Followers

Sunday, April 27, 2008

Tidak Ada Istirahat Dalam Agama ( Mawlana Syaikh Hisham Kabbani )

Ya Allah, Engkaulah Sultan,

Engkaulah Raja bagi seluruh raja

Hanya Engkaulah yang nyata dimanapun dan kapanpun

Engkaulah Yang memberi kami kehidupan

Engkaulah Yang menganugerahi kami kehormatan

untuk menjadi hamba-hamba-Mu

Setinggi apapun kehidupan kami,

sebanyak apapun pengetahuan kami,

kami tetap hamba-hamba-Mu,

tidak pernah lebih dari itu

Satu-satunya Yang mampu menjadi Pencipta

hanyalah Engkau, ya Allah.


Aku sedang berusaha mengikuti jalan Nabi, sayyidina Muhammad saw, sebagaimana kalian juga sedang mengusahakannya. Jalan itu penuh dengan kesulitan, beban berat dan badai kehidupan. Karena ketika kita akan memetik bunga mawar, kadang tangan kita terluka. Nabi-pun bersabda : “La rahata fi-d-din.” Tidak ada istirahat dalam agama. Kalian harus selalu maju dan berkembang. Ketika mencapai suatu tempat atau maqam, kalian tidak boleh mengatakan :” Aku telah sampai.” kemudian berhenti dan tidak berlatih lagi.

Mengapa kita hidup di dunia ini? Mengapa Tuhan menciptakan kita? Apa alasannya? Untuk membayar tagihan telepon, membayar tagihan mobil, atau membayar hutangkah ? Di negara ini kalian berlari mengejar dan terus mengejar sampai kalian mati dan tidak mampu membayar hipotek. Dan nantinya bank akan mengambil alih dan menendang kalian keluar dari rumah. Tidak ada seorangpun yang ingat kalau kita disini bukan hanya untuk kebutuhan harian kita, tapi juga kebutuhan harian akan Allah. Sebagaimana kita melakukan apa yang membuat kita bahagia, kita harus melakukan apa yang membuat Allah bahagia.

Kalian harus menjaga keseimbangan keduanya, sebagaimana sabda Nabi : Khayru-l-umuri awasituha, cara yang terbaik adalah seimbang / cukup.

Jangan terlalu ekstrim di satu sisi, sehingga membuat orang berlari menjauh karena keyakinan dan kepercayaanmu. Namun juga jangan terlalu lengah di sisi lain, meninggalkan segala kewajiban sambil mengatakan : “ Aku mencintai Tuhan, aku pasti masuk surga.” Itu tidak dibenarkan. Raihlah keseimbangan dalam segala hal.

Jika kalian percaya akan kehidupan akhirat, alhamdulillah, itu hal yang baik. Namun jika kalian tidak mempercayainya, ingatlah bahwa kalian tidak akan membawa apapun dari dunia ini menuju akhirat. Kalian akan ke sana dengan tangan kosong. Alexander Agung pernah berkata pada para menterinya, “ Saat meninggal nanti, aku ingin ingin dikubur dengan kedua tanganku berada di luar peti mati. “ Hal ini sebagai pesan pada umat manusia - hai kalian manusia, aku pernah menjadi raja terbesar di bumi ini, aku tinggalkan dunia ini dengan tangan kosong. Aku tidak membawa apapun.-

Janganlah kalian terkecoh oleh kehidupan ini. Berlarian siang dan malam mengejar dunia dan sama sekali tidak ingat akan kehidupan ke-2, karena masa itu akan segera tiba, tak seorangpun mampu menghindarinya. Semuanya akan mati, dan hari itu pasti akan datang. Jika kalian berbuat baik di dunia ini, kalian akan bahagia menyambut hari kematian itu. Namun jika kalian berkelakuan buruk di dunia ini, kalian akan merasa depresi menghadapi hari itu.

Nabi amat takut akan hari itu. Para Awliya takut akan hari itu. Orang-orang yang baik dan alim juga amat takut akan hari itu. Sebagaimana Rabi’a al-Adawiyya pernah mengatakan : “ Jika kalian tidak mampu menjawab bagaimana keadaan kita ketika malaikat Munkar dan Nakir menanyai kita di alam kubur, dan bagaimana malaikat maut akan mencabut nyawa kita, dengan kepedihan atau dengan kasih sayang ? maka duduklah kalian selamanya dipojok kamar, beribadahlah pada Tuhan sampai kalian mencapai maqam yang membuat hati kalian tenang. “

Tidak ada waktu yang terbuang dalam hidup ini. Dia terus berjalan meninggalkan kita. Tidak adapun yang perlu dibawa ke akhirat kecuali amal dan perbuatan baik kita. Berusahalah selalu agar terus dijalan Allah, jalan yang benar. Dengarkan sisi positif ego dan bukan sisi yang buruk, karena hal itu akan mengecoh kita, memperdaya kita agar berada di jalan setan.

Tidak cukup hanya duduk sambil mengatakan : “ Kami hanya ingin memikirkan Allah.”

Kalian tidak bisa “hanya memikirkan” tentang anak kalian, namun kalian harus membesarkan mereka, menolong mereka, melakukan sesuatu bagi mereka. Kalian tidak bisa mengatakan,” Biarkan mereka tumbuh dengan sendirinya.” Ayah dan ibu wajib menyayangi dan memelihara begitu anaknya lahir. Perbuatan ini lebih dari sekedar kerja sukarela. Sang ibu tidak bisa meninggalkan anaknya, karena bayi itu adalah bagian dari dirinya. Walaupun anak itu menimbulkan kesusahan bagi orang tuanya, mengganggu tidur malamnya, bagaimanapun juga mereka harus menjaga mereka.

Sayangi diri kalian sendiri. Kalian harus tahu bagaimana mengoreksi diri sendiri karena bukan orang lain yang harus bertanggung jawab pada kalian, namun kalian sendiri. Kalian harus mampu meraih apa yang Allah janjikan bagi kebahagiaan kalian. Allah telah mengirim pembimbing, utusan-utusan untuk menunjukan kalian jalan-Nya, dan Allah telah menginspirasi hati-hati kalian agar menuju para awliya-Nya. Seperti hadist Nabi :

La yu’minu ahadukum hatta yakunu huwahu tabqan lima ji’ tu bihi, tidak seorangpun dianggap sebagai orang beriman sampai keinginannya sejalan dengan keinginanku. Cintailah apa yang dicintai Nabi, bencilah apa yang dibenci beliau. Jangan menyukai apa yang beliau benci dan sebaliknya membenci apa yang beliau cintai.

Dan janganlah kalian menerima siapapun yang melawan para Awliya. Lindungi diri kalian sendiri dan katakan dalam hati : “ Kami harus melawan musuh-musuh para Awliya Allah.” - “ Ala anna awliya’a-l- Lahi la khawfun alayhim wa la hum yahzanun.”

Para awliya Allah tidak takut pada apapun yang menyerang mereka.

Kita semua, para Naqsybandi harus tunduk dan menerima keputusan bahwa setiap dari kita adalah Syaikh Nazim – yaitu dengan mengibarkan bendera beliau, cahaya beliau di luar dan didalam hati, di rumah, di jalan, di masjid dan dimanapun. Janganlah duduk malas sambil mengatakan : “ Kami sedang berdzikir, siapapun yang mau, biarkan mereka datang.” Lihatlah orang-orang Tabligh, penganut kesaksian Yehovah, atau berbagai kelompok yang pergi dari satu pintu ke pintu lain. Jadi mengapa kalian hanya duduk bermalas-malasan ?

Persiapkan diri kalian akan “hari itu”, misalnya dengan mengirimkan dan menyebarkan pesan moral Mawlana Syaikh Nazim kemanapun, dari hati ke hati, dari teman ke teman lain, dari sekolah ke sekolah lain, melalui publikasi, dari mulut ke mulut. Metode seperti itu digunakan apabila tidak ada rahasia. Namun jika kalian membawa rahasia syaikh, ada daya tarik. Masyarakat akan datang tanpa butuh usaha dan persiapan selama 6 bulan sebelumnya untuk mengatur acara-acara. Dengan para Awliya, kalian tidak perlu mempersiapkan seminar-seminar. Orang akan berbondong-bondong datang karena ada rahasia dibalik daya tarik beliau.

Namun jika kalian tidak memilikinya, lakukanlah dengan cara yang umum digunakan. Mari kita berkeliling dan menggunakan kertas-kertas serta mengaturnya. Mari kita melakukan apa yang mampu kita lakukan, dan jangan hanya duduk diam. Kita harus membawa tanggung jawab itu.

“Siapapun yang menyebarkan ajaran Naqsybandi akan mendapatkan imbalan dari para Siddiqin.”

Semoga Allah menerima niat kita dan mengampuni kita semua.

Wa min Allah at-tawfiq bi hurmat al-Fatiha.

No comments: