Sunday, April 27, 2008
Siapakah Muhammad Salallahu Alayhi Wasalam?*
*Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani ar-Rabbani qs*
Sabtu Tanggal 3 Maret 2008, London-UK
Minhaj ul-Qur'an, London
Moderator:
Sang Nabi Suci -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- memerintahkan kaum Anshar,
"*Quumuu li-sayyidikum* - Wahai kaum Anshar, pergi dan berdirilah dan
terimalah pemimpinmu." Kini aku akan memanggil Tanda Allah *ayatun min
ayatollah* dialah lagu Allah. Beliaulah sebuah simbol Allah. Dan ini
dikatakan dalam hadits ketika kau melihat sahabat-sahabat Alla, maka kau
mengingat? [Allah!], kau ingat? [Allah] Mohon berdiri untuk menghormati
syaikh dan mengingat beliau dalam mengingat Allah. Allah, Allah...Allah, *Naray
takbir* [Allahu Akbar!!!] *Naray Risalah* [Ya Rasulullah!! !] *Naray
Haydari*[Ya Ali!!!]
Aku minta maaf, aku bukanlah orang yang dimaksud. Mohon maafkanlah aku dan
mohon berdo'alah bagi syuyukh kita agar Allah swt memberikan mereka umur
yang panjang. Aku ingin berterima kasih kepada Minhaj ul-Qur'an dan terutama
mengirimkan salam hangatku atas namaku dan atas nama Syaikhku Mawlana Syaikh
Nazim al-Haqqani kepada Mawlana Syaikh Tahir ul-Qadri Syaikh al-Islam untuk
peristiwa indah ini bukan hanya ditempat ini namun
dimana-mana dipelosok dunia. Dan aku juga ingin mengatakan bahwa kita
mempunyai tamu-tamu sangat penting dalam pertemuan, yang kita kirimkan semua
salam hormat kita kepada mereka dari para pembicara dan dari para hadirin.
Dan kepada semua orang, semoga Allah swt merahmati beliau (laki-laki) dan
beliau (perempuan) beserta keluarganya.
Cukup mengucapkan "berbahagialah" . [Mawlana menangis] Berbahagialah karena
Allah swt telah menjadikan kita dari ummat Sayyidina Muhammad-*sall- Allahu
'alayhi wa sallam*-. Berbahagialah karena Allah swt telah menciptakan kita
dan Dia memanggil kita para hamba-Ku, dimana Rasul-Nya, kekasih-Nya pernah
berujar, "Hanya satu kali aku merasa bahagia ketika Allah memanggilku
'hamba-Ku'. Jika Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-
bahagia dipanggil 'hamba'. Bagaimana dengan kita? Oh Allah swt, kami
memanggil-Mu dari tempat ini, demi kepentingan Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*- yang telah Kau utus sebagai *rahmatan lil-`alamiin* ,
ampunilah kami. Ampunilah kaum yang malang sebelum dan sesudah kami.
Kirimkan semua orang ke Surga karena mereka semua adalah para hamba-Mu. Kau
sudah menciptakan kami dan kami mengetahui akan hal itu, ya Allah. Aku tahu
kami bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan kami namun kami hamba yang
tak berdaya dan lemah, kami tidak bisa melakukan itu. …kami memohon
ampunan-Mu.
*Alhamdulillah *ini adalah hari pertama di bulan Rabi`ul-Awwal dan kita
memperingati peristiwa itu. Apakah makna dari peristiwa itu? Aku mencari
tahu dan berpikir serta bertanya-tanya mengapa kita mengadakan pertemuan?
Apakah alasannya? Apakah untuk memanggil Sayyidina Muhammad* sall-Allahu
'alayhi wa sallam* dan merayakan hari kelahiran beliau? Itukah pesan kami
atau itukah kecintaan kami? Sebagaimana Syaikh Abu Bakr berkata, "Mudah
sekali diucapkan oleh lidah." Mudah mengatakan kalau Allah swt menaruh
nama-Nya bersama nama Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-.
Ketika kau hadir ke suatu even, katakanlah di istana, kau sudah diundang
datang ke istana atau diundang sebelumnya untuk bertemu dengan presiden. Kau
tidak bisa duduk sembarangan. Ada sebuah protokol dimana tempatmu dan namamu
sudah dicantumkan disana. Jika namamu tidak ada, maka kau tidak berhak untuk
duduk. Artinya kursi itu bukan tempatmu. Jika namamu ada disana artinya
itulah tempat kau duduk.
Jadi, jika kita pikir sedikit mendalam dan kita perhatikan bahwa nama
Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- berada disamping nama
Allah swt, dimana kalau diucapkan* la ilaha ila-Allah Muhammadun Rasulullah*,
tempat itu milik Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-. Kita
tidak melihat nama lain ditemukan disana kecuali nama Sayyidina
Muhammad -*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*-. Jadi, kita tahu bahwa Allah swt memberikan haqiqat itu
kepada kekasih-Nya yang sudah Dia ciptakan sebelum penciptaan yang lainnya.
Siapakah yang Dia ciptakan dari cahaya-Nya dan siapakah yang Dia jadikan
seorang nabi sebelum Adam dan apakah panggilan yang diberikan padanya? Apa
panggilan beliau dalam Kitab Suci Qur'an? Dan kita semua mengetahuinya. Dia
memanggil beliau *rahmatan lil-`alamiin* . Apakah arti dari *rahmatan
lil-`alamiin* ?
Saat kau menjadi orang yang dermawan: seorang tuan besar atau anggota
kongres atau seorang raja, atau seorang ratu, saat kau minta mereka
melakukan sesuatu maka mereka dengan murah hati memberimu segala sesuatu
yang mereka bisa kepadamu. Jadi kemurahan hati, *Allah Huwa al-Karim*,
kemurahan hati/kedermawanan adalah ketika Allah swt menghendaki untuk
memberi dan Dia tidak akan memberi batasan atas pemberian-Nya. Ketika Dia
memberikan Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- sebagai
rahmat, satu dari Nama-nama Indah-Nya (*Asmaul Husna)* *ar-Rahman ar-Rahim*,
Dia sudah mendandani beliau dari rahmat itu yang sudah Allah swt berikan
kepada beliau melalui *tajalli* sebagai hamba-Nya. Dia telah menjadikan
beliau rahmat, Nama-nama Indah (*Asmaul Husna*) itu, sudah memberi beliau
rahmat.
Itu artinya Dia telah menjadikan beliau segala sesuatu yang mungkin sesuai
dengan Kebesaran Allah swt. Bukan sesuai dengan kebesaran manusia. Seorang
raja mungkin memberi, seorang ratu mungkin memberi; seorang tuan besar
mungkin memberi; pemberian mereka sesuai dengan tingkat kedermawanan mereka.
Tetapi mereka tidak memberikan apa yang Allah swt berikan.
Jadi Allah swt sudah memberikan kepada Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*- sesuai dengan tingkat kedermawanan Dia. Tanpa batasan.
Dan itu artinya apapun yang sang Nabi -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- minta
akan diberikan. Dan sang Nabi -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- pernah
berkata, "Akulah tuan dari anak-anak Adam dan aku mengatakannya tanpa
kebanggaan."
Apakah yang beliau ingin ungkapkan? Artinya, "Oh Allah berikan mereka
kepadaku..." Apa menurutmu jikalau pada Hari Pembalasan sang Nabi -*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*- mengatakan "berikan mereka kepadaku?" Apa? Allah swt
akan mengatakan "tidak" kepada beliau? Lalu mengapa beliau kan *rahmatan
lil-`alamiin* . Akankah Allah tidak mengabulkan yang beliau inginkan? Lalu
jika tidak maka Dia bukanlah yang maha dermawan.
Kursi itu milik sang Nabi -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-. Dan tiap kursi
di Surga merupakan milik sang Nabi -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-.
Saat Adam melakukan kesalahan karena makan dari pohon itu dan kemudian dia
memohon ampun demi kehormatan Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa
sallam*-Allah swt bertanya kepada beliau, "Apakah yang kau tahu tentang
Muhammad?"
Adam menjawab, "Oh Allah kemanapun aku mengalihkan pandangan, bahkan
diseluruh Surga yang Kau berikan padaku, aku melihat nama Muhammad pada tiap
daun pada sebuah pohon; aku lihat pada tiap tembok surga nama Muhammad; aku
lihat dalam tiap atom terkecil yang dapat terlihat aku melihat nama
Muhammad."
Nama tersebut dituliskan pada tembok-tembok, pada tiap lembar daun pada tiap
pohon, bahkan pada tiap atom. Untuk alasan itu yang aku tahu Ya Rabbii
beliau seseorang yang sangat penting bagi-Mu; bukan bagi kami."
Allah swt berfirman, "Oh Adam, jika bukan karena Muhammad aku tidak akan
menciptakan makhluk. Aku sudah memberikan makhluk kepada Muhammad; dialah
rasul-Ku bagi mereka." Apakah artinya? Alam semesta dimana kita tinggali;
alam semesta yang sangat luas dimana kita tinggal.
[Artinya:] "Oh Adam, Aku telah menciptakan mahkluk untuk dia."
Allah swt berfirman dan aku sudah menyebutkan sebelumnya bahwa *wa in min
shayin illa yusabihuu bi-hamdihi wa lakin*... Tiap atom memuji Allah dengan
cara berbeda, bukan dengan cara yang sama, tiap atom yang sudah Allah swt
ciptakan, tiap makhluk yang sudah Allah swt hidup dan tidak hidup, tiap sel
dalam tubuh manusia ada 3 trilyun sel dalam tubuh manusia, mereka
beregenerasi sepenuhnya tiap 6 bulan. Setiap sel mengucap *tasbih*. Setiap
benda yang tidak hidup, tiap tetesan air memuji Allah… Kita tidak mengenrti
mereka. Siapakah yang mengerti pujian mereka?
Dia yang mendengar pujian mereka ketika sedang berjalan di Jabal Uhud, saat
pepohonan dan batu-batu kerikil memuji Allah dan semuanya memuji Sayyidina
Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-. Allah swt memerintahkan: *inna
Allah wa mala'ikaatahu yushalluuna 'alan-Nabi Yaa ayyuhalladziina aamanuu
shalluu 'alayhi wa sallimuu tashliimaa. *Allah swt memerintahkan tiap
malaikat memuji Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-. Allah
swt swt memerintahkan tiap manusia memuji sang Nabi -*sall-Allahu 'alayhi wa
sallam*-.
Jadi, alam semesta ini hidup termasuk benda-benda didalamnya baik besar
maupun kecil. Para ilmuwan berkata ada 6 milyar galaksi dan dalam tiap
galaksi ada 80 milyar bintang. Dan tiap bintang lebih besar dari sistem
matahari kita ini. Dan tiap atom dalam tiap bintang dalam tiap galaksi
memuji Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-. Allah swt sudah
memberikan mereka kepada Sayyidina Muhammad* sallallahu alayhi wasalam.*
Wahai manusia bersenang-senanglah . Berbahagialah, jangan bersedih,
berbahagialah. Apapun yang menghadang, datang, hanyalah yang baik dan
pujilah sang Nabi -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-. Kau akan selamat. Kau
pikir semua orang akan masuk ke api nereka. Allah swt akan mengaruniai
beliau dengan *syafa`at* untuk semua orang agar dapat masuk Surga. Kau pikir
Allah swt telah menciptakan makhluk untuk membakar, menghukum, menggilas
mereka. Untuk apa? Allah swt hanya, Allah swt penuh kasih sayang. Ketika Dia
melihat para hamba-Nya menangis dan memohon ampunan dari-Nya, akankah Dia
menolak dengan tidak mengampuni mereka? Aku berkata bukan hanya bagi Muslim.
Barang siapa ada yang keberatan, mereka boleh menyangkalnya!
Kami ingin semua orang masuk ke dalam Surga. Sejak zaman Adam hingga Hari
Pembalasan. Itulah Islam. Itulah pesan Islam. Aku merasa tidak enak karena
kami tidak cukup melakukan kebaikan. Kami merasa tidak enak, kaum Muslim dan
non-Muslim dipelosok dunia. Mengapa mereka merasa tidak enak? Karena ada
sesuatu pada diri kita dan sesuatu yang mengingatkan akan
kesalahan-kesalahan kita.
Kami merasa bersalah. Oh Muslim nikmati hidup ini dengan patuh kepada
Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- dan semua nabi. Sebelum
selesai aku hendak mengatakan satu hal. Bahwa ketika Adam mengamati dan
melihat semua nama Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- pada
tiap daun pada sebuah pohon atau tiap atom di alam semesta di surga dia
mengetahui bahwa semua ini milik Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa
sallam*-.
Adam menangis dan menangis dan bersujud. Dan dia menangis dan tangisannya
bagaikan air bah dan Allah swt meninggalkan dia selama 40 tahun. Dan Allah
swt berkata kepada Adam, "Oh Adam, cukup, angkat kepalamu."
Adam bertanya, "Oh Allah apakah Kau mengampuni aku?"
Allah swt menjawab," Oh Adam, tentu Aku mengampunimu, namun Aku biarkan kau
menangis selama 40 tahun. Mengapa? Karena Nabi terkasih-Ku memohon kepada-Ku
untuk memberi *syafa'at *kepada tiap manusia dalam dirimu Adam. Dan pada
saat itu Aku meninggalkanmu untuk menomori air mata-air mata cucu-cucu Adam.
Dan sampai itu selesai Aku memerintahmu untuk mengangkat kepalamu."
Kami adalah *ummatan marhuuma*. Allah swt sudah merahmati kita dan
mengirimkan rahmat-Nya atas kita demi kepentingan Sayyidina Muhammad
-*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*-.
Apakah deskripsi *tasawwuf* tentang sang Nabi -*sall-Allahu 'alayhi wa
sallam*-? Kami banyak sekali mendengar tentang Sufi, Sufi, Sufi dan kini
begitu banyak institut diseluruh pelosok dunia bertanya apakah Sufisme itu.
Dan syuyukh kami semoga Allah swt memberikan mereka umur panjang, dan semua
syuyukh kami dan aku tidak bisa menyebutkan semua nama mereka dan semua
syuyukh kami Syaikh Tahir ul-Qadri, mereka… mengajarkan murid-murid mereka
tentang *tasawwuf*.
Itu adalah sebuah kebudayaan yang datang dari zaman sang Nabi -*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*- hingga hari ini. Kini mereka membuka mata pada *tasawwuf
* karena apa yang orang lain kerjakan. Sehingga mereka berkata, "Ada sebuah
masalah." Dan Syaikh Abu Bakr pernah menyebutkan berkali-kali mengenai hal
itu. Namun aku ingin menyebutkan satu hal. Siapakah sang Nabi -*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*-? Apakah kita tahu? Kita tahu foto kuburan beliau. Apakah
kita melihat Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-? Ya atau
tidak??! [tidak] Mengapa? Kau pikir beliau tidak hadir dalam aula ini. Kau
pikir jika kau memanggil beliau "*Ya Rasulullah Ya rahmatan lil-`alamiin* "
akankah beliau hadir dalam aula ini?
Masalahnya kita buta, tidak dapat melihat. Beliau hadir disini, tentu saja.
Beliau ada disini. Tentu saja beliau melihat kita. Mengapa? Karena
sebagaimana
*awliyaullah* besar ini jelaskan, sebagaimana guru-guru Sufi jelaskan, bahwa
Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- adalah cermin untuk
makhluk. Kau tidak bisa melihat dirimu sendiri kecuali melalui cermin.
Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- adalah cermin dalam
Hadirat Ilahiah yang merefleksikan segala sesuatu yang sudah Allah swt
ciptakan di dunia ini dari tiada menjadi ada. [*naray takbir… naray risalah…
naray…Ahmadi Mustafa marhaba, marhaba. Jaana-e Mustafa nuur Mustafa*…]
Oh Muslim, Oh manusia! Kita adalah refleksi dari Hadirat Ilahiah melalui
cermin *Muhammadun Rasulullah*. Kami masih disini. Inilah gambaran-gambaran
kami. Ini bukanlah realitas (haqiqat) kami. Haqiqat-haqiqat masih berada
dalam Hadirat Ilahiah. Allah swt tidak melepaskannya. Dia sudah
melepaskannya melalui cermin Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa
sallam*- untuk direfleksikan ke bumi. Itulah mengapa Sayyidina Muhyidin Ibn
`Arabi dan banyak guru Sufi, serta Imam Ghazali, pernah berkata, waktu yang
sesungguhnya ketika aku tidak buta adalah saat aku meninggal. Disana aku
membuka mata dan melihat kebenaran.
Muhyidin Ibn 'Arabi pernah berkata bahwa cermin yang merefleksikan segala
sesuatunya dari Hadirat Ilahiah (dari tiada) menjadi ada adalah
direfleksikan dari *Muhammadun Rasulullah*. Jika cermin itu lenyap, maka kau
tidak bisa melihat apa-apa disini, itu akan menjadi sebuah harta tersembunyi
sepenuhnya dalam Hadirat Ilahiah. Dia ingin muncul, Dia jadikan untuk
direfleksikan dalam kehidupan ini melalui cermin Muhammad -*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*-. Karena kita adalah refleksi dalam cermin lalu siapakah
yang bertanggung jawab? Cermin atau refleksi/pantulanny a? Cermin adalah
satu-satunya yang bertanggung jawab. Kita hanya membuat retakan-retakan
terhadap cermin ini.
Menurutmu Allah swt, ketika bebatuan datang ke sebuah mobil, tidakkah kau
lihat kaca mobil pecah? Tidak, kau hanya melihat retakan-retakan. . Kaca
tidak pecah tapi retak-retak. Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa
sallam*- tidak menerima walau hanya retak-retak pada cermin beliau. Itulah
mengapa kita masih berada dalam hadirat ilahiah yang murni. Itulah mengapa *
awliyaullah* berkata kau belum melihat apa-apa. Apa yang kau lihat hanyalah
gambar-gambar. Tunggu. Tunggu sampai kau meninggalkan* dunya ini*.
Kami memohon, "Oh Allah, perlihatkan kepada kami haqiqat beliau. Jangan
tinggalkan kami di *akhirat**. *Di *akhirat* semua orang akan melihat
beliau. Kami ingin melihat beliau disini. Namun kami memohon,* "Ya *Rasulullah,
biarkan kami melihat anda. Muncullah kepada kami! Kami adalah hamba yang
lemah. Muncullah kepada kami, muncullah dalam hati kami. Anda muncul kepada
*awliyaullah. * Tetaplah bersama kami dalam tiap kesempatan hidup kami."
Itulah apa yang kami mohon, Oh Allah, demi kepentingan *awliya*-Mu dan demi
kepentingan Sayyidina Muhammad, ijinkan kami berada dalam hadirat Sayyidina
Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- dalam tiap kesempatan dalam hidup
kita. Biarkan hati kita berkata Muhammad, Muhammad, Muhammad -*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*-. Semoga Allah mengampuni kita.
Cinta dari Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani kami dan selamat-selamat kepada
kalian semua dan kepada Syaikh Tahir al-Qadiri dan kepada semua yang
berpartisipasi dalam pertemuan yang dirahmati ini.
*Wa min Allah at tawfiq*
Sabtu Tanggal 3 Maret 2008, London-UK
Minhaj ul-Qur'an, London
Moderator:
Sang Nabi Suci -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- memerintahkan kaum Anshar,
"*Quumuu li-sayyidikum* - Wahai kaum Anshar, pergi dan berdirilah dan
terimalah pemimpinmu." Kini aku akan memanggil Tanda Allah *ayatun min
ayatollah* dialah lagu Allah. Beliaulah sebuah simbol Allah. Dan ini
dikatakan dalam hadits ketika kau melihat sahabat-sahabat Alla, maka kau
mengingat? [Allah!], kau ingat? [Allah] Mohon berdiri untuk menghormati
syaikh dan mengingat beliau dalam mengingat Allah. Allah, Allah...Allah, *Naray
takbir* [Allahu Akbar!!!] *Naray Risalah* [Ya Rasulullah!! !] *Naray
Haydari*[Ya Ali!!!]
Aku minta maaf, aku bukanlah orang yang dimaksud. Mohon maafkanlah aku dan
mohon berdo'alah bagi syuyukh kita agar Allah swt memberikan mereka umur
yang panjang. Aku ingin berterima kasih kepada Minhaj ul-Qur'an dan terutama
mengirimkan salam hangatku atas namaku dan atas nama Syaikhku Mawlana Syaikh
Nazim al-Haqqani kepada Mawlana Syaikh Tahir ul-Qadri Syaikh al-Islam untuk
peristiwa indah ini bukan hanya ditempat ini namun
dimana-mana dipelosok dunia. Dan aku juga ingin mengatakan bahwa kita
mempunyai tamu-tamu sangat penting dalam pertemuan, yang kita kirimkan semua
salam hormat kita kepada mereka dari para pembicara dan dari para hadirin.
Dan kepada semua orang, semoga Allah swt merahmati beliau (laki-laki) dan
beliau (perempuan) beserta keluarganya.
Cukup mengucapkan "berbahagialah" . [Mawlana menangis] Berbahagialah karena
Allah swt telah menjadikan kita dari ummat Sayyidina Muhammad-*sall- Allahu
'alayhi wa sallam*-. Berbahagialah karena Allah swt telah menciptakan kita
dan Dia memanggil kita para hamba-Ku, dimana Rasul-Nya, kekasih-Nya pernah
berujar, "Hanya satu kali aku merasa bahagia ketika Allah memanggilku
'hamba-Ku'. Jika Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-
bahagia dipanggil 'hamba'. Bagaimana dengan kita? Oh Allah swt, kami
memanggil-Mu dari tempat ini, demi kepentingan Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*- yang telah Kau utus sebagai *rahmatan lil-`alamiin* ,
ampunilah kami. Ampunilah kaum yang malang sebelum dan sesudah kami.
Kirimkan semua orang ke Surga karena mereka semua adalah para hamba-Mu. Kau
sudah menciptakan kami dan kami mengetahui akan hal itu, ya Allah. Aku tahu
kami bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan kami namun kami hamba yang
tak berdaya dan lemah, kami tidak bisa melakukan itu. …kami memohon
ampunan-Mu.
*Alhamdulillah *ini adalah hari pertama di bulan Rabi`ul-Awwal dan kita
memperingati peristiwa itu. Apakah makna dari peristiwa itu? Aku mencari
tahu dan berpikir serta bertanya-tanya mengapa kita mengadakan pertemuan?
Apakah alasannya? Apakah untuk memanggil Sayyidina Muhammad* sall-Allahu
'alayhi wa sallam* dan merayakan hari kelahiran beliau? Itukah pesan kami
atau itukah kecintaan kami? Sebagaimana Syaikh Abu Bakr berkata, "Mudah
sekali diucapkan oleh lidah." Mudah mengatakan kalau Allah swt menaruh
nama-Nya bersama nama Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-.
Ketika kau hadir ke suatu even, katakanlah di istana, kau sudah diundang
datang ke istana atau diundang sebelumnya untuk bertemu dengan presiden. Kau
tidak bisa duduk sembarangan. Ada sebuah protokol dimana tempatmu dan namamu
sudah dicantumkan disana. Jika namamu tidak ada, maka kau tidak berhak untuk
duduk. Artinya kursi itu bukan tempatmu. Jika namamu ada disana artinya
itulah tempat kau duduk.
Jadi, jika kita pikir sedikit mendalam dan kita perhatikan bahwa nama
Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- berada disamping nama
Allah swt, dimana kalau diucapkan* la ilaha ila-Allah Muhammadun Rasulullah*,
tempat itu milik Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-. Kita
tidak melihat nama lain ditemukan disana kecuali nama Sayyidina
Muhammad -*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*-. Jadi, kita tahu bahwa Allah swt memberikan haqiqat itu
kepada kekasih-Nya yang sudah Dia ciptakan sebelum penciptaan yang lainnya.
Siapakah yang Dia ciptakan dari cahaya-Nya dan siapakah yang Dia jadikan
seorang nabi sebelum Adam dan apakah panggilan yang diberikan padanya? Apa
panggilan beliau dalam Kitab Suci Qur'an? Dan kita semua mengetahuinya. Dia
memanggil beliau *rahmatan lil-`alamiin* . Apakah arti dari *rahmatan
lil-`alamiin* ?
Saat kau menjadi orang yang dermawan: seorang tuan besar atau anggota
kongres atau seorang raja, atau seorang ratu, saat kau minta mereka
melakukan sesuatu maka mereka dengan murah hati memberimu segala sesuatu
yang mereka bisa kepadamu. Jadi kemurahan hati, *Allah Huwa al-Karim*,
kemurahan hati/kedermawanan adalah ketika Allah swt menghendaki untuk
memberi dan Dia tidak akan memberi batasan atas pemberian-Nya. Ketika Dia
memberikan Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- sebagai
rahmat, satu dari Nama-nama Indah-Nya (*Asmaul Husna)* *ar-Rahman ar-Rahim*,
Dia sudah mendandani beliau dari rahmat itu yang sudah Allah swt berikan
kepada beliau melalui *tajalli* sebagai hamba-Nya. Dia telah menjadikan
beliau rahmat, Nama-nama Indah (*Asmaul Husna*) itu, sudah memberi beliau
rahmat.
Itu artinya Dia telah menjadikan beliau segala sesuatu yang mungkin sesuai
dengan Kebesaran Allah swt. Bukan sesuai dengan kebesaran manusia. Seorang
raja mungkin memberi, seorang ratu mungkin memberi; seorang tuan besar
mungkin memberi; pemberian mereka sesuai dengan tingkat kedermawanan mereka.
Tetapi mereka tidak memberikan apa yang Allah swt berikan.
Jadi Allah swt sudah memberikan kepada Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*- sesuai dengan tingkat kedermawanan Dia. Tanpa batasan.
Dan itu artinya apapun yang sang Nabi -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- minta
akan diberikan. Dan sang Nabi -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- pernah
berkata, "Akulah tuan dari anak-anak Adam dan aku mengatakannya tanpa
kebanggaan."
Apakah yang beliau ingin ungkapkan? Artinya, "Oh Allah berikan mereka
kepadaku..." Apa menurutmu jikalau pada Hari Pembalasan sang Nabi -*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*- mengatakan "berikan mereka kepadaku?" Apa? Allah swt
akan mengatakan "tidak" kepada beliau? Lalu mengapa beliau kan *rahmatan
lil-`alamiin* . Akankah Allah tidak mengabulkan yang beliau inginkan? Lalu
jika tidak maka Dia bukanlah yang maha dermawan.
Kursi itu milik sang Nabi -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-. Dan tiap kursi
di Surga merupakan milik sang Nabi -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-.
Saat Adam melakukan kesalahan karena makan dari pohon itu dan kemudian dia
memohon ampun demi kehormatan Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa
sallam*-Allah swt bertanya kepada beliau, "Apakah yang kau tahu tentang
Muhammad?"
Adam menjawab, "Oh Allah kemanapun aku mengalihkan pandangan, bahkan
diseluruh Surga yang Kau berikan padaku, aku melihat nama Muhammad pada tiap
daun pada sebuah pohon; aku lihat pada tiap tembok surga nama Muhammad; aku
lihat dalam tiap atom terkecil yang dapat terlihat aku melihat nama
Muhammad."
Nama tersebut dituliskan pada tembok-tembok, pada tiap lembar daun pada tiap
pohon, bahkan pada tiap atom. Untuk alasan itu yang aku tahu Ya Rabbii
beliau seseorang yang sangat penting bagi-Mu; bukan bagi kami."
Allah swt berfirman, "Oh Adam, jika bukan karena Muhammad aku tidak akan
menciptakan makhluk. Aku sudah memberikan makhluk kepada Muhammad; dialah
rasul-Ku bagi mereka." Apakah artinya? Alam semesta dimana kita tinggali;
alam semesta yang sangat luas dimana kita tinggal.
[Artinya:] "Oh Adam, Aku telah menciptakan mahkluk untuk dia."
Allah swt berfirman dan aku sudah menyebutkan sebelumnya bahwa *wa in min
shayin illa yusabihuu bi-hamdihi wa lakin*... Tiap atom memuji Allah dengan
cara berbeda, bukan dengan cara yang sama, tiap atom yang sudah Allah swt
ciptakan, tiap makhluk yang sudah Allah swt hidup dan tidak hidup, tiap sel
dalam tubuh manusia ada 3 trilyun sel dalam tubuh manusia, mereka
beregenerasi sepenuhnya tiap 6 bulan. Setiap sel mengucap *tasbih*. Setiap
benda yang tidak hidup, tiap tetesan air memuji Allah… Kita tidak mengenrti
mereka. Siapakah yang mengerti pujian mereka?
Dia yang mendengar pujian mereka ketika sedang berjalan di Jabal Uhud, saat
pepohonan dan batu-batu kerikil memuji Allah dan semuanya memuji Sayyidina
Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-. Allah swt memerintahkan: *inna
Allah wa mala'ikaatahu yushalluuna 'alan-Nabi Yaa ayyuhalladziina aamanuu
shalluu 'alayhi wa sallimuu tashliimaa. *Allah swt memerintahkan tiap
malaikat memuji Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-. Allah
swt swt memerintahkan tiap manusia memuji sang Nabi -*sall-Allahu 'alayhi wa
sallam*-.
Jadi, alam semesta ini hidup termasuk benda-benda didalamnya baik besar
maupun kecil. Para ilmuwan berkata ada 6 milyar galaksi dan dalam tiap
galaksi ada 80 milyar bintang. Dan tiap bintang lebih besar dari sistem
matahari kita ini. Dan tiap atom dalam tiap bintang dalam tiap galaksi
memuji Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-. Allah swt sudah
memberikan mereka kepada Sayyidina Muhammad* sallallahu alayhi wasalam.*
Wahai manusia bersenang-senanglah . Berbahagialah, jangan bersedih,
berbahagialah. Apapun yang menghadang, datang, hanyalah yang baik dan
pujilah sang Nabi -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-. Kau akan selamat. Kau
pikir semua orang akan masuk ke api nereka. Allah swt akan mengaruniai
beliau dengan *syafa`at* untuk semua orang agar dapat masuk Surga. Kau pikir
Allah swt telah menciptakan makhluk untuk membakar, menghukum, menggilas
mereka. Untuk apa? Allah swt hanya, Allah swt penuh kasih sayang. Ketika Dia
melihat para hamba-Nya menangis dan memohon ampunan dari-Nya, akankah Dia
menolak dengan tidak mengampuni mereka? Aku berkata bukan hanya bagi Muslim.
Barang siapa ada yang keberatan, mereka boleh menyangkalnya!
Kami ingin semua orang masuk ke dalam Surga. Sejak zaman Adam hingga Hari
Pembalasan. Itulah Islam. Itulah pesan Islam. Aku merasa tidak enak karena
kami tidak cukup melakukan kebaikan. Kami merasa tidak enak, kaum Muslim dan
non-Muslim dipelosok dunia. Mengapa mereka merasa tidak enak? Karena ada
sesuatu pada diri kita dan sesuatu yang mengingatkan akan
kesalahan-kesalahan kita.
Kami merasa bersalah. Oh Muslim nikmati hidup ini dengan patuh kepada
Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- dan semua nabi. Sebelum
selesai aku hendak mengatakan satu hal. Bahwa ketika Adam mengamati dan
melihat semua nama Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- pada
tiap daun pada sebuah pohon atau tiap atom di alam semesta di surga dia
mengetahui bahwa semua ini milik Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa
sallam*-.
Adam menangis dan menangis dan bersujud. Dan dia menangis dan tangisannya
bagaikan air bah dan Allah swt meninggalkan dia selama 40 tahun. Dan Allah
swt berkata kepada Adam, "Oh Adam, cukup, angkat kepalamu."
Adam bertanya, "Oh Allah apakah Kau mengampuni aku?"
Allah swt menjawab," Oh Adam, tentu Aku mengampunimu, namun Aku biarkan kau
menangis selama 40 tahun. Mengapa? Karena Nabi terkasih-Ku memohon kepada-Ku
untuk memberi *syafa'at *kepada tiap manusia dalam dirimu Adam. Dan pada
saat itu Aku meninggalkanmu untuk menomori air mata-air mata cucu-cucu Adam.
Dan sampai itu selesai Aku memerintahmu untuk mengangkat kepalamu."
Kami adalah *ummatan marhuuma*. Allah swt sudah merahmati kita dan
mengirimkan rahmat-Nya atas kita demi kepentingan Sayyidina Muhammad
-*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*-.
Apakah deskripsi *tasawwuf* tentang sang Nabi -*sall-Allahu 'alayhi wa
sallam*-? Kami banyak sekali mendengar tentang Sufi, Sufi, Sufi dan kini
begitu banyak institut diseluruh pelosok dunia bertanya apakah Sufisme itu.
Dan syuyukh kami semoga Allah swt memberikan mereka umur panjang, dan semua
syuyukh kami dan aku tidak bisa menyebutkan semua nama mereka dan semua
syuyukh kami Syaikh Tahir ul-Qadri, mereka… mengajarkan murid-murid mereka
tentang *tasawwuf*.
Itu adalah sebuah kebudayaan yang datang dari zaman sang Nabi -*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*- hingga hari ini. Kini mereka membuka mata pada *tasawwuf
* karena apa yang orang lain kerjakan. Sehingga mereka berkata, "Ada sebuah
masalah." Dan Syaikh Abu Bakr pernah menyebutkan berkali-kali mengenai hal
itu. Namun aku ingin menyebutkan satu hal. Siapakah sang Nabi -*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*-? Apakah kita tahu? Kita tahu foto kuburan beliau. Apakah
kita melihat Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*-? Ya atau
tidak??! [tidak] Mengapa? Kau pikir beliau tidak hadir dalam aula ini. Kau
pikir jika kau memanggil beliau "*Ya Rasulullah Ya rahmatan lil-`alamiin* "
akankah beliau hadir dalam aula ini?
Masalahnya kita buta, tidak dapat melihat. Beliau hadir disini, tentu saja.
Beliau ada disini. Tentu saja beliau melihat kita. Mengapa? Karena
sebagaimana
*awliyaullah* besar ini jelaskan, sebagaimana guru-guru Sufi jelaskan, bahwa
Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- adalah cermin untuk
makhluk. Kau tidak bisa melihat dirimu sendiri kecuali melalui cermin.
Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- adalah cermin dalam
Hadirat Ilahiah yang merefleksikan segala sesuatu yang sudah Allah swt
ciptakan di dunia ini dari tiada menjadi ada. [*naray takbir… naray risalah…
naray…Ahmadi Mustafa marhaba, marhaba. Jaana-e Mustafa nuur Mustafa*…]
Oh Muslim, Oh manusia! Kita adalah refleksi dari Hadirat Ilahiah melalui
cermin *Muhammadun Rasulullah*. Kami masih disini. Inilah gambaran-gambaran
kami. Ini bukanlah realitas (haqiqat) kami. Haqiqat-haqiqat masih berada
dalam Hadirat Ilahiah. Allah swt tidak melepaskannya. Dia sudah
melepaskannya melalui cermin Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa
sallam*- untuk direfleksikan ke bumi. Itulah mengapa Sayyidina Muhyidin Ibn
`Arabi dan banyak guru Sufi, serta Imam Ghazali, pernah berkata, waktu yang
sesungguhnya ketika aku tidak buta adalah saat aku meninggal. Disana aku
membuka mata dan melihat kebenaran.
Muhyidin Ibn 'Arabi pernah berkata bahwa cermin yang merefleksikan segala
sesuatunya dari Hadirat Ilahiah (dari tiada) menjadi ada adalah
direfleksikan dari *Muhammadun Rasulullah*. Jika cermin itu lenyap, maka kau
tidak bisa melihat apa-apa disini, itu akan menjadi sebuah harta tersembunyi
sepenuhnya dalam Hadirat Ilahiah. Dia ingin muncul, Dia jadikan untuk
direfleksikan dalam kehidupan ini melalui cermin Muhammad -*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*-. Karena kita adalah refleksi dalam cermin lalu siapakah
yang bertanggung jawab? Cermin atau refleksi/pantulanny a? Cermin adalah
satu-satunya yang bertanggung jawab. Kita hanya membuat retakan-retakan
terhadap cermin ini.
Menurutmu Allah swt, ketika bebatuan datang ke sebuah mobil, tidakkah kau
lihat kaca mobil pecah? Tidak, kau hanya melihat retakan-retakan. . Kaca
tidak pecah tapi retak-retak. Sayyidina Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa
sallam*- tidak menerima walau hanya retak-retak pada cermin beliau. Itulah
mengapa kita masih berada dalam hadirat ilahiah yang murni. Itulah mengapa *
awliyaullah* berkata kau belum melihat apa-apa. Apa yang kau lihat hanyalah
gambar-gambar. Tunggu. Tunggu sampai kau meninggalkan* dunya ini*.
Kami memohon, "Oh Allah, perlihatkan kepada kami haqiqat beliau. Jangan
tinggalkan kami di *akhirat**. *Di *akhirat* semua orang akan melihat
beliau. Kami ingin melihat beliau disini. Namun kami memohon,* "Ya *Rasulullah,
biarkan kami melihat anda. Muncullah kepada kami! Kami adalah hamba yang
lemah. Muncullah kepada kami, muncullah dalam hati kami. Anda muncul kepada
*awliyaullah. * Tetaplah bersama kami dalam tiap kesempatan hidup kami."
Itulah apa yang kami mohon, Oh Allah, demi kepentingan *awliya*-Mu dan demi
kepentingan Sayyidina Muhammad, ijinkan kami berada dalam hadirat Sayyidina
Muhammad -*sall-Allahu 'alayhi wa sallam*- dalam tiap kesempatan dalam hidup
kita. Biarkan hati kita berkata Muhammad, Muhammad, Muhammad -*sall-Allahu
'alayhi wa sallam*-. Semoga Allah mengampuni kita.
Cinta dari Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani kami dan selamat-selamat kepada
kalian semua dan kepada Syaikh Tahir al-Qadiri dan kepada semua yang
berpartisipasi dalam pertemuan yang dirahmati ini.
*Wa min Allah at tawfiq*
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment