawfiq bi hurmat al-Fatiha.
Jibril as : “Adam yang mana yang kamu bicarakan ?”
Khidir as : “ Bukankah Adam-mu sama dengan Adam-ku ?”
Jibril as : “ Itu Adam yang terakhir. Ada 124.000 Adam-Adam yang telah datang dan pergi. Setiap dari mereka mempunyai Hari Kiamat, dan sekarang kita sedang berada di masa Adam yang terakhir.”
Khidir as : “ Jadi kapan sebenarnya Allah menciptakan dunia ini ?”
Jibril as : “ Aku akan memberitahumu apa yang aku tahu saja.”
Khidir as : “ Aku sedang mendengarkan. Ceritakanlah!”
Jibrilpun mulai bercerita, “ Suatu ketika, aku bertanya pada Allah agar menunjukkan Ciptaan-Nya padaku. Allah berkata padaku, ‘Ya Jibril, pergilah ke tempat itu dimana kamu akan mendapat pengetahuan.’ “
Ketika turun membawa wahyu untuk Nabi, Jibril hanya menggunakan 2 sayap dari 600 sayap-sayap yang beliau punyai. Hanya dengan kedua sayapnya, cukup untuk menutupi tempat antara tempat asalnya sampai ke bumi. Beliau tidak membuka seluruh sayapnya, karena terlalu kecil jaraknya. Namun ketika Allah memintanya untuk pergi ke suatu tempat, Jibril mengatakan :
“Aku buka seluruh sayapku untuk pergi ke tempat itu, dengan kecepatan yang Allah berikan padaku yang tidak seorangpun mengetahuinya. Aku terus terbang dan terbang dalam Waktu Allah. Ketika aku merasa lelah, akupun berhenti. Ketika aku berhenti, aku melihat semua waktu dan jarak yang telah kutempuh seperti lautan pasir kristal. Kristal-kristal itu amat kecil dan bercahaya. Lalu aku bertanya pada Allah :’Tempat apakah ini ?’ Tuhan-pun menjawab : ‘Ini hanyalah sudut yang sangat kecil dari tempat yang Aku maksud. Ini belum sampai di pertengahan ‘tempat’ itu.’
“Aku kembali membuka sayap-sayapku dan terbang menjelajah ‘Waktu’ lainnya, dua kali besarnya dari waktu yang pertama. Namun masih saja aku belum sampai di tengah ‘tempat’ yang aku tuju, dimana-mana hanya terlihat kristal-kristal kecil dan mengkilap. Pada akhirnya, Allah berkata kepadaku, ‘ Ya Jibril, sekarang mintalah untuk terbang dengan Kekuatan-KU.” Lalu dengan Kekuatan Allah, aku bergerak dengan kecepatan yang tidak akan pernah terbayangkan oleh manusia. Sampailah aku di pertengahan ‘tempat ‘ itu. Aku melihat sebuah pohon berwarna hijau dan seekor burung yang juga berwarna hijau bertengger disana. Setiap detik burung itu terbang turun, kemudian mengambil sebutir kristal, memakannya dan terbang kembali ke atas pohon. Akupun bertanya,
’Ya Allah, apakah itu ? ‘
‘Burung itu adalah kekasih-Ku Muhammad saw.’
‘Dan apakah kristal-kristal itu ?’
‘Setiap butir kristal itu adalah sebuah jagad raya yang berbeda-beda. Muhammad adalah Nabi bagi seluruh jagad raya itu. Apa yang sedang kamu lihat adalah Ciptaan-Ku yang tiada batas akhirnya. Dan Muhammad saw adalah Nabi-Nabi mereka, Awliyanya adalah 124.000 awliya. Begitu Nabi memakan butiran jagad raya itu, Akupun menciptakan yang baru, dan hal itu tidak akan pernah berakhir.’
Itulah kebesaran Nabi kita, jangan pernah meremehkan kekuatan beliau. Kadang ketika saya mengatakan apa yang saya dengar dari Syaikh, saya menggunakan ‘ kata-kata yang menyilaukan’ sehingga membuat hati bahagia, namun dibalik itu ada ribuan dan ribuan rahasia serta hikmah yang tiada batas dari Samudra Pengetahuan yang tidak akan pernah berakhir. Kami tidak akan berhenti berbicara dan pengetahuan itu tidak akan pernah ada akhirnya. Sebagaimana Ciptaan Allah tidak pernah berakhir, pengetahuanpun tidak akan pernah berakhir ; karen a ilmu pengetahuan adalah Ciptaan Allah juga.
Pikiran kita adalah pikiran yang diciptakan. Dengan pikiran yang terbatas, kalian tidak akan mampu memahami apa yang tidak terbatas. Pikiran hanya terbatas pada pengetahuan yang dimilikinya. Kalian tidak akan mampu memahami Tuhan dengan pikiran itu. Pikiran tidak mungkin memahami Yang menciptakannya. Sesuatu yang diciptakan tidak akan mampu memahami Penciptanya. Namun hati mampu.
Wa quli-r-ruhu min amri Rabbik. Firman Allah dalam Qur’an : “Ya Nabi, katakan pada umatmu bahwa ruh dan jiwa berasal dari-Ku.” Karena itulah, kita mampu memahaminya. Pikiran dan tubuh berasal dari bumi sedang ruh berasal dari Allah. Wa nafakhtu fihi min ruhi “ Telah Aku tiupkan Ruhku pada Adam.” Itulah mengapa Tuhan memerintahkan iblis untuk bersujud, bukan bagi tubuh Adam, namun bagi ruhnya, karena ruh itu berasal dari Allah.
Jadi, dengan memusatkan diri melalui roh. kita bisa memahami kearifan dan pengetahuan yang tersembunyi. Apakah penghalang antara kita dalam menggunakan roh? yaitu ego kita. Saya menghadapi masalah di Amerika ini, mereka selalu mengatakan,
“ Kami telah diajari untuk bangga pada diri sendiri sejak kami kecil. Untuk meninggikan ego kami.” Saya katakan bahwa itu adalah senjata setan yang paling merusak untuk menyerang kalian. Hal itu dibenarkan bila kalian bangga karena melakukan sesuatu yang baik. Namun ego-pun akan mengecoh kalian dengan senjata itu – kesombongan – agar kalian jauh dari spiritualitas.
Seperti menatap sebuah cermin. Pecahkan cermin itu dalam hati kalian dan jangan pernah lagi memandang diri sendiri pada cermin itu. Yang nyata bukanlah gambaran yang ada di cermin, tapi yang diluar cermin. Tanpa ego, kalian akan mencapai kenyataan hakiki.
Wa min Allah at-tawfiq bi hurmat al-Fatiha.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment