Saturday, April 26, 2008
Pembimbing Spiritual dalam Bersyukur atas Berkah-berkah*
Suhbat Tanggal 7 April 2008
Zawiyah Oakland
*Allahuma shalli `ala Sayyidina Muhammad wa ala `Ali Sayyidina Muhammad*
*A`udzu billahi min asy-syaitaan ir-rajiim *
*Bismillahir- Rahmanir- Rahiim *
*Nawaytu'l-arba` iin, nawaytu'l-`itikaaf, nawaytu'l-khalwah,
nawaytu'l-riyaada, nawaytu's-suluuk, nawaytu'l-`uzlah lillahi ta`ala fii
hadzal-masjid*
*Ati` Allah wa ati` ar-rasula wa uli 'l-amri minkum,*
Kini banyak orang berkata bahwa aku mempunyai seorang *mursyid*. Benar atau
tidak? Aku punya seorang *mursyid*, aku punya seorang guru; aku punya
seseorang yang membimbing dan mengajarku dan itulah mengapa mereka dikenal
sebagai bagian dari *pir*. Seorang *pir* adalah seorang *mursyid*, bukan?
Dan banyak *pir* yang bahkan masih anak-anak. Mereka menjadi *pir* karena
orang tua mereka adalah *pir*. Atau orang tua mereka memberi nama *pir*.
Atau mereka menjadi *pir* karena punya gelar PhD dan mereka sedikit belajar
mengenai spiritualitas atau psikologi, mereka mencampur adukkannya dan
orang-orang mulai tertarik karena orang-orang ini tidak mendengarkan orang
lain kecuali mereka. Ketika kau tidak mendengarkan orang lain kecuali satu
orang ini, maka kau berpikir kalau pengetahuannya tinggi namun saat kau
bandingkan dan mendengarkan orang lain, kau bandingkan dan menemukan bahwa
orang lain mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih baik. Karena Allah swt
berfirman* wa fawqa kulli dhi `ilmin 'aliim*.
Aku tidak membicarakan subyek ini untuk mempermalukan siapapun namun aku
berusaha untuk memancarkan cahaya pada apakah seorang
*mursyid* itu. Apakah kualifikasi- kualifikasi *mursyid*? Berdasarkan *
awliyaullah* yang sudah pernah berada di akang tersebut dan tahu
rahasia-rahasianya serta tahu apa yang masuk dan keluar dan mereka tahu tiap
detil karena mengalami pengalaman-pengalam an dalam hidup mereka.
Penjelasan-penjelas an ini diriwayatkan kepada Mawlana Syaikh dan Grandsyaikh
dan grand Grandsyaikh Syaikh Syarafuddin, penjelasan-penjelas an mereka
mengenai tingkat-tingkat berbeda dari *mursyid*.
Seperti pernah aku katakan, hari ini kau temukan sebuah wilayah atau tempat
di barat atau ditimur, banyak orang berkata, kau melihat mereka, mereka
berkata kami punya seorang *mursyid*. Dan dari nama itu mereka menyebutkan
cukup untuk memahami jika orang tersebut adalah seorang *mursyid* sejati
atau bukan. Mungkin saja dia seorang *mursyid* dari apa yang telah dia
pelajari dengan membaca beberapa buku tentang spiritualitas atau psikologi.
Namun kini kita membahas tentang makna sesungguhnya dari *mursyid*.
Sebagaimana telah disusun bahwa ada 4 tingkat berbeda dari *irsyad* dan pada
tiap tingkat ada *pir**-pir** .* Dan dari satu tingkat ke tingkat lain
pengetahuan *pir**-pir* ini berubah. Untuk itu mari kita bahas tingkat
pertama dan dia ada ditingkat dari langkah pertama atau maqam pertama dari
pembimbingan seorang *mursyid*, yang merupakan makna sesungguhnya
pembimbing, seperti yang sudah kami jelaskan disatu waktu mengenai makna
bimbingan. Bimbingan artinya kau mampu mengambil orang ini dari tepi pantai
ini ke tepi pantai lain tanpa menenggelamkan orang tersebut. Seorang
pembimbing ialah jika kau sudah menerima seorang sebagai murid untuk kau
bimbing, kau mempunyai sebuah pertanggung jawaban di hadapan Allah swt jika
kau menyesatkan murid itu dengan berbohong, tidak boleh atau jika kau
memberi ajaran-ajaran yang bukan darimu tapi kau menggabungkan berbagai hal
dan kau mengatakan si murid untuk melakukannya dan kau tidak melakukan apa
yang kau perintahkan.
Jadi bimbingan *mursyid* adalah seorang yang benar-benar mengambilmu yang
jatuh ke dalam jurang dan dia berada di puncak gunung dan dia membentangkan
tanganya dan bahkan jika kau berjarak 100 mil atau meter atau 100 yard
jauhnya, dia membentangkan tangannya dan tangan itu dapat menggapaimu.
Itulah seorang *mursyid*. Artinya dia bisa menjangkaumu dari berbagai
kesulitan.
Mursyid-mursyid ini mempunyai tingkatan berbeda-beda.
Tingkat pertama adalah *mursyid* bersyukur atau *mursyid* berkah*- mursyid
at-tabarruk* , dia yang telah didandani Allah swt dengan sebuah berkah
spesial sehingga kau dapat memperoleh berkah-berkah. Duduk bersama dalam
pertemuan-pertemuan (sohbet)nya, kau akan merasa ketentraman dan kedamaian
yang datang ke hatimu dan kau merasa menjadi cahaya karena kekuatannya.
Jenis *mursyid* ini, sebagaimana dia katakan, *yajib an yakuunu lahu
malakatun fii 'ilm tasbiihaat al-makhluuqaat* .
Tingkat pertama, yaitu tingkat *tabarruk*, berkah-berkah, satu dari
kondisi-kondisi adalah pembimbing itu sudah meraih maqam pemahaman hikmah
dari tiap ciptaan yang telah Allah swt ciptakan, jenis apapun *tasbih* yang
menciptakan makhluk, *al-makhluuqaat* , makhluk-makhluk yang diciptakan,
makhluk atau jin, atau binatang atau bebatuan atau pepohonan atau apapun,
mereka ber-*tasbih* .
Allah swt berfirman dalam Kitab Suci Qur'an,
*Tusabbihu lahus samaawaatus sab'u wal-ardhu wa man fiihinna wa im min
syai-in illaa yusabbihu bi-hamdihi wa laakin laa tafqahuuna tasbiihahum
innahuu kaana haliiman ghafuuraa.*
*Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada
Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi
kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penyantun lagi Maha Pengampun. **[Al-Israa' (17:44)] *
Dia berfirman, "Segala sesuatu, tiap hal terkecil, bahkan sebuah atom atau
sebuah sel, atau seekor cacing atau sebuah pohon, atau sebongkah batu atau
semuanya, mereka memuji Allah swt dan mereka ber-*tasbih* dan
*tasbih*mereka adalah satu jenis, sebanyak kau melakukan
*tasbih*, *tasbih* adalah rahasia hidup. Saat *tasbih* berhenti, kehidupan
berhenti. Saat *tasbih* berhenti, hatimu akan menjadi nol. Selama kau
melihat grafik ini, grafik parabola ini, mereka punya nama,
gelombang-gelombang sin, gelombang-gelombang elektromagnetik, ketika kau
melihat gelombang-gelombang ini, inilah gelombang-gelombang
*tasbih*, yang mempunyai sebuah getaran tertentu yang menyebabkan mereka
bergerak. Artinya mereka mempunyai susunan tertentu. Jika kau mengubah
susunan organ itu, artinya ada sesuatu yang salah disana.
Jadi tiap bagian tubuhmu menciptakan sejenis gelombang yang dapat dibaca
oleh ilmuwan. Bahkan tiap selnya. Ketika sel itu tidak hidup, kau tidak
melihat frekuensinya. Jadi, segala sesuatu yang dihasilkan
gelombang-gelombang elektromagnetik mengindikasikan bahwa organ itu hidup
dan ber-*tasbih* . *Mursyid* harus paham *tasbih* dari tiap manusia dan bukan
manusia dalam setiap saat. *Al-makhluqat jami`yyan natiqan wa ghayru natiqan
*. Dia harus memahami bahasa mereka, itulah tingkat pertama *irsyad*. Ketika
seseorang mengatakan, "Aku punya seorang *mursyid*."
Apakah *mursyid*? *Mursyid* adalah sebuah tugas berat wali, orang yang
shaleh. Seseorang yang melampaui pendeskripsian. Itulah mengapa *awliyaullah
* bersembunyi akhir-akhir ini, tidak mungkin mereka muncul kepada
orang-orang jika tidak seorangpun dapat mengikuti mereka. Mereka dapat
membaca hatimu ketika kau duduk dihadapan mereka. Bagaimana kau duduk
dihadapannya dengan sebuah hati kotor. Bagaimana kau duduk didepan mereka
dengan gosip-gosip dan fitnah, mereka bisa melihat hal itu. Apakah kita
tidak merasa malu?
Jadi, kau butuh duduk dihadapan mereka, artinya kau butuh untuk
mengendalikan hatimu dari jatuh ke tangan-tangan setan pada saat itu.
Seperti kau pergi ke Mekkah, satu dosa dapat berlipat ganda, seperti shalat
yang dilipat gandakan saat kau shalat di Ka'bah yaitu sebanding 100.000 *
raka'at* dan saat shalat di Madinah sebanding 10.000 raka'at.
Di Madinah kau tidak boleh mempunyai niat-niat jelek. Itulah mengapa
sangatlah berat duduk dalam Masjid sang Nabi (saw) dalam hadirat sang Nabi
(saw) dan mempunyai niat-biat buruk atau memfitnah orang. Di tempat normal
kami, jika kau mempunyai sebuah niat buruk tidak dituliskan sebagai sebuah
dosa. Namun jika kau berada disana maka dituliskan sebagai sebuah dosa.
Jadi *mursyid* itu harus mempunyai sebuah *malaka*, bukan otoritas, atau
ahli dalam pengetahuan paham akan tiap suara bagaimana suara datang dari
vokal mana nada itu datang, itulah yang membuatmu sadar kalau *mursyid* tahu
pengetahuan dari tiap huruf dan and *'ilm kull huruuf wa ...*
*Mursyid* harus tahu pengetahuan tiap *huruf** *dari *tasbihat* yang
dilakukan oleh tiap makhluk. Jadi, contohnya kita mendengar bahasa Inggris.
Ucapkan 'a'.
Itu datang dari nada vokal, namun 'a' itu ketika diucapkan, berapa banyak
getaran yang dibuatnya, terdapat sebuah rahasia dalam tiap getaran. *Mursyid
* harus tahu tentang itu.
*Mursyid* harus tahu pengetahuan dari tiap bahasa. Dia butuh tahu apa yang
orang bicarakan meskipun tidak tahu bahasa yang mereka gunakan. Itulah
mengapa sang Nabi (saw) mendorong orang-orang untuk mempelajari bahasa
bangsa lain agar mampu berkomunikasi. Jadi bagaimana bisa seorang
*mursyid*berkomunik asi ketika dia tidak tahu bahasa murid-muridnya.
Dan apa bahasa
muridnya. Ini bukan bahasa Arab dan Urdu dan Inggris. Tidak tiap manusia
mempunyai bahasa tersendiri. Ada sejumlah bahasa yang digunakan manusia yang
sudah diciptakan. Bahasa yang satu berbeda dengan bahasa yang lain, semua
orang mempunyai sistem syaraf berbeda, otak berbeda, sel-sel berbeda,
organ-organ berbeda.
Itulah kenapa saat dalam pengobatan mereka ingin men-transplantasi hati atau
ginjal atau organ lain, tubuh pasien menolaknya. Mengapa? Karena bahasanya
berbeda.
Itulah *mursyid at-tabarruk* . Karena berkah yang akan mencapainya, sang *
mursyid* harus memahami bahasa tubuh dan bahasa jiwa. Apa yang kau kerjakan
dan pikirkan dan apa yang matamu lihat dalam satu hari, apakah yang kau
lakukan dalam sehari, apakah yang jantungmu, hati dan tiap bagian dirimu
lakukan dalam sehari. Bukan hanya harus tahu tiap detil dari bahasa
binatang. Yang hidup dan yang tidak hidup. Seperti yang Grandsyaikh -semoga
Allah merahmati jiwanya- katakan: "Dan dia harus memisahkan do'a semua orang
dari yang lainnya dan dia dapat mendengarmu seperti dia mendengar yang orang
lain dan *tasbih*-mu beda dengan *tasbih* yang lain."
Tubuhmu mungkin menciptakan beberapa jenis *tasbih* yang bisa berbeda dengan
orang lain. Tiap orang harus menyesuaikan dirinya, tiap orang mempunyai *
tasbih* yang sesuai dengan tubuhnya sendiri. Karena *tasbih* berbeda
maka *mursyid
**harus paham tiap **tasbih**.*
*Jadi, apa menurutmu tingkatan **mursyid*. Kini kita dengar, aku punya
today, I *mursyid* ini dan aku punya *mursyid* itu. Jadi, kini kau bisa
menilai, siapakah seorang *mursyid* dan siapakah yang bukan *mursyid*.
Dimana kau dapat menemukan seorang *mursyid*? Mereka permata-permata yang
langka. *Alhamdulillah* Allah swt sudah menghubungkan kita kepada Sultan al-
*Awliya* Mawlana Syaikh Nazim yang membawa kekuatan itu.
Jadi, puji-pujian ini adalah pujian yang diucapkan oleh kaum beriman atau
dari kaum kafir. Karena *wa in min shayin illa...*
Bahkan bila mereka tidak memuji dengan lidah, namun sistem dan tubuh mereka
memuji Allah swt. Ini tidak berarti mereka tidak memuji namun mereka memuji
tanpa diketahui oleh dirinya. Faktanya, mereka menentang keinginannya untuk
memuji Allah swt. Dia bukanlah seorang beriman dan tidak ingin melakukan
puji-pujian itu tetapi tubuhnya harus memuji Allah swt. Jika sebuah kerikil
memuji Allah swt, bagaiman dengan manusia? Itulah kenapa dia berkata
kepadamu bahwa kau tidak bisa mengerti puji-pujian mereka.
Setidaknya orang beriman saat memuji menggunakan mulut, suaranya dapat kau
dengar dan pahami. Kau katakan orang ini memuji dengan lidah dan kami dapat
mendengarnya. Itulah yang tidak dilakukan oleh orang kafir
*Mursyid* harus sanggup mendengar dan mengerti pujian kaum beriman dan kaum
kafir.
Dan saat ini Allah swt mengirimkan rahmat-Nya pada semua orang dan
persediaan bagi semua orang. Seorang *wali* mewakili sang Nabi (saw), dia
harus tahu apa yang dilakukan manusia dan harus tahu apa yang mereka
praktekkan, jika mereka *mu'min *atau bukan* mu'min* dia harus tahu.
Dan dia harus tahu juga memandang semua orang melalui haqiqat yang
sudah Allah swt berikan kepadanya, bukan melalui imajinasi-imajinasi . Kini,
banyak syaikh yang berkata kalau mereka syaikh atau berkata kalau mereka *
mursyid* namun semua yang mereka katakan adalah imajinasi. Mereka berkata
melihat tapi apa yang mereka lakukan adalah imajinasi. Seperti orang-orang
yang melakukan sihir ilmu hitam. Mereka memperlihatkannya di TV, melakukan
sesuatu yang tidak bisa oleh kebanyakkan orang. Allah swt menyebutkannya
dalam Kitab Suci Qur'an *sahara `ayuun an-naas*. Mereka menaruh sihir ilmu
hitam dimata orang-orang karena mereka ingin memelintir penglihatanmu, kini
banyak sekali yang seperti ini dan orang-orang berpikir mereka adalah
khalifah atau *mursyid**,* namun kenyataannya ini merupakan produk dari
imajinasi mereka dan itulah mengapa mereka menyesatkan murid mereka.
Disini beliau -Grandsyaikh- berkata bahwa *mursyid* yang berada di tingkat 1
*irsyad* harus mengamati para pengikutnya denga haqiqat kekuatan kenabian
yang sang Nabi (saw) akan kenakan pada dirinya dan memberikan sedikit cahaya
tersebut, itu yang sang Nabi (saw) akan kenakan dengan sedikit dari cahaya
tersebut, itu dari sang Nabi (saw). Dia akan mampun melihat semua orang dan
mengamati haqiqat dari orang tersebut. Dia tidak melihat padamu sekarang
namun dia melihatmu pada penciptaanmu. Artinya Allah swt sudah menciptakanmu
bersih dan suci. *Mursyid** itu melihat ke itu dan memperhatikan bahwa semua
orang dimuka bumi telah diciptakan bersama haqiqat seorang penyembah sejatu
namun saat datang ke **dunya* dia berubah. Jadi, apa yang mereka lakukan
adalah berusaha membawamu kembali ke haqiqat sejatimu. Jadi itulah mengapa
mereka muncul dalam mimpi-mimpi kepada para pengikutnya. Bahkan mereka
muncul kepada orang-orang yang tidak pernah ditemui sebelumnya atau menjadi
murid-murid mereka. Jadi, Allah swt ingin membawa mereka kembali ke jalan *
istiqamah* dan mengirimkan kekuatan kepada mereka untuk meraih orang-orang
melalui mimpi dan membimbingnya. Dan banyak orang yang sudah dibimbing dalam
mimpi.
Dia berkata, seperti itulah seorang *mursyid*, bukan dengan cara imajinasi,
*khayaal*. Tidak ada ilusi atau imajinasi, mereka melihat yang sesungguhnya
(haqiqat). Itulah mengapa kini kau melihat banyak hal dengan ilusi dan
imajinasi. Kau dapat melihat dari tingkah laku mereka dalam urusan
*dunya*yang banyak mempengaruhi mereka. Mereka tidak benar-benar
berada ditingkat
*irsyad*, mereka masih belum sampai ke sana.
Dan mereka harus melihat, atau memperhatikanmu *bi kull anwa` anni`m*.
Mereka memperhatikanmu dengan semua pertolongan yang Allah swt kirimkan
kepadamu melalui rahmat Allah swt dan melalui apa yang sang Nabi (saw)
bukakan kepada mereka, semua jenis pertolongan.
Dan itulah mengapa kini kau melihat kaum beriman dan kafir berada dijalur
yang sama dari rizqi. Jika Allah swt tidak suka dengan kaum kafir makan
tidak pernah akan ada rizqi yang datang, namun lihatlah mereka, mereka lebih
kaya daripada kaum beriman. Mereka mempunyai banyak uang dan banyak harta
kekayaan. Allah swt tidak membeda-bedakan.
Allah swt berfirman
*Wa qulii **maluu fa-sayara Allahu `amalakum wa rasuuluhuu wal mu'minuuna wa
sa turadduuna ilaa 'aalimil ghaibi wasy-syahaadati fa yunabbi-ukum bi maa
kuntum ta'maluun*
*Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu
diberitakan- Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".* [At- Taubah
(9:105)].
Mereka bekerja untuk *dunya* sehingga Allah swt memberi mereka untuk *dunya*,
kau mencari *Akhirat** *dan kau menerima untuk Akhirat dari Allah swt.
Jadi *mursyid-mursyid awliya* melihat pada mereka dengan mata itu yang tidak
ada perbedaannya berusaha membebaskan dari tangan-tangan setan dan membawa
ke tangan-tangan *Rahman*. Itulah mengapa mereka berusaha membimbing orang
dengan jenis bimbingan ini dari tingkat pertama *irsyad*, mereka harus
memperlihatkan kepada para muridnya mana yang benar dan mana yang salah, apa
yang salah dan apa yang benar. Jika seorang syaikh tidak mendorong untuk
melakukan apa yang benar dan menghindari yang salah, maka *irsyad* itu
bukanlah *irsyad* yang sesungguhnya.
Saat ini kau lihat *mursyid* ini, banyak dari mereka mempertimbangkannya
sebagai *mursyid*, bahkan mereka tidak shalat. Tingkat pertama
*irsyad*adalah sang
*mursyid* harus mengajarkan apa yang *haram** *dan apa yang *halal*, *
ma'muurat* dan *manhiyyaat* . Apa yang diwajibkan kepada kita untuk dilakukan
apa yang dilarang. Mereka harus menjelaskan dan memperlihatkannya. Kini,
tidak seorangpun menjelaskan hal itu.
Dari hal yang terkecil. Apakah orang-orang shalat Fajr? Banyak orang yang
tidak melakukan shalat Fajr. Artinya kekuatan pembimbing harus mencapaimu
untuk mendorong melaksanakan shalat Fajr. Banyak orang berkata, "Kami tidak
bisa shalat Zuhur, kami tidak bisa shalat Ashar, kami sedang bekerja."
Tidak. Itu sebuah kewajiban. Seperti kau bekerja, bekerja adalah kewajiban.
Mana yang datang lebih dulu, bekerja dan kewajiban kepada bosmu atau
kewajiban kepada Allah swt. Kami membuat sebuah pengecualian. Bagaimana kita
membuat pengecualian jika sang *mursyid* tidak melontarkannya, lalu dia
bukanlah seorang *mursyid*. Dia telah meletakkan punggungmu ke jalan
kereta-api. Keretanya keluar dari jalur. Sang *wali* harus mengembalikanmu
lagi. Jadi oke, kau tidak melakukan shalat Zuhur dan Ashar karena sedang
bekerja. Tapi kau bisa shalat dengan duduk. Kau bisa shalat dengan
menggerakkan kepalamu. *Bismillah Allahu Akbar*, ucapkan Fatiha, letakkan
tanganmu seperti itu *subhana rabbi al-`ala wa bihamdihi,* menunduk, tidak
seorangpun dapat memahami apa yang kau lakukan. Aku sedang melakukan
peregangan. Aku sedang meditasi. Setidaknya kau melakukan kewajibanmu.
Sang Nabi (saw) saat pergi dari Mekkah ke Madinah pulang atau pergi,
kadang-kadang beliau shalat sembari menunggang unta. Sebagian besar shalat
sunnah, untuk shalat wajib beliau turun dari punggung unta. Artinya ada
sebuah kesempatan untuk shalat bahkan saat kau sedang menyetir atau duduk
atau sedang dipesawat terbang. Dan dimalam hari kau mengulanginya untuk
memastikan kau tidak meninggalkannya. Atau apa gunanya seorang *mursyid*?
Sang *mursyid* dari tingkat ini harus memberitahumu apa yang salah dan apa
yang benar.
Lalu jika kau pergi ke *mursyid* tingkat 2 dan 3, *irsyad* semakin tingggi.
Banyak hal berubah dan pengetahuan lebih mendalam sehingga nalarmu sudah
tidak bisa menerimanya lagi. Jadi, kami akan pelan-pelan menjelaskannya.
Jadi, itulah tingkat pertama *irsyad* yang harus membimbing kita apa yang
salah dan apa yang benar.
Dan kemudian dia harus memberimu tiap detil dari bermacam-macam pertolongan
-*khayraat*- yang berbeda. Dia harus membukakan kepadamu
*abwaab al-khayraat* . Jadi, melalui do'anya saat kau duduk dalam
pertemuannya
atau membaca Fatiha atau membaca do'a, dia memohon kepada syaikhnya, *
mursyid* sendiri memohon dari sang Nabi (saw) dan sang Nabi (saw) memohon
kepada Allah swt untuk membukakan kepadamu semua pintu *khayr*. Semua pintu
pertolongan, karunia, agar pintu-pintu ini tidak ditutup dan kau merasakan
angin sepoi-sepoi dari pintu-pintu ini agar kau merasa berada dalam
ketentraman dan kedamaian. Itulah salah satu pengaruh rahasia utamanya atau
apa yang harus dia lakukan agar membawa para pengikutnya maju dalam cara
yang sangat sulit, penuh dengan rintangan dalam hidup sebagai seorang
manusia.
Kemudia dia harus memastikan bahwa apapun yang kau lakukan *kaba'ir *dan *
sagha'ir* -dosa-dosa besar dan kecil- dia harus memastikan kau bertaubat
dari dosa-dosa tersebut setiap hari dan jika kau tidak bertaubat, dia akan
bertaubat atas namamu. Dan saat dia bertaubat atas namamu, dia hadir di
hadapan sang Nabi (saw), dan dia bertaubat untukmu dan kemudian sang Nabi
(saw) akan bertaubat untukmu. Itulah rahasia dari ayat:
*Wa maa arsalnaa min rasuulin illaa liyutha'a bi idzni Allahi wa lau annahum
izh zhalamuu anfusahum jaa-uuka fas taghfarullaaha was taghfara lahumur
rasuulu la wajaduu Allaha tawwaabar rahiimaa*
*Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan
seizin Allah. Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang
kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun
untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang.* [An-Nisaa' (4:64)]
Ketika sang *wali* melihat pengikutnya menindas diri mereka sendiri, apa
yang akan dilakukan oleh *mursyid* tingkat pertama? Dia akan mengambil untuk
dipikul olehnya seperti jika dialah satu-satunya pendosa, seakan dia tidak
bisa membimbing muridnya dengan benar dan dia akan melakukan seperti yang
Allah swt perintahkan dalam ayat diatas, dia akan datang ke hadirat sang
Nabi (saw) dan datang kepadamu,Ya Muhammad. Jadi, inilah jenis
*mursyid*yang selama 24 jam harus datang ke hadirat sang Nabi (saw),
dan mereka harus
mempertimbangkan diri mereka sebagai pendosa. Seperti seorang jenderal dalam
militer, dia harus bertanggung jawab atas para tentara bawahannya. Dan
itulah mengapa dia disalahkan atas kesalahan-kesalahan .
Jadi itulah mengapa Grandsyaikh berkali-hkali berkata, "Jangan membuatku
malu dihadirat sang Nabi (saw). Jangan permalukan aku di hadirat sang Nabi
(saw)." Jadi apa yang mereka lakukan? Mereka datang penuh dengan
kesalahan-kesalahan pengikutnya dan mereka mohon ampun kepada Allah swt dan
bertaubat karena dosa-dosa ini sudah ada dibahu mereka dan mereka menyucikan
murid-muridnya dan mereka tidak berkata muridmu melakukan perbuatan dosan
namun berkata kami melakukan dosa, kami tidak mampu melatih dan
mengendalikan murid-murid kami.
Jadi, *awliya* yang bersyukur ini semuanya pergi ke hadirat sang Nabi (saw)
tiap malam bertaubat atas nama semua orang dan kemudian giliran sang Nabi
(saw) bertaubat dan lalu Allah swt akan menerima taubat mereka. Jadi itulah
apa yang *mursyid* harus lakukan selama 24 jam untuk menaik dia ke tingkat
kedua yang nanti akan kami bicarakan.
Jadi kami berkata, dia bertanggung jawab untuk semua *tasbih* dari makhluk
kemudia dia juga harus mempunyai pengetahuan nama-nama yang Allah swt sudah
ajarkan,
*Wa 'allama aadamal asmaa-a kullahaa tsumma 'aradhahum 'alal malaa-ikati fa
qaala ambi-uunii bi asma-i haa-ulaa-i in kuntum shaadiqiin*
*Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"*
* *[Al-Baqarah (2:31)]
Dia harus mewarisi rahasia itu dari Adam dengan ijin sang Nabi (saw) untuk
membawa mereka kembali terutama mereka yang dia pertanggung jawabkan secara
langsung untuk membimbing mereka meskipun mereka tidak melihat dan
merasakannya. Dia membimbing mereka melalui ruhnya dan membawa mereka maju
ke depan seperti pelari dibagian depan. Itulah kenapa pada Hari Pembalasan
mereka akan berkata, "Oh kami tidak melakukan itu."
Itu datang dari sang *mursyid*. Itulah kenapa kita adalah pelari dibagian
depan meski kita adalah pelari dibagian belakang. Kemudian kau lihat amalmu
menjadi begitu banyak karena kau ada di barisan pertama orang-orang yang
masuk Surga. Namanya adalah *mursyid* dalam bersyukur atas rahmat dan semua
yang Allah swt berikan kepadanya melalui sang Nabi (saw), dia kenakan
kepadamu.
Lalu dia harus mempunyai sebuah pengetahuan malaikat, yaitu *muwakilliin* ,
para penjaga, yang bertanggung jawab atau mereka satu-satunya yang telah
diberikan perlindungan dari Allah swt, pengurus untuk hamba-Nya karena kita
tahu bahwa ada para malaikat yang bertanggung jawab bagi semua orang. Allah
swt sudah menugaskan mereka. Untuk satu gigitan dikatakan kalau pastilah ada
300 malaikat, saat meletakkan makanan dimulutmu Allah swt menugaskan 300
malaikat untuk mengambil dari mulutmu dan diletakkan dalam perut untuk
dicerna, semua vitamin dan mineral diambil tubuh oleh malaikat. Jadi 100
gigitan, 300 malaikat bagi tiap gigitan untuk menyebarkan makanan ke
tubuhmu.
Sang *mursyid* harus tahu dan menghitung malaikat yang kau miliki dan mereka
bisa saja sangat banyak sekarang ini dan sangat banyak di esok hari. Dan *
mursyid* harus tahu nama-nama malaikat itu dan harus tahu juga giliran kerja
mereka, siapa di giliran siang dan siapa di malam hari.
Dan terutama saat *waqt al imsak* yaitu waktu sebelum Fajr kira-kira
setengah jam. Semoga Allah swt merahmati kita dengan jenis *mursyid**
-mursyid* ini dan menjaga mereka selalu bersama kita.
*Mursyid* itu, jenis *irsyad*, kau tahu tali pusar pada anak kecil untuk
mengalirkan makanan. Ada sebuah tali pusar spiritual yang diambil dari sang
Nabi (saw) ke jenis pembimbing ini, mereka selalu *'ala tawaasal* terhubung
ke sang Nabi (saw) mengambil apapun yang mereka butuhkan untuk semua orang
yang ditanggung jawabkan atasnya. Dan itulah kenapa mereka harus mempunyai
kekuatan dari sang Nabi (saw) agar menarik tingkatan para muridnya ke
tingkat dimana mereka berada. Mereka tidak terima kalau murid mereka berada
ditingkat yang lebih rendah dibandingkan dirinya, mereka harus berbagi
tingkat dengan muridnya. Dimanapun mereka berada, mereka ingin pengikutnya
ada disana. Jenis *irsyad* ini mempunyai ijin untuk memberikan para muridnya
*dzikirullah* Allah 5.000 kali sehari dan melakukan shalawat 1.000 kali.
Jika kau melakukan "Allah, Allah" kau akan terhubung. Lebih rendah dari itu
kau masih terhubung namun ada tanda tanya. Yang terendah adalah 5.000 Allah
dan 500 *shalawat* hingga 24.000 Allah dan 5.000 shalawat kepada sang Nabi
(saw). Itu yang harus dilakukan.
Dan dia berkata, "A*wliya* pada tingkat pertama ini mempunyai 17 *maqam*,
aku tidak bisa menyebutkannya karena aku takut bila menyebutkannya mereka
yang lemah akan datang menentang dan menyangkalnya. Jadi, aku tidak
sebutkan."
Kami akan menyebutkannya di satu waktu.
Inilah satu ringkasan dari tingkat pertama *tabarruk*. *Insya-Allah* kami
akan menjelaskan tahapan selanjutnya, tahap penyucian.
Zawiyah Oakland
*Allahuma shalli `ala Sayyidina Muhammad wa ala `Ali Sayyidina Muhammad*
*A`udzu billahi min asy-syaitaan ir-rajiim *
*Bismillahir- Rahmanir- Rahiim *
*Nawaytu'l-arba` iin, nawaytu'l-`itikaaf, nawaytu'l-khalwah,
nawaytu'l-riyaada, nawaytu's-suluuk, nawaytu'l-`uzlah lillahi ta`ala fii
hadzal-masjid*
*Ati` Allah wa ati` ar-rasula wa uli 'l-amri minkum,*
Kini banyak orang berkata bahwa aku mempunyai seorang *mursyid*. Benar atau
tidak? Aku punya seorang *mursyid*, aku punya seorang guru; aku punya
seseorang yang membimbing dan mengajarku dan itulah mengapa mereka dikenal
sebagai bagian dari *pir*. Seorang *pir* adalah seorang *mursyid*, bukan?
Dan banyak *pir* yang bahkan masih anak-anak. Mereka menjadi *pir* karena
orang tua mereka adalah *pir*. Atau orang tua mereka memberi nama *pir*.
Atau mereka menjadi *pir* karena punya gelar PhD dan mereka sedikit belajar
mengenai spiritualitas atau psikologi, mereka mencampur adukkannya dan
orang-orang mulai tertarik karena orang-orang ini tidak mendengarkan orang
lain kecuali mereka. Ketika kau tidak mendengarkan orang lain kecuali satu
orang ini, maka kau berpikir kalau pengetahuannya tinggi namun saat kau
bandingkan dan mendengarkan orang lain, kau bandingkan dan menemukan bahwa
orang lain mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih baik. Karena Allah swt
berfirman* wa fawqa kulli dhi `ilmin 'aliim*.
Aku tidak membicarakan subyek ini untuk mempermalukan siapapun namun aku
berusaha untuk memancarkan cahaya pada apakah seorang
*mursyid* itu. Apakah kualifikasi- kualifikasi *mursyid*? Berdasarkan *
awliyaullah* yang sudah pernah berada di akang tersebut dan tahu
rahasia-rahasianya serta tahu apa yang masuk dan keluar dan mereka tahu tiap
detil karena mengalami pengalaman-pengalam an dalam hidup mereka.
Penjelasan-penjelas an ini diriwayatkan kepada Mawlana Syaikh dan Grandsyaikh
dan grand Grandsyaikh Syaikh Syarafuddin, penjelasan-penjelas an mereka
mengenai tingkat-tingkat berbeda dari *mursyid*.
Seperti pernah aku katakan, hari ini kau temukan sebuah wilayah atau tempat
di barat atau ditimur, banyak orang berkata, kau melihat mereka, mereka
berkata kami punya seorang *mursyid*. Dan dari nama itu mereka menyebutkan
cukup untuk memahami jika orang tersebut adalah seorang *mursyid* sejati
atau bukan. Mungkin saja dia seorang *mursyid* dari apa yang telah dia
pelajari dengan membaca beberapa buku tentang spiritualitas atau psikologi.
Namun kini kita membahas tentang makna sesungguhnya dari *mursyid*.
Sebagaimana telah disusun bahwa ada 4 tingkat berbeda dari *irsyad* dan pada
tiap tingkat ada *pir**-pir** .* Dan dari satu tingkat ke tingkat lain
pengetahuan *pir**-pir* ini berubah. Untuk itu mari kita bahas tingkat
pertama dan dia ada ditingkat dari langkah pertama atau maqam pertama dari
pembimbingan seorang *mursyid*, yang merupakan makna sesungguhnya
pembimbing, seperti yang sudah kami jelaskan disatu waktu mengenai makna
bimbingan. Bimbingan artinya kau mampu mengambil orang ini dari tepi pantai
ini ke tepi pantai lain tanpa menenggelamkan orang tersebut. Seorang
pembimbing ialah jika kau sudah menerima seorang sebagai murid untuk kau
bimbing, kau mempunyai sebuah pertanggung jawaban di hadapan Allah swt jika
kau menyesatkan murid itu dengan berbohong, tidak boleh atau jika kau
memberi ajaran-ajaran yang bukan darimu tapi kau menggabungkan berbagai hal
dan kau mengatakan si murid untuk melakukannya dan kau tidak melakukan apa
yang kau perintahkan.
Jadi bimbingan *mursyid* adalah seorang yang benar-benar mengambilmu yang
jatuh ke dalam jurang dan dia berada di puncak gunung dan dia membentangkan
tanganya dan bahkan jika kau berjarak 100 mil atau meter atau 100 yard
jauhnya, dia membentangkan tangannya dan tangan itu dapat menggapaimu.
Itulah seorang *mursyid*. Artinya dia bisa menjangkaumu dari berbagai
kesulitan.
Mursyid-mursyid ini mempunyai tingkatan berbeda-beda.
Tingkat pertama adalah *mursyid* bersyukur atau *mursyid* berkah*- mursyid
at-tabarruk* , dia yang telah didandani Allah swt dengan sebuah berkah
spesial sehingga kau dapat memperoleh berkah-berkah. Duduk bersama dalam
pertemuan-pertemuan (sohbet)nya, kau akan merasa ketentraman dan kedamaian
yang datang ke hatimu dan kau merasa menjadi cahaya karena kekuatannya.
Jenis *mursyid* ini, sebagaimana dia katakan, *yajib an yakuunu lahu
malakatun fii 'ilm tasbiihaat al-makhluuqaat* .
Tingkat pertama, yaitu tingkat *tabarruk*, berkah-berkah, satu dari
kondisi-kondisi adalah pembimbing itu sudah meraih maqam pemahaman hikmah
dari tiap ciptaan yang telah Allah swt ciptakan, jenis apapun *tasbih* yang
menciptakan makhluk, *al-makhluuqaat* , makhluk-makhluk yang diciptakan,
makhluk atau jin, atau binatang atau bebatuan atau pepohonan atau apapun,
mereka ber-*tasbih* .
Allah swt berfirman dalam Kitab Suci Qur'an,
*Tusabbihu lahus samaawaatus sab'u wal-ardhu wa man fiihinna wa im min
syai-in illaa yusabbihu bi-hamdihi wa laakin laa tafqahuuna tasbiihahum
innahuu kaana haliiman ghafuuraa.*
*Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada
Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi
kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penyantun lagi Maha Pengampun. **[Al-Israa' (17:44)] *
Dia berfirman, "Segala sesuatu, tiap hal terkecil, bahkan sebuah atom atau
sebuah sel, atau seekor cacing atau sebuah pohon, atau sebongkah batu atau
semuanya, mereka memuji Allah swt dan mereka ber-*tasbih* dan
*tasbih*mereka adalah satu jenis, sebanyak kau melakukan
*tasbih*, *tasbih* adalah rahasia hidup. Saat *tasbih* berhenti, kehidupan
berhenti. Saat *tasbih* berhenti, hatimu akan menjadi nol. Selama kau
melihat grafik ini, grafik parabola ini, mereka punya nama,
gelombang-gelombang sin, gelombang-gelombang elektromagnetik, ketika kau
melihat gelombang-gelombang ini, inilah gelombang-gelombang
*tasbih*, yang mempunyai sebuah getaran tertentu yang menyebabkan mereka
bergerak. Artinya mereka mempunyai susunan tertentu. Jika kau mengubah
susunan organ itu, artinya ada sesuatu yang salah disana.
Jadi tiap bagian tubuhmu menciptakan sejenis gelombang yang dapat dibaca
oleh ilmuwan. Bahkan tiap selnya. Ketika sel itu tidak hidup, kau tidak
melihat frekuensinya. Jadi, segala sesuatu yang dihasilkan
gelombang-gelombang elektromagnetik mengindikasikan bahwa organ itu hidup
dan ber-*tasbih* . *Mursyid* harus paham *tasbih* dari tiap manusia dan bukan
manusia dalam setiap saat. *Al-makhluqat jami`yyan natiqan wa ghayru natiqan
*. Dia harus memahami bahasa mereka, itulah tingkat pertama *irsyad*. Ketika
seseorang mengatakan, "Aku punya seorang *mursyid*."
Apakah *mursyid*? *Mursyid* adalah sebuah tugas berat wali, orang yang
shaleh. Seseorang yang melampaui pendeskripsian. Itulah mengapa *awliyaullah
* bersembunyi akhir-akhir ini, tidak mungkin mereka muncul kepada
orang-orang jika tidak seorangpun dapat mengikuti mereka. Mereka dapat
membaca hatimu ketika kau duduk dihadapan mereka. Bagaimana kau duduk
dihadapannya dengan sebuah hati kotor. Bagaimana kau duduk didepan mereka
dengan gosip-gosip dan fitnah, mereka bisa melihat hal itu. Apakah kita
tidak merasa malu?
Jadi, kau butuh duduk dihadapan mereka, artinya kau butuh untuk
mengendalikan hatimu dari jatuh ke tangan-tangan setan pada saat itu.
Seperti kau pergi ke Mekkah, satu dosa dapat berlipat ganda, seperti shalat
yang dilipat gandakan saat kau shalat di Ka'bah yaitu sebanding 100.000 *
raka'at* dan saat shalat di Madinah sebanding 10.000 raka'at.
Di Madinah kau tidak boleh mempunyai niat-niat jelek. Itulah mengapa
sangatlah berat duduk dalam Masjid sang Nabi (saw) dalam hadirat sang Nabi
(saw) dan mempunyai niat-biat buruk atau memfitnah orang. Di tempat normal
kami, jika kau mempunyai sebuah niat buruk tidak dituliskan sebagai sebuah
dosa. Namun jika kau berada disana maka dituliskan sebagai sebuah dosa.
Jadi *mursyid* itu harus mempunyai sebuah *malaka*, bukan otoritas, atau
ahli dalam pengetahuan paham akan tiap suara bagaimana suara datang dari
vokal mana nada itu datang, itulah yang membuatmu sadar kalau *mursyid* tahu
pengetahuan dari tiap huruf dan and *'ilm kull huruuf wa ...*
*Mursyid* harus tahu pengetahuan tiap *huruf** *dari *tasbihat* yang
dilakukan oleh tiap makhluk. Jadi, contohnya kita mendengar bahasa Inggris.
Ucapkan 'a'.
Itu datang dari nada vokal, namun 'a' itu ketika diucapkan, berapa banyak
getaran yang dibuatnya, terdapat sebuah rahasia dalam tiap getaran. *Mursyid
* harus tahu tentang itu.
*Mursyid* harus tahu pengetahuan dari tiap bahasa. Dia butuh tahu apa yang
orang bicarakan meskipun tidak tahu bahasa yang mereka gunakan. Itulah
mengapa sang Nabi (saw) mendorong orang-orang untuk mempelajari bahasa
bangsa lain agar mampu berkomunikasi. Jadi bagaimana bisa seorang
*mursyid*berkomunik asi ketika dia tidak tahu bahasa murid-muridnya.
Dan apa bahasa
muridnya. Ini bukan bahasa Arab dan Urdu dan Inggris. Tidak tiap manusia
mempunyai bahasa tersendiri. Ada sejumlah bahasa yang digunakan manusia yang
sudah diciptakan. Bahasa yang satu berbeda dengan bahasa yang lain, semua
orang mempunyai sistem syaraf berbeda, otak berbeda, sel-sel berbeda,
organ-organ berbeda.
Itulah kenapa saat dalam pengobatan mereka ingin men-transplantasi hati atau
ginjal atau organ lain, tubuh pasien menolaknya. Mengapa? Karena bahasanya
berbeda.
Itulah *mursyid at-tabarruk* . Karena berkah yang akan mencapainya, sang *
mursyid* harus memahami bahasa tubuh dan bahasa jiwa. Apa yang kau kerjakan
dan pikirkan dan apa yang matamu lihat dalam satu hari, apakah yang kau
lakukan dalam sehari, apakah yang jantungmu, hati dan tiap bagian dirimu
lakukan dalam sehari. Bukan hanya harus tahu tiap detil dari bahasa
binatang. Yang hidup dan yang tidak hidup. Seperti yang Grandsyaikh -semoga
Allah merahmati jiwanya- katakan: "Dan dia harus memisahkan do'a semua orang
dari yang lainnya dan dia dapat mendengarmu seperti dia mendengar yang orang
lain dan *tasbih*-mu beda dengan *tasbih* yang lain."
Tubuhmu mungkin menciptakan beberapa jenis *tasbih* yang bisa berbeda dengan
orang lain. Tiap orang harus menyesuaikan dirinya, tiap orang mempunyai *
tasbih* yang sesuai dengan tubuhnya sendiri. Karena *tasbih* berbeda
maka *mursyid
**harus paham tiap **tasbih**.*
*Jadi, apa menurutmu tingkatan **mursyid*. Kini kita dengar, aku punya
today, I *mursyid* ini dan aku punya *mursyid* itu. Jadi, kini kau bisa
menilai, siapakah seorang *mursyid* dan siapakah yang bukan *mursyid*.
Dimana kau dapat menemukan seorang *mursyid*? Mereka permata-permata yang
langka. *Alhamdulillah* Allah swt sudah menghubungkan kita kepada Sultan al-
*Awliya* Mawlana Syaikh Nazim yang membawa kekuatan itu.
Jadi, puji-pujian ini adalah pujian yang diucapkan oleh kaum beriman atau
dari kaum kafir. Karena *wa in min shayin illa...*
Bahkan bila mereka tidak memuji dengan lidah, namun sistem dan tubuh mereka
memuji Allah swt. Ini tidak berarti mereka tidak memuji namun mereka memuji
tanpa diketahui oleh dirinya. Faktanya, mereka menentang keinginannya untuk
memuji Allah swt. Dia bukanlah seorang beriman dan tidak ingin melakukan
puji-pujian itu tetapi tubuhnya harus memuji Allah swt. Jika sebuah kerikil
memuji Allah swt, bagaiman dengan manusia? Itulah kenapa dia berkata
kepadamu bahwa kau tidak bisa mengerti puji-pujian mereka.
Setidaknya orang beriman saat memuji menggunakan mulut, suaranya dapat kau
dengar dan pahami. Kau katakan orang ini memuji dengan lidah dan kami dapat
mendengarnya. Itulah yang tidak dilakukan oleh orang kafir
*Mursyid* harus sanggup mendengar dan mengerti pujian kaum beriman dan kaum
kafir.
Dan saat ini Allah swt mengirimkan rahmat-Nya pada semua orang dan
persediaan bagi semua orang. Seorang *wali* mewakili sang Nabi (saw), dia
harus tahu apa yang dilakukan manusia dan harus tahu apa yang mereka
praktekkan, jika mereka *mu'min *atau bukan* mu'min* dia harus tahu.
Dan dia harus tahu juga memandang semua orang melalui haqiqat yang
sudah Allah swt berikan kepadanya, bukan melalui imajinasi-imajinasi . Kini,
banyak syaikh yang berkata kalau mereka syaikh atau berkata kalau mereka *
mursyid* namun semua yang mereka katakan adalah imajinasi. Mereka berkata
melihat tapi apa yang mereka lakukan adalah imajinasi. Seperti orang-orang
yang melakukan sihir ilmu hitam. Mereka memperlihatkannya di TV, melakukan
sesuatu yang tidak bisa oleh kebanyakkan orang. Allah swt menyebutkannya
dalam Kitab Suci Qur'an *sahara `ayuun an-naas*. Mereka menaruh sihir ilmu
hitam dimata orang-orang karena mereka ingin memelintir penglihatanmu, kini
banyak sekali yang seperti ini dan orang-orang berpikir mereka adalah
khalifah atau *mursyid**,* namun kenyataannya ini merupakan produk dari
imajinasi mereka dan itulah mengapa mereka menyesatkan murid mereka.
Disini beliau -Grandsyaikh- berkata bahwa *mursyid* yang berada di tingkat 1
*irsyad* harus mengamati para pengikutnya denga haqiqat kekuatan kenabian
yang sang Nabi (saw) akan kenakan pada dirinya dan memberikan sedikit cahaya
tersebut, itu yang sang Nabi (saw) akan kenakan dengan sedikit dari cahaya
tersebut, itu dari sang Nabi (saw). Dia akan mampun melihat semua orang dan
mengamati haqiqat dari orang tersebut. Dia tidak melihat padamu sekarang
namun dia melihatmu pada penciptaanmu. Artinya Allah swt sudah menciptakanmu
bersih dan suci. *Mursyid** itu melihat ke itu dan memperhatikan bahwa semua
orang dimuka bumi telah diciptakan bersama haqiqat seorang penyembah sejatu
namun saat datang ke **dunya* dia berubah. Jadi, apa yang mereka lakukan
adalah berusaha membawamu kembali ke haqiqat sejatimu. Jadi itulah mengapa
mereka muncul dalam mimpi-mimpi kepada para pengikutnya. Bahkan mereka
muncul kepada orang-orang yang tidak pernah ditemui sebelumnya atau menjadi
murid-murid mereka. Jadi, Allah swt ingin membawa mereka kembali ke jalan *
istiqamah* dan mengirimkan kekuatan kepada mereka untuk meraih orang-orang
melalui mimpi dan membimbingnya. Dan banyak orang yang sudah dibimbing dalam
mimpi.
Dia berkata, seperti itulah seorang *mursyid*, bukan dengan cara imajinasi,
*khayaal*. Tidak ada ilusi atau imajinasi, mereka melihat yang sesungguhnya
(haqiqat). Itulah mengapa kini kau melihat banyak hal dengan ilusi dan
imajinasi. Kau dapat melihat dari tingkah laku mereka dalam urusan
*dunya*yang banyak mempengaruhi mereka. Mereka tidak benar-benar
berada ditingkat
*irsyad*, mereka masih belum sampai ke sana.
Dan mereka harus melihat, atau memperhatikanmu *bi kull anwa` anni`m*.
Mereka memperhatikanmu dengan semua pertolongan yang Allah swt kirimkan
kepadamu melalui rahmat Allah swt dan melalui apa yang sang Nabi (saw)
bukakan kepada mereka, semua jenis pertolongan.
Dan itulah mengapa kini kau melihat kaum beriman dan kafir berada dijalur
yang sama dari rizqi. Jika Allah swt tidak suka dengan kaum kafir makan
tidak pernah akan ada rizqi yang datang, namun lihatlah mereka, mereka lebih
kaya daripada kaum beriman. Mereka mempunyai banyak uang dan banyak harta
kekayaan. Allah swt tidak membeda-bedakan.
Allah swt berfirman
*Wa qulii **maluu fa-sayara Allahu `amalakum wa rasuuluhuu wal mu'minuuna wa
sa turadduuna ilaa 'aalimil ghaibi wasy-syahaadati fa yunabbi-ukum bi maa
kuntum ta'maluun*
*Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu
diberitakan- Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".* [At- Taubah
(9:105)].
Mereka bekerja untuk *dunya* sehingga Allah swt memberi mereka untuk *dunya*,
kau mencari *Akhirat** *dan kau menerima untuk Akhirat dari Allah swt.
Jadi *mursyid-mursyid awliya* melihat pada mereka dengan mata itu yang tidak
ada perbedaannya berusaha membebaskan dari tangan-tangan setan dan membawa
ke tangan-tangan *Rahman*. Itulah mengapa mereka berusaha membimbing orang
dengan jenis bimbingan ini dari tingkat pertama *irsyad*, mereka harus
memperlihatkan kepada para muridnya mana yang benar dan mana yang salah, apa
yang salah dan apa yang benar. Jika seorang syaikh tidak mendorong untuk
melakukan apa yang benar dan menghindari yang salah, maka *irsyad* itu
bukanlah *irsyad* yang sesungguhnya.
Saat ini kau lihat *mursyid* ini, banyak dari mereka mempertimbangkannya
sebagai *mursyid*, bahkan mereka tidak shalat. Tingkat pertama
*irsyad*adalah sang
*mursyid* harus mengajarkan apa yang *haram** *dan apa yang *halal*, *
ma'muurat* dan *manhiyyaat* . Apa yang diwajibkan kepada kita untuk dilakukan
apa yang dilarang. Mereka harus menjelaskan dan memperlihatkannya. Kini,
tidak seorangpun menjelaskan hal itu.
Dari hal yang terkecil. Apakah orang-orang shalat Fajr? Banyak orang yang
tidak melakukan shalat Fajr. Artinya kekuatan pembimbing harus mencapaimu
untuk mendorong melaksanakan shalat Fajr. Banyak orang berkata, "Kami tidak
bisa shalat Zuhur, kami tidak bisa shalat Ashar, kami sedang bekerja."
Tidak. Itu sebuah kewajiban. Seperti kau bekerja, bekerja adalah kewajiban.
Mana yang datang lebih dulu, bekerja dan kewajiban kepada bosmu atau
kewajiban kepada Allah swt. Kami membuat sebuah pengecualian. Bagaimana kita
membuat pengecualian jika sang *mursyid* tidak melontarkannya, lalu dia
bukanlah seorang *mursyid*. Dia telah meletakkan punggungmu ke jalan
kereta-api. Keretanya keluar dari jalur. Sang *wali* harus mengembalikanmu
lagi. Jadi oke, kau tidak melakukan shalat Zuhur dan Ashar karena sedang
bekerja. Tapi kau bisa shalat dengan duduk. Kau bisa shalat dengan
menggerakkan kepalamu. *Bismillah Allahu Akbar*, ucapkan Fatiha, letakkan
tanganmu seperti itu *subhana rabbi al-`ala wa bihamdihi,* menunduk, tidak
seorangpun dapat memahami apa yang kau lakukan. Aku sedang melakukan
peregangan. Aku sedang meditasi. Setidaknya kau melakukan kewajibanmu.
Sang Nabi (saw) saat pergi dari Mekkah ke Madinah pulang atau pergi,
kadang-kadang beliau shalat sembari menunggang unta. Sebagian besar shalat
sunnah, untuk shalat wajib beliau turun dari punggung unta. Artinya ada
sebuah kesempatan untuk shalat bahkan saat kau sedang menyetir atau duduk
atau sedang dipesawat terbang. Dan dimalam hari kau mengulanginya untuk
memastikan kau tidak meninggalkannya. Atau apa gunanya seorang *mursyid*?
Sang *mursyid* dari tingkat ini harus memberitahumu apa yang salah dan apa
yang benar.
Lalu jika kau pergi ke *mursyid* tingkat 2 dan 3, *irsyad* semakin tingggi.
Banyak hal berubah dan pengetahuan lebih mendalam sehingga nalarmu sudah
tidak bisa menerimanya lagi. Jadi, kami akan pelan-pelan menjelaskannya.
Jadi, itulah tingkat pertama *irsyad* yang harus membimbing kita apa yang
salah dan apa yang benar.
Dan kemudian dia harus memberimu tiap detil dari bermacam-macam pertolongan
-*khayraat*- yang berbeda. Dia harus membukakan kepadamu
*abwaab al-khayraat* . Jadi, melalui do'anya saat kau duduk dalam
pertemuannya
atau membaca Fatiha atau membaca do'a, dia memohon kepada syaikhnya, *
mursyid* sendiri memohon dari sang Nabi (saw) dan sang Nabi (saw) memohon
kepada Allah swt untuk membukakan kepadamu semua pintu *khayr*. Semua pintu
pertolongan, karunia, agar pintu-pintu ini tidak ditutup dan kau merasakan
angin sepoi-sepoi dari pintu-pintu ini agar kau merasa berada dalam
ketentraman dan kedamaian. Itulah salah satu pengaruh rahasia utamanya atau
apa yang harus dia lakukan agar membawa para pengikutnya maju dalam cara
yang sangat sulit, penuh dengan rintangan dalam hidup sebagai seorang
manusia.
Kemudia dia harus memastikan bahwa apapun yang kau lakukan *kaba'ir *dan *
sagha'ir* -dosa-dosa besar dan kecil- dia harus memastikan kau bertaubat
dari dosa-dosa tersebut setiap hari dan jika kau tidak bertaubat, dia akan
bertaubat atas namamu. Dan saat dia bertaubat atas namamu, dia hadir di
hadapan sang Nabi (saw), dan dia bertaubat untukmu dan kemudian sang Nabi
(saw) akan bertaubat untukmu. Itulah rahasia dari ayat:
*Wa maa arsalnaa min rasuulin illaa liyutha'a bi idzni Allahi wa lau annahum
izh zhalamuu anfusahum jaa-uuka fas taghfarullaaha was taghfara lahumur
rasuulu la wajaduu Allaha tawwaabar rahiimaa*
*Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan
seizin Allah. Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang
kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun
untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang.* [An-Nisaa' (4:64)]
Ketika sang *wali* melihat pengikutnya menindas diri mereka sendiri, apa
yang akan dilakukan oleh *mursyid* tingkat pertama? Dia akan mengambil untuk
dipikul olehnya seperti jika dialah satu-satunya pendosa, seakan dia tidak
bisa membimbing muridnya dengan benar dan dia akan melakukan seperti yang
Allah swt perintahkan dalam ayat diatas, dia akan datang ke hadirat sang
Nabi (saw) dan datang kepadamu,Ya Muhammad. Jadi, inilah jenis
*mursyid*yang selama 24 jam harus datang ke hadirat sang Nabi (saw),
dan mereka harus
mempertimbangkan diri mereka sebagai pendosa. Seperti seorang jenderal dalam
militer, dia harus bertanggung jawab atas para tentara bawahannya. Dan
itulah mengapa dia disalahkan atas kesalahan-kesalahan .
Jadi itulah mengapa Grandsyaikh berkali-hkali berkata, "Jangan membuatku
malu dihadirat sang Nabi (saw). Jangan permalukan aku di hadirat sang Nabi
(saw)." Jadi apa yang mereka lakukan? Mereka datang penuh dengan
kesalahan-kesalahan pengikutnya dan mereka mohon ampun kepada Allah swt dan
bertaubat karena dosa-dosa ini sudah ada dibahu mereka dan mereka menyucikan
murid-muridnya dan mereka tidak berkata muridmu melakukan perbuatan dosan
namun berkata kami melakukan dosa, kami tidak mampu melatih dan
mengendalikan murid-murid kami.
Jadi, *awliya* yang bersyukur ini semuanya pergi ke hadirat sang Nabi (saw)
tiap malam bertaubat atas nama semua orang dan kemudian giliran sang Nabi
(saw) bertaubat dan lalu Allah swt akan menerima taubat mereka. Jadi itulah
apa yang *mursyid* harus lakukan selama 24 jam untuk menaik dia ke tingkat
kedua yang nanti akan kami bicarakan.
Jadi kami berkata, dia bertanggung jawab untuk semua *tasbih* dari makhluk
kemudia dia juga harus mempunyai pengetahuan nama-nama yang Allah swt sudah
ajarkan,
*Wa 'allama aadamal asmaa-a kullahaa tsumma 'aradhahum 'alal malaa-ikati fa
qaala ambi-uunii bi asma-i haa-ulaa-i in kuntum shaadiqiin*
*Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"*
* *[Al-Baqarah (2:31)]
Dia harus mewarisi rahasia itu dari Adam dengan ijin sang Nabi (saw) untuk
membawa mereka kembali terutama mereka yang dia pertanggung jawabkan secara
langsung untuk membimbing mereka meskipun mereka tidak melihat dan
merasakannya. Dia membimbing mereka melalui ruhnya dan membawa mereka maju
ke depan seperti pelari dibagian depan. Itulah kenapa pada Hari Pembalasan
mereka akan berkata, "Oh kami tidak melakukan itu."
Itu datang dari sang *mursyid*. Itulah kenapa kita adalah pelari dibagian
depan meski kita adalah pelari dibagian belakang. Kemudian kau lihat amalmu
menjadi begitu banyak karena kau ada di barisan pertama orang-orang yang
masuk Surga. Namanya adalah *mursyid* dalam bersyukur atas rahmat dan semua
yang Allah swt berikan kepadanya melalui sang Nabi (saw), dia kenakan
kepadamu.
Lalu dia harus mempunyai sebuah pengetahuan malaikat, yaitu *muwakilliin* ,
para penjaga, yang bertanggung jawab atau mereka satu-satunya yang telah
diberikan perlindungan dari Allah swt, pengurus untuk hamba-Nya karena kita
tahu bahwa ada para malaikat yang bertanggung jawab bagi semua orang. Allah
swt sudah menugaskan mereka. Untuk satu gigitan dikatakan kalau pastilah ada
300 malaikat, saat meletakkan makanan dimulutmu Allah swt menugaskan 300
malaikat untuk mengambil dari mulutmu dan diletakkan dalam perut untuk
dicerna, semua vitamin dan mineral diambil tubuh oleh malaikat. Jadi 100
gigitan, 300 malaikat bagi tiap gigitan untuk menyebarkan makanan ke
tubuhmu.
Sang *mursyid* harus tahu dan menghitung malaikat yang kau miliki dan mereka
bisa saja sangat banyak sekarang ini dan sangat banyak di esok hari. Dan *
mursyid* harus tahu nama-nama malaikat itu dan harus tahu juga giliran kerja
mereka, siapa di giliran siang dan siapa di malam hari.
Dan terutama saat *waqt al imsak* yaitu waktu sebelum Fajr kira-kira
setengah jam. Semoga Allah swt merahmati kita dengan jenis *mursyid**
-mursyid* ini dan menjaga mereka selalu bersama kita.
*Mursyid* itu, jenis *irsyad*, kau tahu tali pusar pada anak kecil untuk
mengalirkan makanan. Ada sebuah tali pusar spiritual yang diambil dari sang
Nabi (saw) ke jenis pembimbing ini, mereka selalu *'ala tawaasal* terhubung
ke sang Nabi (saw) mengambil apapun yang mereka butuhkan untuk semua orang
yang ditanggung jawabkan atasnya. Dan itulah kenapa mereka harus mempunyai
kekuatan dari sang Nabi (saw) agar menarik tingkatan para muridnya ke
tingkat dimana mereka berada. Mereka tidak terima kalau murid mereka berada
ditingkat yang lebih rendah dibandingkan dirinya, mereka harus berbagi
tingkat dengan muridnya. Dimanapun mereka berada, mereka ingin pengikutnya
ada disana. Jenis *irsyad* ini mempunyai ijin untuk memberikan para muridnya
*dzikirullah* Allah 5.000 kali sehari dan melakukan shalawat 1.000 kali.
Jika kau melakukan "Allah, Allah" kau akan terhubung. Lebih rendah dari itu
kau masih terhubung namun ada tanda tanya. Yang terendah adalah 5.000 Allah
dan 500 *shalawat* hingga 24.000 Allah dan 5.000 shalawat kepada sang Nabi
(saw). Itu yang harus dilakukan.
Dan dia berkata, "A*wliya* pada tingkat pertama ini mempunyai 17 *maqam*,
aku tidak bisa menyebutkannya karena aku takut bila menyebutkannya mereka
yang lemah akan datang menentang dan menyangkalnya. Jadi, aku tidak
sebutkan."
Kami akan menyebutkannya di satu waktu.
Inilah satu ringkasan dari tingkat pertama *tabarruk*. *Insya-Allah* kami
akan menjelaskan tahapan selanjutnya, tahap penyucian.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment