Saturday, April 26, 2008
Terhalangnya jiwa karena syahwat
"Tidak menutup kemungkinan hati terhenti pada cahaya, sebagaimana
> terhalangnya jiwa karena gelapnya benda-benda makhluk (syahwat)"
>
> Segala sesuatu yang kita rasakan, yang kita lihat maupun peristiwa yang
> kita alami merupakan tabir, sehingga engkau menjadi tikda bisa melihat
> Allah. Atau pemahaman kita salah dalam menempuh jalan ma'rifat.
>
> Kesalahan itu misalnya, kita telah beristiqamah menempuh jalan ma'rifat,
> namun tujuan kita dibelokkan oleh keinginan-keinginan lain, bukan merapat
> kepada-Nya. Tujuan yang dibelokkan oleh hawa nafsu, berupa keinginan sebagai
> orang khowas (khusus, spesial), orang istimewa dibandingkan manusia awam.
> Penyebabnya karena hatimu terpengaruh dengan cerita-cerita bohong yang
> dibesar-besarkan.
>
> Sering kita mendengar, seseorang menempuh jalan ma'rifat, kemudian manusia
> memberi gelar wali. Ia dihormati dan disegani lantaran ilmunya yang tinggi
> dan istimewa. Setiap umat yang berjumpa dengannya selalu mencium tangan,
> menunduk-nunduk dan bersikap sangat sopan. Disiarkan kabar bahwa sang wali
> tersebut mampu shalat di atas air, berjalan di awan, pergi ke Makkah dalam
> sekejap dan bisa berbicara dengan arwah-arwah Nabi.
>
> Inikah tujuan dalam menempuh ma'rifat????
>
> Jika tujuannya hanya demikian, maka betapa memalukan. Dan kita akan
> terhalang oleh nuranimu sendiri, tujuan berma'rifat hanyalah ingin
> mendapatkan ilmu yang aneh-aneh dan gaib yang membuat orang-orang awam
> berdecak kagum.
>
> Orang yang menempuh jalan ma'rifat haruslah mempunyai tujuan agar bisa
> dekat dengan Allah. Tentu saja harus beristiqamah dalam beribadah. Ibadah
> yang dilakukan juga tidak macam-macam, tidak ditambah dan tidak dikurangi,
> tetapi tetap pada jalur ajaran Rasulullah dalam sunnahnya dan perintah Allah
> dalam Firman-Nya.
>
> terhalangnya jiwa karena gelapnya benda-benda makhluk (syahwat)"
>
> Segala sesuatu yang kita rasakan, yang kita lihat maupun peristiwa yang
> kita alami merupakan tabir, sehingga engkau menjadi tikda bisa melihat
> Allah. Atau pemahaman kita salah dalam menempuh jalan ma'rifat.
>
> Kesalahan itu misalnya, kita telah beristiqamah menempuh jalan ma'rifat,
> namun tujuan kita dibelokkan oleh keinginan-keinginan lain, bukan merapat
> kepada-Nya. Tujuan yang dibelokkan oleh hawa nafsu, berupa keinginan sebagai
> orang khowas (khusus, spesial), orang istimewa dibandingkan manusia awam.
> Penyebabnya karena hatimu terpengaruh dengan cerita-cerita bohong yang
> dibesar-besarkan.
>
> Sering kita mendengar, seseorang menempuh jalan ma'rifat, kemudian manusia
> memberi gelar wali. Ia dihormati dan disegani lantaran ilmunya yang tinggi
> dan istimewa. Setiap umat yang berjumpa dengannya selalu mencium tangan,
> menunduk-nunduk dan bersikap sangat sopan. Disiarkan kabar bahwa sang wali
> tersebut mampu shalat di atas air, berjalan di awan, pergi ke Makkah dalam
> sekejap dan bisa berbicara dengan arwah-arwah Nabi.
>
> Inikah tujuan dalam menempuh ma'rifat????
>
> Jika tujuannya hanya demikian, maka betapa memalukan. Dan kita akan
> terhalang oleh nuranimu sendiri, tujuan berma'rifat hanyalah ingin
> mendapatkan ilmu yang aneh-aneh dan gaib yang membuat orang-orang awam
> berdecak kagum.
>
> Orang yang menempuh jalan ma'rifat haruslah mempunyai tujuan agar bisa
> dekat dengan Allah. Tentu saja harus beristiqamah dalam beribadah. Ibadah
> yang dilakukan juga tidak macam-macam, tidak ditambah dan tidak dikurangi,
> tetapi tetap pada jalur ajaran Rasulullah dalam sunnahnya dan perintah Allah
> dalam Firman-Nya.
>
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment