Followers

Sunday, April 27, 2008

Mengapa 'Jalan' Naqsybandi Berbeda dengan 'Jalan' Sufi Lainnya?

Kalian mungkin bertanya-tanya, apakah yang membedakan Jalan Naqshabandi dengan jalan Sufi lainnya, bukankah semua jalan itu menuju kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tuhan yang sama?.

Kebanyakan Jalan Sufi menawarkan kepada pencari/aspirant suatu pembukaan dari mata hati secara bertahap. Dicapai melalui zikir, mengingat kepada Allah. Praktek spiritual ini mengandung berbagai Asma Allah Yang maha Suci dan formula2 yang mustajab lainnya. Sebagian dari praktek itu dirancang untuk menghapus kesadaran yang rendah, dan mendorong si pencari kepada keadaan kesadaran yang lebih tinggi. Latihan itu bisa berbentuk pengulangan ungkapan2 Suci sampai ribuan kali., kadang2 dikaitkan dengan latihan pernapasan, termasuk gerakan2 raga. Tidak diragukan, bahwa melalui latihan yang terus menerus dan tekun, melalui cara ini si pencari akan mengalami keadaan spiritual pada stasion yang tidak terbayangkan ketika dia berada dalam keadaan biasa. Dia bisa merasa seolah2 sedang terbang kearah tujuan surgawi, bisa melihat keanehan dan keajaiban yang tersembunyi dari sisi penciptaan.

Apabila mata anda sudah pernah menyaksikan hal2 tersebut, serta anda menyenangi kemampuan memandang alam yang begitu luas, maka hati2lah apabila kalian ingin mencoba mengikuti jalan Naqshabandi. Kemampuan “terbang” anda akan dipotong sayapnya, dan akan diganti dengan jubah yang amat sederhana, jubah dari orang yang tidak terkenal, bahkan tidak dikenal!!!.
Karena perbedaan utama dari Jalan Naqshabandi dengan Jalan lain ialah bahwa apabila di jalan lain mereka memberi, sedang Naqshabandi mengambilnya. Semuanya harus dibuang, termasuk keberadaanmu.

Pertama2 kalian akan tidak mempunyai apa2. Kemudian kalian akan menjadi bukan apa2.
Hanya mereka yang siap untuk menempuh langkah2 ini, yang akan berhasil menjadi Murid Naqshabandi.

Grand Sheikh kita, menerangkan bahwa, setetes yang jatuh dari Surga saja yang boleh dinamakan setetes. Namun apabila tetesan itu jatuh ke Samudra, tetesan itu bukan lagi setetes, tetapi menjadi Samudra.

Maka apabila kalian tertarik untuk mencapai tingkatan2 spiritual tertentu dan memiliki kekuatan, ini akan dapat dicapai melalui salah satu dari 40 Jalan Sufi, karena inilah jalan yang paling manjur. Melalui lantunan nama2 Allah yang Indah, semuanya dapat menerima keinginannya secara berlimpah.
Namun akhirnya apabila dia betul seorang pencari yang murni, dia akan menyesal karena keinginannya mengejar tingkatan dan stasion. Dia akan menyadari bahwa dirinya telah menjadi korban godaan; dan dia akan meratap: “ Wahai Tuhan ku, saya sudah me nyia2kan diri saya, dengan mengejar sesuatu,dan bukan mendekati Mu”

Ya, betul, kalau seorang pencari mengakhiri hidupnya dalam keadaan seperti itu, dia akan menyesali dirinya kenapa tergoda dari tujuan kehadirat Yang Maha Suci. Itulah sebabnya para Sheikh Naqshabandi telah diperintahkan untuk melucuti murid2 kami dari hiasan2 spiritualnya, sehingga mereka cukup pantas untuk dihadapkan kepada Tuhan mereka sebagai mana mustinya. “ Inilah hamba Mu yang bukan siapa2 dan bukan apa2. Wahai Tuhan kami, terimalah hamba Mu, karena dia sudah tidak mengenali dirinya sendiri, dan hanya menghamba pada Mu”. Ini adalah puncak tujuan kami. Dan membantu murid2 kami mencapai keadaan tersebut menjadi kewajiban kami.

Kalian harus menyadari bahwa pengalaman yang aneh dan mengasyikkan itu, pengalaman melihat hal2 yang menakjubkan dan pemandangan indah2 dalam “perjalanan”mu, bukanlah tujuan!!!.
Jangan pernah bayangkan bahwa keberadaan kalian hanya untuk piknik hari Minggu, melihat2 pemandangan alam, bukan!, ini adalah jalan ”tinggi”, jalan “langsung”, dan kita pusatkan tujuan kita dalam pikiran, seperti halnya seorang pendaki gunung yang sedang mendaki puncak Everest. Ketertarikan kita kepada Yang Sangat Dicintai, seperti halnya laron mengejar api, kita melemparkan diri kita kedalamnya.

Baginda Nabi Muhammad, semoga kedamaian selalu menyertai beliau, adalah Pembimbing kita, dan kita mencontoh kepada Perjalanan Malam, dimana beliau di bimbing oleh Malaikat Jibril, dari Mekah ke Jerusalem, kemudian naik melewati 7 Surga sampai ke hadirat Yang Maha Suci, beliau melewati seluruh semesta alam. Allah Yang Maha Kuasa memberi tahu kita melalui al-Qur’an bahwa pandangan Baginda Nabi tidak pernah tergeserkan; “ Tidak tergeserkan dan tidak tergoyangkan”.
Dengan kata lain, beliau melihat dan memandang, namun semuanya tidak sedikitpun menggeserkan perhatian beliau dalam perjalanan menuju kehadirat Yang Maha Suci.

Baginda Nabi (sal), mampu untuk melihat panorama itu tanpa mengganggu perhatiannya, karena hati beliau hanya tertuju kepada Allah dan beliau adalah Kekasih Allah. Tetapi bagi kita ini, yang rentan dan lemah, kurang teguh kemauan, kekuatan dan tingkatan spiritual akan merayu ego kita. Sedangkan peleburan diri tidak akan pernah dilirik ego kita.

Oleh karena itu, agar kalian mendapat perlindungan maksimum dalam per “lanan”-an , Grand Shaykh saya (Sh Nazim), memberitahukan bahwa para Mahaguru Naqshabandi, mengambil pendekatan yang betul2 berbeda dalam menyingkap “mata”-hati kita.
Ada demikian banyak tabir antara hati kita dengan tempat2 surgawi. Mahaguru Naqshabandi menyibak tabir2 itu dalam urutan menurun; dimulai dari tabir yang terdekat dengan Hadirat Yang Maha Suci; dan kemudian secara berurutan menurun ke arah tingkatan si murid, sampai akhirnya tinggal satu tabir yang menghalangi “pandangan” murid atas “renungan” terhadap Kebenaran Yang Maha Suci.






Namun, untuk melindungi si murid, Grandsheikh tidak menyibak tabir itu, untuk mencegah ego si murid terpesona dengan sesuatu yang bukan Tuhan-nya.
Tabir yang paling rendah ialah Tabir Kemanusiaan ( Hijab ul-Bashariyya), dan hanya akan disingkapkan akhirnya pada napas2 terakhir, sebelum kematian.; pada saat mana si murid akan memahami kebijakan yang tetap menutupi dirinya dengan tabir, pada saat “pandangannya” mencapai taraf tidak terhalangi dan tidak surut, dari Surga tertinggi.

Sedangkan pada Tarekat2 lain, tabir3 itu disingkap dimulai dari dasar. Setiap tabir yang tersingkap melalui latihan2 yang mistis, akan menghasilkan si murid mampu memandangi panorama yang belum pernah dilihatnya. Keindahan panorama itu dapat memikat perhatian si murid, dan membelenggunya dari kemajuan. Dan pada saat kematiannya, dia meninggalkan dunia ini pada tingkatan stasion yang mempesonanya tadi. Murid2 yang mampu mencapai tingkatan itu tadi, selama hidupnya akan mendapati dirinya memiliki kekuatan yang luar biasa dan menjadi orang yang terkenal.

Itulah bahaya yang saya maksud, karena kekuatan dan kemashuran merupakan lambang keberhasilan dalam kehidupan dunia. Tak akan bisa dipungkiri bahwa ego kita akan mengabaikan kenikmatan itu, dan akan menuntut untuk dia/ego juga mengenyam kenikmatan tersebut, serta puji2an dari masarakat luas. Ini pada akhirnya akan mencederai proses perjalanan spiritual kita.
.
Nasehat yang dapat saya berikan, hanyalah tinggalkan ke-mashur-an, bagi yang sedang mengejarnya. Dan apabila kamu adalah penganut Sufi, carilah Tuhan-mu, dan bukan mencari kemashuran.
Lihatlah, Wanita Suci yang paling terkenal, Mariam, pernah suatu kali berdo’a: “Sesungguhnya saya ingin tidak bernama dan tidak dikenal” Dia telah mengajari umat manusia untuk mengejar ketidak-dikenali dalam pandangan masarakat dan dunia, dan jangan menginginkan ketenaran. Dambaan untuk memperoleh kekuasaan dan kemashuran merupakan beban yang paling berat bagi seseorang untuk memikulnya. Saya tidak menganjurkan seseorang untuk kemashuran; upayakan untuk dilupakan orang dengan berada di dalam Samudra Persatuan dari Allah Yang Maha Kuasa.

No comments: